#19

15K 1.3K 0
                                    

Jordan berada diruang kerjanya, hidup ratusan tahun namun baru kali ini dirinya tidak tenang berada disini. Melihat kertas kerjanya tidak membuatnya melupakan bagaimana mate-nya pingsan dihadapannya.

"Apa yang harus ku lakukan MoonGoddes?"

Mengacak rambutnya frustasi. Jordan takut Deana akan menjauhinya, dirinya sangat mencintai gadis itu.

Sedangkan gadis yang memenuhi pikiran Jordan baru saja membukakan matanya. Mendapati dirinya disebuah kamar besar, ah dia mengenali kamar ini. Kamar Jordan.

Berusaha mengingat kejadian tadi membuat kepalanya dipenuhi banyak pertanyaan dan rasa penasaran yang menghantuinya terus menurus.

Gadis itu memgang kepalanya yang terasa berat, ingatannya sangat jelas bagaimana saat Jordan merubah dirinya menjadi serigala.

Pintu besar itu terbuka terlihat laki-laki tinggi, dengan jubah besar berjalan dengan ekspresi yang sulit diartikan. Dia adalah pemilik kamar ini, Jordan.

"Deana, bagaimana keadaanmu?"

Dean diam, perlu waktu untuk otaknya berpikir mencerna semua ini.

"Tidak tahu.."

Jordan duduk disebelah Dean, "Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu."

"Ya aku tau."

Mendengar hal itu Jordan merasa lega karna Dean tidak takut dengan dirinya. Mungkin saat ini Dean sedang tidak ingin melihatnya.

"Baiklah aku pergi, akan ku minta Lisha menemanimu."

Jordan pergi meninggalkan ruangan itu, memberi sedikit Dean ruang dari dirinya.
Tidak lama Lisha datang membawakan makanan dan minuman ditangannya.

"Saya membawakan anda makanan Luna." Lisha menaruh nampan itu dinakas sebelah Dean duduk.

"Lisha apa kalian memakan manusia?"

Pertanyaan Dean yang tiba-tiba membuat Lisha terkejut. Lisha bingung harus menjawab apa, dirinya takut salah menjawab.

Dean memutar bola matanya, "Jawab iya atau tidak? Aku menjadi sedikit takut mengingat film yang aku tonton."

Lisha hanya menunduk lalu tersenyum, "Tentu saja tidak Luna, kami memang memakan daging tapi bukan daging manusia."

Dean menjadi tidak enak hati melihat Lisha, "Maafkan aku jika menyinggung mu. Aku ingin bertemu Jordan."

Lisha mengangguk lalu pamit undur diri.

Tak lamapun terdengar langkah kaki yang berjalan kearahnya.

"Ku pikir kau tidak mau menemuiku Deana, makanya aku pergi dan menyuruh Lisha kemari."

Dean menautkan alisnya bingung, "Aku tidak pernah menyuruh mu untuk pergi, jelaskan semuanya kepadaku sekarang."

"Ya, akan ku jelaskan. Namaku Jordan Dandelion putra pertama dari seorang Darwin Dandelion, aku adalah seorang makhluk imortal bangsa werewolf, Lightmoon Pack merupakan wilayah kekuasaanku. Entah apa lagi yang harus ku jelaskan, lebih baik kau tanyakan saja apa yang ingin kau tanya, Deana." jelas Jordan panjang lebar.

"Lisha juga werewolf?"

Dari sekian banyak pertanyaan, mengapa mate-nya ini menanyakan seorang Omega. Jordan tidak habis pikir.

"Ya, semua orang yang berada diistana ini adalah werewolf kecuali dirimu dan beberapa makhluk yang berada dipenjara bawah tanah."

Mata Dean membulat, ternyata dirinya dikelilingi makhluk werewolf. Membayangkan bagaimana menyeramkan para werewolf yang ia tonton kemarin.

"Ah jangan takut, kami tidak menyeramkan seperti yang kemarin kita tonton. Itu hanya film buatan manusia."

Huuft sangat melegakan bagi Dean mengatahui hal itu, dia segera mencari ponselnya. Lebih baik dirinya coba search diinternet.

"Aku bingung, mungkin lebih baik aku coba cari diinternet." kata Dean.

"Tidak jangan, lebih baik kamu membaca dari buku yang berada diperpustakaanku. Diinternet itu hanya buatan manusia, kebenarannya yang sangat diragukan." ucap Jordan.

Jordan berdiri terlebih dahulu sebelum mengulurkan tangannya pada Dean.
Dean menerima uluran tangan itu, lalu mengikuti langkah Jordan kemana dirinya pergi.

Saat menuju ke perpustakaan, Dean melihat beberapa orang bertengkar dan yang lainnya hanya menonton.

Dean melepaskan tangan Jordan lalu berlari kesana, memisahkan kedua orang itu.
Jordan terkejut saat melihat apa yang Dean lakukan, astaga gadis ini benar-benar menggemaskan.

"Eh eh! Jangan bertengkar!" Dean melerai kedua orang itu, lalu mereka berdua membungkuk hormat kepada Dean.

Dean bingung, lalu ikut membungkuk. Membuat seluruh orang yang berada disana menahan tawanya. Dean mengetahui hal itu menjadi malu, apa yang salah dengannya?

"Hei hei kalian semua jangan sekalipun berani mentertawakan luna kalian." suara berat seseorang mengintrupsi disana, membuat semua orang bungkam.

Seseorang itu merangkul gadisnya, "Mereka tidak bertengkar Deana, hanya latihan dan ini adalah tempat para Warrior berlatih." lalu mencubit gemas pipi Dean.

Rasanya Dean ingin menghilang dari sini sekarang juga. Tingkah Dean memang selalu membuat Jordan tersenyum.

Jordan pun langsung mengarahkan Dean ke perpustakaan pribadinya. Setelah pintu itu terbuka, Dean dapat merasakan aroma buku yang langsung menelusuk kedalam hidungnya.

Ruangan yang sangat megah dan dipenuhi banyak buku, membuat Dean takjub. Walaupun dirinya tidak begitu menyukai belajar, tetap saja dibuat kagum dengan ruangan yang sangat luas terisi penuh dengan buku-buku.
Semua tersusun rapih dan bersih.

Jordan berjalan ke arah salah satu rak buku, lalu mengambil beberapa. Dean mengikutinya dibelakang.

"Ini smua adalah buku-buku mengenai sejarah werewolf,"Jordan menunjukan buku yang sangat tebal, "Mungkin akan sedikit melelahkan jika kau membaca semuanya."

Dean terkejut, menatap semua buku yang berada dihadapannya.

Karna minat baca Dean sangat kurang dia mengambil salah satu buku dari tumpukan itu.

"Jangan terlalu memaksakan ya Deana."

Dean menggeleng, "Ya, lagi pula aku juga penasaran."

"Baiklah, jika tidak ada yang kau mengerti bisa tanyakan padaku."

# TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang