#42

11.4K 1K 15
                                    

Dengan berlumuran darah hitam Jordan kembali ke tenda, karena musuh secara tiba-tiba melarikan diri. Namun awan hitam itu belum juga hilang, yang artinya semua ini belum berakhir.

Burung-burung berterbang dari arah timur, suara ricuh bergumuruh terdengar dari arah sana.

Para prajurt saling menoleh, dan keheranan juga tak luput dari pikiran Sabian.

Sabian si beta bertanya kepada sang Alpha.

"Alpha apakah mereka mulai menyerang dari timur?" tanya Sabian.

Jordan memegang pundaknya lalu berbisik pelan, "Di sana tempat para Ent tinggal jika kau lupa."

Sabian menepuk jidatnya, "Astaga, bagaimana bisa aku melupakan hal penting itu disaat seperti ini."

"Fokus lah beta." kata Jordan sambil mengasah pedangnya.

Ent merupakan makhluk yang berbentuk pohon raksasa, mereka sedikit lambat namun sangat kuat.

Ent makhluk baik yang sangat mencintai alam. Para Ent selalu tertidur dan tidak ingin diganggu. Jika ada sesuatu saja yang mengganggu dan mengotori alamnya, mereka akan mengamuk.

Ent memiliki sifat yang sangat sensitif.

Lima ribu pasukan bukan masalah besar untuk para Ent.

"Alpha awan dibagian barat mulai mendekat dan para Orc mulai menyerang, Tuan Elio membutuhkan 2ribu bala bantuan penunggang kuda." mindlink Daniel.

"Mereka akan tiba dalam 5 menit." kata Jordan.

"Baik Alpha."

Jordan menoleh ke arah Sabian untuk melaksanakan apa yang Daniel pinta.

Azre datang ke arah Jordan dan melaporkan sesuatu. "Lapor Alpha tertangkap beberapa mata-mata disekitar camp."

"Tidak ada yang perlu ditanyakan, segera bunuh mereka."

Azre membungkuk lalu segera pergi untuk melaksanakan tugas.

Sabian mengotak-ngatik denah peta, "Jika seperti ini kita sudah menghabiskan setengah pasukan musuh, Nona Khione juga sudah menghalau sihir-sihir jahat yang mendekat dan memperlambat awan hitam. Apa yang harus kita lakukan setelah ini?" tanya Sabian.

"Menunggu? Ada seseorang yang harus aku temui." kata Jordan.

Lalu tiba-tiba saja asap hitam muncul dihadapannya. Kemudian asap itu berubah menjadi lingkaran api dan keluarlah seseorang dengan tongkat ditanganya dan mahkota hitam di kepala.

Jordan menyeringai, kemudian berdiri menghampiri orang itu.

"Kau lihat? anak mu sangat merepotkan, Fredo."

"Sial aku bahkan tidak tahu jika dia melakukan hal seperti ini, aku tidak peduli namun utusan mu menghampiri ku jadi aku baru mengetahuinya." Fredo tertawa renyah.

Jordan menatapnya, "Kau tahu aku paling tidak suka jika harus mengorbankan orang-orangku hanya untuk hal spele seperti anakmu?"

Secara tiba-tiba Jordan menempelkan ujung pedangnya dileher raja demon itu.

Fredo tidak bergerak sedikit pun, tidak merasa takut, dan menatap Jordan dengan serius.

Jordan juga menatapnya dengan intens, "Aku tidak akan ragu mengotori tangan ku dengan darah busuk bangsamu jika aku menemui mereka di medan perang nanti." lalu menyeringai, "Apa kau ingin melihat bangsa mu hampir punah lagi?"

Dengan santai Fredo menyingkirkan pedang dengan tatapannya.

"Jika kau menemui bangsaku bersamanya nanti, bunuh saja aku tidak keberatan. Aku disini untuk membantumu sesuai perjanjian yang kita buat. Dan berhenti merendahkanku brengsek!" Fredo mengacungkan jari tengahnya kepada Jordan.

Jordan menaikan satu alisnya.

Jangan heran jika Fredo sangat berbeda dengan para Demon lainnya.

Fredo adalah raja dari segala raja bangsa Demon. Memiliki sifat kejam, dan sangat tidak memiliki rasa belas kasih.

Kekuasaan Fredo membuktikan seberapa besar kekuatannya. Tidak ada yang berani menentangnya sedikit pun.

Namun naasnya, Fredo terpaksa memiliki istri sebelum dirinya bertemu dengan wanita yang saat ini ia cintai. Oleh karena itu sifat Fredo sedikit melunak saat bertemu wanita yang ia puja.

Sayang beribu sayang wanita itu meninggal karena dibunuh oleh suruhan istrinya.

Saat itu Fredo sangat kalut sehingga menyerang secara membabi buta hampir menghabiskan bangsanya sendiri.

Dan saat itu Jordan yang sedang melakukan perjalanan jauh juga sedikit terkena imbasnya.

Jordan dan Fredo berduel sampai 5 hari tanpa berhenti. Jordan memenangkan pertarungan itu, dan mereka malah menjadi teman seperti sekarang.

Kembali ke masa kini dengan Jordan yang sedang meneropong untuk memastikan keadaan sekitar.

Meskipun ada prajurit yang melakukan tugas itu, Jordan sebagai pemimpin harus melihat dengan mata kepalanya sendiri.

"Anak sial mu sedang menambah pasukan, beberapa Demon terbang bersamanya." Kata Jordan pada Fredo.

Fredo mengisap sebatang rokok dengan santai, "Mereka adalah Demon yang haus darah dan menyukai hal hal seperti ini dapat membunuh secara bebas."

Jordan berdecih, "Apa bedanya dengan mu?"

"Tidak ada, oleh karena itu aku disini tanpa membawa pasukan karena ingin merasakan kepuasan sendiri." lalu Fredo tertawa dengan sangat kencang.

Sabian masuk ke dalam tenda dan memberitahu bahwa musuh mulai menyerang kembali. Dan kini terdapat petir mengkilat di dalam awan hitam itu.

Jordan dan Fredo bergegas untuk menjadi pemimpin pasukan.
Mereka berdua akan berada digaris depan untuk mengurangi korban pasukan mereka.

Jordan mengepalkan tangannya ke atas memberikan tanda untuk menahan serangan sebentar.

Melirik ke arah Fredo, dan Fredo mengangguk. Fredo memetikan jarinya, dan benar saja sebagian musuh lenyap.

"Memang anak Fredo benar-benar bodoh, untuk apa memakai trik sampah seperti itu." Justin didalam sana yang baru membuka suaranya.

"Sudah puas kau tertidur?" tanya Jordan.

Justin tertawa renyah, "Aku akan bangun untuk menguliti anak kesayangan Fredo nanti."

"Sepertinya kau akan kehilangan anak semata wayangmu, Fredo." kata Jordan sambil melirik ke arah Fredo yang sedang bersenandung.

"Silahkan, aku tinggal bercinta kembali dengan pelacur nanti." Fredo mengangkat bahunya tak acuh.

#TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang