#38

12.6K 1K 1
                                    

"Apa kau sudah lelah, Deana?"

Mendengar perkataan Jordan, Dean menoleh dengan cepat.

Kemudian tersenyum, "Tidak." jawab Dean, ingin sekali dirinya mengangguk. Tapi Dean tidak enak hati melihat acara yang sangat mewah seperti ini di sia-siakan.

Terlebih Jane yang membuatnya, dan Jordan juga sangat menantikan hari ini.

Jordan terdiam sejenak kemudian  mengajak Dean untuk keluar dari pesta. "Aku pusing dan ingin istirahat di kamar, jika kau masih ingin disini nanti kau bisa menyusulku Deana."

Dean menggeleng dengan cepat, "Aku tidak bisa sendirian ditempat ramai Jordan,"

kemudian Dean mengarahkan tangannya ke dahi Jordan untuk mengecek suhu tubuhnya. "Apa kau sakit? Untung suhunya normal."

Jordan tertawa kecil sambil mengacak pucuk rambut Dean dengan gemas.
"Kalau begitu lebih baik temani aku, Deana."

Dean mengangguk patuh. Tangannya melingkar dilengan milik Jordan.

"Siap Alpha!"

Lalu Jordan dan Dean pergi meninggalkan para tamu undangan yang sedang menikmati pestanya.

Sampai di salah satu anak tangga, Jordan secara tiba-tiba menggendong Dean. Dengan senang hati Dean menerimanya.

Dean tersenyum sambil mengalungkan tangannya ke leher milik Jordan. Menyandarkan kepalanya dengan nyaman.

Dan ketika sekelibat ingatanya muncul, mengingat Jordan mengatakan bahwa dirinya sedang tidak enak badan.

Dean membelalakan matanya, kemudian mendongak melihat ke arah Jordan yang sedang melihat kedepan sambil berjalan.

"Kau kan sedang sakit! Bagaimana bisa menggendong ku?! Cepat turunkan aku!" titah Dean.

Jordan mengangkat tubuh Dean untuk lebih mendekat ke arahnya. Sampai dahi mereka bertemu, "Aku baik-baik saja, jangan khawatir Deana." kemudian mengecup bibir Dean sekilas.

Meski Jordan berkata begitu, Dean tetap tidak tenang. Bagaimana jika sakitnya tambah parah? Bagaimana jika tiba-tiba pingsan?

Dean mengeratkan tangannya. Bersiap jika Jordan tiba-tiba terjatuh.
Kenapa Jordan sangat susah untuk mendengarkan sarannya.

Jordan hanya tersenyum kecil melihat wajah Dean yang seperti sedikit ketakutan. Karena dilihat Dean memejamkan matanya, dengan tangan yang melingkar erat dileher milik Jordan.

Sambil berjalan Jordan sering kali mendekatkan wajahnya dan mengecup dahi Dean. Karena Jordan kelewat gemas melihat Dean.

Setelah beberapa saat akhirnya, mereka tiba di kamar.

Jordan menurunkan Dean dengan selamat.
Dan akhirnya Dean merasa lega saat dirinya bisa menginjak bumi kembali.

Dean berbalik arah dan menghadap ke Jordan.
Mata mereka bertemu. Dean sedikit menjinjit lalu memajukan wajahnya, dan begitu pula Jordan yang mendekatkan wajahnya secara perlahan.

Jordan memejamkan matanya.
Suasana menjadi sedikit intens sampai tiba-tiba telapak tangan Dean yang mendarat di dahi milik Jordan merusak suasana.

"Untung suhu kamu masih normal, tidak demam."  kemudian tangannya mengecek ke leher milik Jordan, "Apa masih pusing? Cepat ganti baju lalu pergi istirahat Jordan." lanjut Dean.

Jordan menghela napasnya panjang. Tanpa menjawab sepatah kata pun dirinya pergi meninggalkan Dean.

Jordan berjalan ke arah kamar mandi sambil membawa handuk dan baju tidurnya.

Sedangkan Dean menidurkan dirinya sambil menunggu gilirannya nanti untuk membersihkan diri.

Meluruskan kakinya yang sudah sangat sakit karena terlalu lama berdiri bahkan seperti mati rasa.

Meregangkan badannya, dan bersandar dengan bantalan dibelakang.

Dean menenangkan dirinya, sambil memejamkan matanya. Menikmati udara malam yang menerobos lewat jendela kamarnya.

Tidak terasa berapa menit Dean terlelap. Namun kembali terbangun karena merasakan tetesan air yang mengenai di wajahnya.

Dean membuka matanya secara perlahan, dan ya sudah ada Jordan diatasnya dengan rambut basah yang belum kering.

Dean menggeliat sambil mengusap matanya, "Sudah selesai mandinya? Keringkan rambutmu sebelum tidur." kata Dean sambil menguap sesekali.

"Deana, apa kau sudah tidak lelah lagi?" tanya Jordan.

Dean menatap mata Jordan dengan bingung, "Sudah tidak lagi, tapi aku masih mengan-"

Perkataan Dean terhenti secara terpaksa. Karena secara tiba-tiba Jordan menciumnya.

Bahkan Dean yang masih mengenakan gaun belum membukanya.

Jordan melumat bibir Dean secara rakus, meraba punggung Dean yang sedikit terbuka karena Jordan menurunkan reseletingnya.

Mulai terbawa dengan suasana Dean mendorong kepala Dean untuk semakin dalam menciumnya.

Jordan melepaskan ciumanya, lalu menggandeng Dean secara lembut. Dengan pandangan mata yang tidak terlepas. Menyatukan dahi mereka. Mengelus pipi Dean dengan perlahan.

Jemari Jordan turun, untuk menuntaskan reseleting gaun yang belum sepenuhnya terbuka. Setelah selesai menurunkan gaun yang sangat mengganggu, Jordan membantu Dean untuk membuka bahan-bahan yang menutupi keindahan tubuh Dean.

Dean dengan sedikit malu mencoba untuk membantu Jordan membuka pakaian milik Jordan. Jordan tersenyum kecil.

Kemudian membantu Dean melakukannya, "Aku mencintaimu." Ucap Jordan lalu melanjutkan aktivitasnya.

#TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang