Warning Content! ⚠️🔞
Beberapa kata dan adegan yang terkandung dalam cerita tidak patut untuk dicontoh.
Mohon bijak dalam memilih bacaan!Terima kasih dan selamat membaca. ^^
___
"Tolong diamlah!" Desis Intan disertai air mata yang akhirnya meluruh dari kedua mata cantiknya.
Daffa tersenyum sengit, pria itu kini duduk di sofa sebelah Intan. Dia tertawa miris, seperti tawa yang dipaksakan. Daffa tahu ada hal yang disembunyikan Intan. Kata-katanya barusan hanyalah sebuah pancingan yang diumpankan ke Intan. Dari cara Intan membela diri, dia tahu kalau ada sesuatu. Sesuatu yang Daffa yakini tidak menguntungkan pihak Intan.
Daffa menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Terlepas dari tuduhannya, dia sebenarnya iba pada Intan. Tidak suka jika wanita itu kenapa-kenapa. Sudah lama Daffa mencari keberadaan Intan. Kini mereka bertemu dalam keadaan yang tidak baik. Pertemuan yang cukup menyesakkan bagi Daffa juga. Dulu Intan sering membantunya dalam banyak hal. Intan adalah wanita yang baik, Daffa masih meyakini hal itu.
"Sebenarnya apa yang kamu rahasiakan, In?" Tanya Daffa masih tak menyerah. Daffa memang tidak menyebut Intan dengan sebutan kakak atau semacamnya. Meski dirinya jauh lebih muda dari Intan.
"Enggak ada, Daff." Intan menggeleng, mengatur napasnya yang memburu.
"Harus dengan cara apa agar aku bisa membuatmu jujur?" Tanya Daffa keras. Pria itu menatap tajam pada Intan yang duduk di depannya.
"Itu cuma akan menyakitkan, Daff. Jadi biarlah aku sendiri yang merasakannya." Intan berucap pelan, dalam hati menyesal karena menampar Daffa.
"Aku bukan anak kecil lagi, In. Kamu harusnya ngasih tahu aku, apalagi ini berhubungan dengan kakakku." Suara Daffa tercekat, dia sudah tidak bisa sabar lebih lama lagi.
"Berhenti melindungiku seperti aku ini masih usia belasan. Siapa tahu aku bisa membantumu." Lanjutnya dengan kesal.
"Kamu peduli sama aku?" Tanya Intan berubah penasaran.
"Iya." Daffa menatap serius pada Intan. "Aku menyukaimu, sejak lama. Cuma aku gak berani ngomong dulu karena aku masih kamu anggap anak kecil. Tapi sekarang aku akan jujur, aku udah dua puluh lima tahun. Aku bilang aku cinta sama kamu." Ujar Daffa menggebu-gebu.
Intan tersentak, tak menyangka Daffa akan mengatakan hal itu. Daffa memang selalu menurut dengannya dulu. Pria itu selalu baik padanya, tapi Intan tidak peka. Intan tidak tahu kalau Daffa menyukainya. Kini situasi semakin sulit, Intan tidak bisa menerimanya.
"Tapi aku enggak ada rasa apa-apa sama kamu, Daff." Jawab Intan langsung. Intan jujur pada Daffa, karena dia tahu cintanya hanya untuk Sebastian.
Daffa tersenyum pilu, tidak menyangka juga jika dirinya langsung ditolak. Ditolak mentah-mentah setelah dia mengucapkan kata cintanya. Intan memang wanita yang luar biasa.
"Aku minta maaf sebelumnya, tapi aku cuma anggep kamu sebagai seorang adik." Intan menatap serius pada Daffa.
"Lagi pula orang sepertiku enggak pantes buatmu. Kamu ini tampan Daff, kamu kaya, kamu mapan, kamu masih muda. Jangan cepat memutuskan untuk bilang suka sama aku. Mungkin itu cuma perasaan biasa karena aku sering membantumu dulu." Ujar Intan menyadarkan Daffa.
Daffa tersenyum sengit, tak suka dengan ucapan Intan. Daffa tak membenci penolakan, tapi dia tidak suka anggapan Intan. Daffa sudah dewasa, dia bukan anak kecil lagi. Daffa sudah bisa memutuskan sesuatu. Daffa benar-benar cinta pada Intan. Daffa tahu perasaannya sendiri lebih dari siapa pun. Termasuk wanita di hadapannya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin Kontrak
RomansaDinikahi oleh pria yang dicintai tidak lantas membuat Intan bahagia. Bukan pernikahan impian yang dia jalani. Bukan tentang perjodohan, bukan tentang bisnis keluarga, bukan juga tentang cinta tak direstui. Kisah Intan cukup rumit, dia harus menjadi...