#6

23.8K 1.9K 1
                                    

Deana's Pov

"Selamat pagi putriku paling cantik!" aku tersenyum setelah mendengar suara itu, aku berjalan menuruni anak tangga.

Aku berjalan menghampiri ibu  dan memberi kecupan singkat dipipinya, ini adalah rutinitas pagi yang tidak boleh dilewatkan.

Aku duduk dimeja makan, kemudian menikmati makanan yang ada dihadapanku.
"Ibu memang selalu bisa dalam segala hal, keren sekaii!"

Setelah menghabiskan sarapan, aku memasukan kotak bekal yang sudah Ibu siapkan. Aku menoleh kearah ibu yang kini sedang menemaniku sarapan. Sangat bersyukur aku lahir dari seorang rahim bidadari seperti ibu. Tidak ada yang bisa mengalahkan rasa sayangku pada ibuku ini.

Sudah waktunya berangkat sekolah aku segera berpamitan, ibu juga mengantarku sampai depan pintu.

Saat ingin naik ke mobil aku merasa seperti diawasi, namun aku tidak melihat siapapun. Mungkin hanya delusiku saja.

Aku melambaikan tangan ke ibuku, kemudian melayangkan ciuman jarak jauh. "Aku berangkat ya!" teriakku dalam mobil yang dibalas anggukan ibu.

Sampai disekolah aku tidak melihat Rehan dikelas, kejadian yang langka. Biasanya seorang Rehan sangat rajin untuk datang pagi. Aku sendiri tidak tahu kenapa, tapi Rehan selalu ada dikelas sebelum diriku.

Karena aku tidak tau harus berbuat apa, aku mencoba untuk membuka aplikasi bernama instagram. Entah mengapa jariku mengetik nama Jordan di search, dan aku tidak menemukan akunnya.

Berbicara tentang Jordan, jujur saat pertama kali bertemunya. Saat dia menggendong diriku, aku gugup dan merasa nyaman secara bersamaan.
Melihat wajah tampannya dari dekat, membuat jantungku berdegup kencang.

Karena sudah bosan, aku memutuskan untuk keluar kelas. Menghirup udara pagi dalam dalam, sangat menyejukan.

"Kamu yang disana! Tolong kemari sebentar." suara yang tiba-tiba muncul dari belakang ku.

Aku menghela napas sebentar, menyiapkan senyum yang indah. "Eh iya Bu, ada yang bisa saya bantu?"

Ya, aku tahu pasti aku akan disuruh melakukan sesuatu.

"Bisa tolong kamu sampaikan pesan Bu Sarah untuk kelas ini? Ibu tidak bisa menyampaikan karna masih ada yang ibu selesaikan. Terimakasih ya nak." guru itu memberikan secarik kertas lalu pergi.

Ingin rasanya menolak, namun itu merupakan hal nihil. Mengingat diriku seorang wakil dari organisasi, menolak perintah guru sama saja menolak perintah raja.

Aku berjalan ke arah kelas yang dituju.
Tidak butuh waktu lama karena aku sudah hapal bentuk dari sekolah ini.

Saat mendekat ke arah pintu kelas itu, untung saja ada seseorang yang duduk disana. Berharap aku tidak perlu masuk ke dalam kelas.
"Permisi, ada pesan dari Bu Sarah katanya beliau tidak masuk dan ini tugasnya."

"Tulis dipapan tulis aja."

Baiklah harapanku pupus, dia malah menyuruhku untuk menulisnya sendiri dipapan tulis.

Waktu saat ingin berjalan mendekati papn tulis, mata ku tidak sengaja menangkap seorang gadis yang kini tengah dipangku oleh ... Jordan.

Aku berusaha untuk tidak peduli, walaupun ada sedikit rasa sesak.
Lagipula kenapa Jordan selalu melihat ke arahku, aku dibuat salah tingkah karena tindakannya itu.

Buru-buru menyelesaikan tulisanku dipapan tulis, jantungku berdetak tidak karuan karena Jordan terus melihat ke arahnya.

Tidan peduli tulisanku bisa terbaca atau tidak oleh murid dikelas ini.

Aku bergegas keluar dari kelas itu. Kenapa gadis itu mau dipangku oleh Jordan? Jangan-jangan gadis itu adalah pacarnya. Kenapa aku begitu peduli dengan hal itu?

Aku menarik napasku dengan panjang lalu membuangnya. Aku tidak mengerti juga apa yang berada didalam otak Jordan. Bagaimana bisa kemarin bertingkah lembut dan sekarang memangku gadis lain.

Saat asik jalan tiba-tiba saja ada yang narik tanganku , tetkejut dan hampir saja jatuh. Untung saja ada tangan yang nahan pinggang gue. Eh-

Tunggu??

Siapa yang menahan pinggangku? Aku menoleh ke arahnya dan terkejut bukan main. 

"Jordan?"

"Mate jangan salah paham, aku tidak ada apa apa dengan wanita itu." kata Kak Jordan.

Mate? Kenapa dia terus memanggilku Mate? Apa selama ini dia tidak mengetahui namaku? Atau selama ini dia mengira aku seseorang bernama Mate? Yang benar saja.

Aku berusaha melepaskan tangan Jordan yang berada dipinggangku. Sulit, karena tangannya lebih besar dan tenagaku tidak sebanding dengan dirinya.

"Jordan sepertinya kamu salah orang, aku bukan Mate. Aku Dean."  Aku berusaha memberitahunya bahwa namaku adalah Dean bukan Mate, agar dirinya tidak salah orang lagi.

Namun tiba-tiba saja aku ditarik kedekapannya. Tidak sopan sekali orang ini apa tidak tahu ya jantung ku mau lepas.
Kenapa dengan ku? Apa aku memiliki perasaan padanya?

"Jordan lepas!"

"Aroma ini, aku tidak tahan lagi." gumam Jordan, yang tentu aku masih bisa dengar. 

Karna biarpun pelan, dia berbicara dekat dengan telingaku.

Jordan memiringkan kepalanua lalu menyelinapkan kepalanya di sela-sela leherku. Aku menutup mataku merasakan hembusan napas Jordan disana. Namun ini salah! Sadar Dean sadar! Jangan sampai mudah terlena oleh laki-laki!

"Jordan tolong lepaskan aku! Apa yang kau lakukan!" aku sudah berusaha sekuat tenagaku untuk meronta, Jordan memelukku sangat erat sampai aku mulai kesulitan untuk bernapas.

"Mate, aroma mu sangat memabukanku. Aku mencintai mu mate."

Mate lagi mate lagi. Siapa mate? Apa aku dijadikan pelampiasan karna Mate?

"Aku bukan Mate! Aku tidak tahu siapa Mate, lepasin aku tidak bisa napas Jordan!" dan akhirnya dilepas juga.

Kamu kelewatan, Jordan.

'Plaak'

"Auh sakit. . ." aku melihat tanganku yang terasa sakit, bagaimana bisa? Aku yang menamparnya namun aku yang merasakan sakit.

Sedangkan Jordan terlihat biasa saja seperti tidak merasakan apapun. Apa mungkin karena Jordan memiliki kulit wajah yang keras.

Sekarang Jordan menunduk, mengambil tanganku yang sudah menamparnya.

Matanya terlihat sayu, dan sangat lembut. Wajahnya sangat menggemaskan seperti anak kucing.

"Maafkan aku mate, tangan mu jadi sakit karna ku." ucapnya sambil mengelus-ngelus tangan ku.

Aku melepaskan tanganku dengan cepat, tidak habis pikir dibuatnya yang terus memanggilku Mate.

"Aku bukan Mate, paham?! Aku Dean bukan Mate!" 

# TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang