#8

20.3K 1.8K 16
                                    

Di taman sekolah yang kecil namun indah kini terdapat dua orang yang sedang duduk bersebelahan.

Siapa lagi kalau bukan, Jordan dan Dean.

Dean terlihat gugup, sedangkan Jordan terlihat santai saja memperhatikan Dean.
Mata Jordan tidak pernah lepas dari pergerakan yang Dean lakukan. Bahkan sekecil apapun.

"Jadi ada apa?" tanya Dean yang mengumpulkan keberaniannya dengan segenap jiwa raganya.

Jordan tersenyum manis dan menatapnya dengan lembut, "Aku hanya ingin minta maaf karna sikap ku tadi pagi, dan terus memanggil mu dengan Mate. Dan percayalah aku tidak akan memiliki hubungan dengan siapapun kecuali denganmu."  Jordan meraih tangan mungil milik Dean yang terlihat merah akibat menampar dirinya. Mengusap-ngusap tangan mungil tersebut.

Melihat perlakuan itu membuat Dean tersipu malu, laki-laki yang ia sukai dalam diam melakukan hal manis seperti itu. Astaga siapapun tolong selamatkan jantung Dean.

"Apakah ini menyakitkan, Deana?" tanya Jordan sambil mengelus-ngelus tangan milik Dean.

Dean membiarkan hal itu, karna itu terasa nyaman.

"Lumayan, tapi udah mendingan karena kamu menggenggamnya. " kata Dean terus terang.

Senyum diwajah Jordan kini mengembang saat mendengar pernyataan dari Dean.
Jordan memasukan jarinya ke sela-sela jari milik Dean, "Seperti ini?"

Dean mengangguk, dan kini rasa sakit ditangannya seakan menghilang begitu saja.
Seketika Dean mengingat kembali bagaimana dirinya menampar Jordan.

"Aku  juga minta maaf karna udah nampar kamu."

Jordan mengangguk pelan, "Tidak masalah,"
Kemudian Jordan mengelus pipi Deana yang sedang merah merona, "Kamu sangat cantik dan menggemaskan Deana."

Dean tidak mengerti kenapa Jordan terus memujinya.

"Jordan, aku harus masuk kelas, pasti Bu Yuni sudah ada disana."

Ketika Dean ingin beranjak dan melepaskan tangannya, Jordan menghentikan dirinya.

"Tidak perlu Deana, Yuni tid- maksudku Bu Yuni tidak akan masuk kelas hari ini." kata Jordan yang membuat Dean bingung.

"Tau dari mana? Kalau dia masuk gimana?" tanya Dean.

"Tidak akan." Jawab Jordan dengan singkat.

-

Seseorang yang kini sedang menaiki tangga, yang membuatnya sedikit lelah menuju ke kelas tempatnya mengajar. Saat memegang knop pintu dirinya berhenti saat mendapatkan mindlink dari Sang Alpha.

"Yuni kamu jangan masuk ke kelas, Mate-ku tidak ingin ketinggalan pelajarannya."

Wanita itu bernama Yuni menghela nafasnya sebelum dirinya menjawab mindlink Sang Alpha.

"Baik Alpha." sangat beruntung dirinya belum memasuki ruangan tersebut.

-

Kembali lagi bersama Jordan dan Dean yang kini mengobrol dengan asik di taman seolah dunia milik berdua.

"Jadi waktu dulu kamu pernah jatuh dari tangga karna tersandung kaki sendiri?" tanya Jordan yang sedari tadi mendengarkan cerita masa kecil dari gadisnya.

Dean tertawa, "Iya, mau tau lagi? Dulu aku pernah megang kelapa terus gak sengaja kelepas karna kaget ada serangga yang hinggap dimuka, terus kelapanya jatoh kena kaki aku dan kaki ku bengkak selama seminggu lebih."

Dean terus bercerita, dan Jordan mendengarkan dengan tangan kanannya yang setia menggenggam jemari Dean sedangkan tangan lainnya mengelus rambut Dean.

Dan matanya yang selalu memperhatikan wajah Dean, melihat ekspresi tawanya. Sangat indah, Jordan sangat menyukainya.

Sampai ketika tawanya itu menghilang ketika melihat seseorang yang kini menuju ke arahnya.

Jordan yang melihat perubahan raut wajah itu sangat membencinya. Melihat bagaimana tawa gadis itu hilang dan kini terpancar rasa takut dari wajahnya. Bahkan dengan paksa melepas jemari Jordan.

Jordan menoleh mengikuti arah pandangan gadisnya, rahangnya mengeras. Siapa yang telah berani mengganggu waktu dirinya bersama belahan jiwanya saat ini?

Dan kini terlihat seorang wanita berjalan cepat kearahnya, kali ini dia mengingat namanya. Kirana.

Plaak'

Kirana menampar Dean dihadapannya.

"Wanita ini benar-benar minta dimusnahkan ya?" gumam Jordan.

"Dasar cewek genit! Pergi sana!" bentak Kirana kemudian menarik Dean untuk menjauh dari Jordan.

Kirana duduk disebelah Jordan, "Jordan, kok kamu mau duduk sama dia? dia udah nampar kamu loh."

Dean menunduk sambil memegangi pipinya. Dia tidak kuasa menahan air matanya, karna terkejut dan terasa perih dipipinya. Dean segera pergi berlari meninggalkan Jordan dan Kirana.

Mungkin memang tidak seharusnya Dean duduk berdua dengan kekasih orang lain. Dean berlari menyusuri lorong entah harus kemana, dirinya merasakan sakit, dan malu pada dirinya sendiri.

"Deana," lirih Jordan melihat kepergian Dean.

Dari arah berlawanan terlihat Theo, Daniel, dan Azre berlari kearah Dean.

"Lun-a maksudku Dean, kenapa? Ada apa?" tanya Daniel.

Dean memegangi pipi nya kemudian mengangkat wajahnya, matanya berlinang dan terlihat bekas tamparan diwajahnya.

"Sakit."

Daniel mengepalkan tangannya, "Siapa? Katakan siapa?!"

Azre merangkul Dean kemudian memeluknya, "Sudah jangan nangis lagi, cup cup cup." sambil terus menepuk bahu Dean.

"Lebih baik kalian segera mengantar Luna ke ruang perawatan." Theo memindlink Azre dan Daniel.

Azre dan Daniel segera membawa Dean pergi menuju UKS agar Dean segera ditangani.

Sedangkan Theo berusaha mindlink Alphanya akan tetapi tidak kunjung mendapatkan jawaban. Firasatnya sangat buruk.

Theo pergi menuju taman, dan kini terlihat tubuh seseorang yang terkoyak begitu saja.

"Alpha." Theo memanggil seseorang yang sedang asik menghancurkan tubuh manusia tersebut.

"Lama tidak berjumpa." Theo terkejut, mengetahui bahwa bukan Jordan yang saat ini ia temui. Melainkan Justin, serigala milik Jordan.

"Bereskan ini semua, aku akan pergi menemui Mate-ku."

Matanya merah menyala, terlihat jelas taring-taring tajam tidak lupa jari jemari yang kini berubah memanjang seperti jari milik monster.

"Sebelum menemui Luna, saya sarankan lebih baik bersihkan diri anda dan kendalikan emosi anda. Luna akan terkejut dan ketakutan saat melihat anda bersimpah darah seperti ini." ujar Theo sambil menahan nafasnya, menunggu bagaimana respon Alphanya. Jika apa yang Theo katakan menyinggung dan tidak diterima oleh Alpha, maka Theo harus siap menerima kedatangan ajalnya.

"Hm, benar."

Theo menghela nafasnya, melihat kepergian Sang Alpha dan kini melihat satu tubuh manusia yang sudah tidak terbentuk, malang sekali nasibnya.

#TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang