BAB XVI

4.2K 238 18
                                    

Selamat membaca! 🧡

___

Intan tersenyum getir mendengar kalimat yang meluncur dari mulut Sebastian. Ada rasa nyeri yang menjalar di dadanya. Ia seharusnya senang saat tahu Sebastian memiliki rasa yang sama. Namun, keadaan membuatnya tidak boleh bahagia. Ia sudah menekan perasaannya kuat-kuat. Jika ia menyerah, semuanya justru akan kacau. Ia akan tetap teguh pada pendiriannya. Ia yakin Sebastian hanya memiliki rasa sesaat. Sebastian mencintainya hanya karena sering bersamanya. Itu artinya, rasa itu akan pergi jika mereka tak bersama lagi.

Intan tidak tahu kenapa Sebastian mengatakan hal itu sekarang. Mungkin hanya sebuah ungkapan, tetapi itu tidak seharusnya dikatakan. Mereka berdua adalah orang dewasa, tidak lagi sedang bermain cinta. Mereka tahu konsekuensi yang akan dihadapi jika melanggar perjanjian. Intan semakin tidak nyaman, ia menggeser duduknya menjauh dari Sebastian.

"Aku gak tahu harus senang atau sedih mendengarnya, Tian. Namun, kurasa perasaanmu hanya sementara. Perasaan itu muncul karena kamu sering sama aku. Setelah nanti kamu sama Dania, rasa itu akan sirna," ujar Intan berusaha tenang.

"Aku gak tahu. Aku cuma ngungkapin isi hatiku. Mumpung kamu masih istriku. Kamu gak perlu khawatir, aku gak akan merusak semuanya. Aku menghargaimu, aku gak akan memaksakan perasaanku. Aku juga memikirkan Dania," sahut Sebastian.

Intan tersenyum lega mendengar ucapan Sebastian. Ia bersyukur Sebastian tidak mengambil keputusan yang salah. Kini mereka berdua saling diam dan suasana menjadi canggung. Intan tidak tahu harus berkata apa lagi. Di sisi lain, Sebastian masih mengatur perasaannya yang menggebu-gebu.

"Andai saja aku belum menikah sama Dania, apa aku akan memiliki rasa yang seperti ini padamu," gumam Sebastian lebih ke dirinya sendiri.

Intan tertawa pelan, ia menganggap lucu ucapan Sebastian. "Kalau kamu belum menikah sama Dania, kamu gak akan menyukaiku, Tian. Terbukti sejak dulu kamu sukanya sama Dania, bukan sama aku. Inget nggak kamu dulu selalu nanya ke aku tentang Dania? Dania, Dania, dan Dania. Hatimu hanya ada Dania, bagaimana bisa kamu berpikir akan memiliki rasa padaku?" tanyanya geli.

Sebastian tersenyum kecil mendengar perkataan Intan. Apa yang dikatakan Intan benar, selama ini hanya ada Dania. Ia melakukan banyak hal untuk Dania juga. Ia bahkan rela menikah lagi demi hubungannya dengan Dania. Ia tidak pernah memikirkan wanita lain selain Dania selama ini, kecuali Intan. Entah sejak kapan ia mulai memikirkan wanita itu. Bahkan, dulu saat program kehamilan Intan yang pertama, ia tak begitu memikirkannya.

"Kamu benar. Lalu, bagaimana bisa kamu memendam perasaanmu selama ini dan bersikap seolah semuanya baik-baik saja? Apa rasanya sakit saat aku selalu menanyakan Dania padamu dulu?" tanya Sebastian pelan.

"Kenapa baru menanyakan sekarang?" Intan tertawa getir. "Itu sama aja membuka luka lama, Tian. Aku bisa bertahan sampai sekarang, itu artinya aku gak apa-apa."

"Maaf," ujar Sebastian.

"Aku maafkan. Lebih baik sekarang bahas hal lain aja. Bahas hal itu juga gak akan menghasilkan apa pun," sahut Intan lembut.

"Aku gak tahu mau bahas apa. Aku terlalu senang mungkin mendengar kehamilanmu," ucap Sebastian yang agaknya berbohong. Ia lebih syok dan belum siap sebenarnya.

"Mungkin kita harus kasih tahu Dania sekarang," ujar Intan. "Atau kamu pulang aja dan kasih kabar ke Dania," ralatnya.

"Kamu bilang mau menghabiskan waktu denganku dulu?" tanya Sebastian.

"Aku akan mengalah kalau kamu mau pergi pada Dania," sahut Intan.

"Gak, nanti aja aku akan ngomong sama Dania. Sekarang kita habisin waktu bersama aja," ujar Sebastian.

Kawin KontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang