BAB II

7K 371 8
                                    

Warning Content! ⚠️🔞

Beberapa adegan yang terkandung dalam cerita tidak patut untuk dicontoh.
Mohon bijak dalam memilih bacaan!

Terima kasih dan selamat membaca. ^^

___

Intan sibuk memasak di dapur sore itu. Tadi siang dia ditelepon oleh Sebastian dan bilang kalau pria itu hendak pulang awal. Mungkin pulang sore dan mau dimasakkan oleh Intan. Intan dengan senang hati mengiyakan saat Sebastian meminta dirinya memasak. Intan senang memasak, tapi kadang tidak ada yang makan. Jadilah dia sering beli atau masak sedikit untuknya sendiri.

Tidak biasanya Sebastian pulang sore dan langsung ke rumahnya. Sebastian yang dia tahu hanya ke rumahnya, mandi, kemudian menidurinya. Hanya itu, karena memang itulah alasan dia dinikahi Sebastian. Karena pria itu ingin anak darinya. Intan tidak bisa marah, menyalahkan, atau meminta lebih. Dia sudah jelas terikat dengan perjanjian hitam di atas putih. Intan memanglah pihak yang paling tidak diuntungkan di antara Sebastian, Dania, dan dirinya. Namun Intan bersabar dan menerimanya.

Intan membereskan dapur saat semua masakan sudah siap. Tinggal mandi dan menunggu Sebastian pulang. Dia segera masuk ke kamar mandi, dia harus rapi saat Sebastian datang. Dia tahu nanti Sebastian pasti akan memakai tubuhnya. Meski hanya beberapa jam, tapi dia harus membuat tubuhnya bersih dan wangi. Dia tidak mau menyambut suaminya dengan penampilan lusuh. Meski terasa tidak pantas jika dia sebut Sebastian suami dan dia seorang istri. Faktanya mereka menikah bukan untuk menjadi sepasang suami istri.

Hati Intan terasa nyeri setiap kali mengingat status dirinya dengan Sebastian. Bahkan guyuran air shower pun tak terasa dingin di badannya. Ngilu di hati lebih terasa daripada ngilu di tulangnya. Dia ingin menolak hal gila yang ditawarkan padanya, tapi dia tidak bisa. Keadaan tak semudah kata-kata orang. Bahkan pikiran dan hatinya sendiri saja tak sinkron. Pikirannya mengutuknya bodoh, sementara hatinya memegangnya agar tetap bertahan di situasi seperti itu. Hal gila yang dia lakukan, merelakan tubuhnya digunakan oleh Sebastian sebagai wadah benihnya.

Jika Intan adalah seorang yang gila harta, mungkin dia akan senang dengan perjanjian itu. Sebastian dan Dania memberikannya uang yang sangat banyak. Bahkan bisa diwariskan ke keturunannya jika Intan kelak menikah dan punya anak. Intan juga tak khawatir kehabisan uang untuk menopang kehidupannya. Namun sayangnya bukan itu yang Intan inginkan. Hal gila karena dia melakukannya untuk sahabat dan juga pria yang dicintainya. Rela disentuh oleh Sebastian meski pria itu tak mengizinkan dia menyentuhnya. Rela dijadikan istri kedua padahal dia tidak berhak memilikinya.

Intan selesai mandi dan berpakaian rapi, dia mendengar suara pintu terbuka. Sepertinya Sebastian sudah datang, padahal sekarang baru jam setengah lima. Biasanya Sebastian akan datang jam setengah delapan malam atau lebih. Intan segera keluar kamar dan menyambutnya. Kesempatan untuknya merasakan bagaimana rasanya seorang istri yang menyambut suaminya.

"Selamat datang, Tian." Ujar Intan lembut.

"Kukira kamu belum selesai masak." Sebastian tersenyum kecil.

"Mau aku bantu bawain tasnya?" Tanya Intan sopan, bukan apa-apa. Dia takut membuat Sebastian marah kalau dia lancang mengambil tas kerja dari tangan Sebastian. Dia bukannya seorang wanita bodoh yang tidak tahu tugas istri. Namun jika orang bisa merasakannya, Intan sebenarnya takut berbuat salah. Dia hanya bersikap hati-hati.

"Iya, boleh." Sebastian memberikan tasnya pada Intan, dia menerimanya dengan senang hati.

"Istirahat dulu, aku buatkan kopi."

Intan meminta Sebastian duduk di ruang santai. Dia pergi ke kamar, menyimpan tas kerja Sebastian kemudian berjalan ke dapur. Hatinya sangat senang karena memiliki kesempatan melayani Sebastian layaknya seorang istri sungguhan. Sangat beruntung Dania bisa bersama dengan Sebastian.

Kawin KontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang