Warning Content! ⚠️🔞
Beberapa adegan yang terkandung dalam cerita tidak patut untuk dicontoh.
Mohon bijak dalam memilih bacaan!Terima kasih dan selamat membaca. ^^
___
Sebastian selesai mandi, dia segera keluar dari kamar setelah berganti pakaian. Intan tidak ada di kamar, berarti wanita itu pergi ke ruang makan. Sebastian yang juga sudah lapar pun segera ke sana. Melihat Intan yang duduk menunggunya.
"Aku kira kamu di mana." Ujar Sebastian yang ikut duduk di hadapan Intan.
"Mau aku ambilin?" Tanya Intan tak membalas ucapan Sebastian.
"Boleh." Pria itu tersenyum kecil, merasa sangat dilayani saat bersama Intan. Bodohnya dia tak pernah melihat ketulusan wanita itu. Selama ini dia hanya menjadikan intan sebagai teman tidur yang hanya berhubungan seks. Tidak ada hal intim atau hal romantis, hanya seks.
Intan mengangguk, mengambilkan nasi dan juga lauk untuk Sebastian. Dia memasak ayam goreng dan beberapa sayuran. Dia meletakkan lauk itu di piring Sebastian beserta nasi. Kemudian meletakkannya di meja depan Sebastian. Lanjut dengan dirinya yang mengambil nasi untuknya sendiri.
"Ini sayuran apa?" Tanya Sebastian melihat sayuran yang asing di piringnya.
"Itu daun pepaya." Jawab Intan.
"Apa enak?" Tanya Sebastian lagi.
"Enak, aku suka." Intan tersenyum kecil, kemudian memakan nasi dan sayuran di piringnya.
"Aku coba." Sebastian memakan sayuran itu beserta nasi.
"Astaga." Sebastian memuntahkan makanan yang beberapa kali dia kunyah ke sebuah tisu. Dia segera mengambil air minum, meminumnya banyak-banyak.
"Kenapa, Tian?" Intan beranjak dari duduknya dan beralih ke sebelah Sebastian.
"Pahit." Ringis Sebastian.
"Kamu gak suka pahit?" Tanya Intan lembut.
"Gak suka, aneh rasanya." Sebastian menatap nanar pada piring di hadapannya, membuat Intan tersenyum geli.
"Aku ganti yang baru ya." Wanita itu mengambil makanan Sebastian, kemudian menggantinya dengan yang baru.
Sebastian kembali makan dengan nikmat setelah tak memakai sayur daun pepaya. Dia benar-benar tidak cocok dengan rasanya. Sebastian bingung kenapa Intan suka dengan sayur itu.
"Kenapa kamu suka sih, In?" Tanya Sebastian heran. "Padahal pahit." Imbuhnya.
Intan terkekeh pelan, mengambil air untuk dia minum.
"Terkadang rasa pahit itu bisa dinikmati daripada hambar, Tian." Ujar Intan menjawab.
"Kamu bisa aja jawabnya."
Sebastian tersenyum kecut, tahu jika kata-kata Intan mengandung makna yang tersirat. Bisa jadi hidup wanita itu pahit, iya pahit. Intan banyak menelan pil pahit demi menyelamatkan hubungannya dengan Dania. Intan banyak berkorban, dan kejinya Sebastian tak pernah bersikap cukup baik. Dia hanya menggunakan wanita itu sebagai tempat menanam benihnya. Menjadikan rahim Intan sebagai ladang bagi bibit yang ditanamnya. Tak lebih dari itu, Intan tidak pernah dibuatnya senang.
"Ayo selesaikan makannya, abis ini bersih-bersih lalu ke kamar. Aku pengen." Ujar Sebastian kemudian.
Intan mengangguk, tidak bisa menolak jika Sebastian sudah bilang ingin. Itu tandanya Sebastian ingin segera berhubungan badan dengannya, setelah itu pulang. Intan tidak boleh lupa jika ada istri sah yang menunggu Sebastian di rumah. Wanita itu segera menghabiskan makanannya dan membereskannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin Kontrak
RomanceDinikahi oleh pria yang dicintai tidak lantas membuat Intan bahagia. Bukan pernikahan impian yang dia jalani. Bukan tentang perjodohan, bukan tentang bisnis keluarga, bukan juga tentang cinta tak direstui. Kisah Intan cukup rumit, dia harus menjadi...