Ada yang inget cerita ini?
Ada yang masih nunggu? 😂
Kuy angkat tangannya! 🤣Selamat membaca 💛
___
Sebastian dan Intan iki berada dalam perjalanan pulang. Sebastian sengaja mengantar Intan terlebih dahulu. Sebelum nanti Daffa datang terlebih dahulu. Sebastian tahun Daffa memang sering ke rumah Intan. Bahkan menginap di rumah Intan. Jujur saja itu membuat Sebastian tidak senang. Dia bukannya tidak percaya pada Intan, tapi Daffa terang-terangan mengejar Intan.
Terkadang Sebastian merasa iri terhadap Daffa. Daffa begitu blak-blakan dengan perasaannya terhadap Intan. Sedangkan dirinya hanya menjadikan Intan sebagai istri kedua. Dia merasa seperti seorang pecundang. Mungkin dirinya memang seperti itu. Meski Intan terus saja meyakinkannya agar tidak terus merasa bersalah.
"Apa Daffa berbuat baik padamu?" tanya Sebastian pada Intan.
"Dia selalu baik sama aku, Tian." sahut Intan cepat.
Sebastian mengangguk pelan. Dia tidak seharusnya bertanya hal itu. Dirinyalah yang tidak baik terhadap Intan. Perasaan bersalah kembali menyeruak. Dadanya bahkan terasa ngilu.
"In!" panggil Sebastian pelan.
"Iya?" Intan menatap Sebastian penuh perhatian.
"Bisa kita ke hotel saja?" Sebastian menoleh pada Intan.
Intan diam sejenak, memperhatikan raut gelisah pada wajah pria di hadapannya. Sepertinya Sebastian kalut, entah karena apa. Intan sebenarnya ingin menolak. Mereka sudah berdua terlalu lama. Intan tahu mereka tidak melakukan apa-apa tadi. Namun sekarang bukan saatnya. Saat ini adalah waktu untuk Dania dan putranya. Intan tidak ingin menjebak Sebastian terus bersamanya.
"Kita udah bersama cukup lama, Tian. Theo juga butuh sosok seorang ayah," ujar Intan lembut.
"Beberapa jam saja, In. Abis ini aku akan pulang," pinta Sebastian lagi.
Intan menatap iba pada Sebastian. Dia akhirnya mengangguk pelan. Membiarkan Sebastian pulang dalam keadaaan kalut juga tidak baik. Bisa jadi Sebastian akan melampiaskan emosinya pada Dania atau bahkan putranya. Intan tidak mau itu terjadi.
Begitu Intan setuju, Sebastian langsung menjalankan mobilnya menuju hotel yang akan dia singgahi. Dia sudah hafal kota itu. Dia segera mencari hotel terdekat di area sana.
"Pelan-pelan, Tian." tegur Intan begitu merasa Sebastian mengebut.
Sebastian hanya diam, tak menjawab. Namun laki-laki itu memelankan laju mobilnya. Itu artinya Sebastian mendengarkan perkataan Intan. Menurut Sebastian, Intan memang selalu benar.
Intan tidak tahu apa yang tengah dipikirkan oleh Sebastian. Pria itu terlihat berbeda dari biasanya. Namun Intan bersyukur Sebastian mau mendengar kata-katanya. Hal yang tidak Intan duga juga. Sebab dulu Sebastian dan dirinya tak seakrab itu. Mereka tak seintim sekarang. Dulu Sebastian benar-benar hanya menganggapnya partner ranjang. Dia tidak menggunakan perasaan. Begitu selesai, dia akan meninggalkan Intan begitu saja. Namun kini terasa berbeda.
Intan membiarkan Sebastian melakukan check in terlebih dahulu. Setelah selesai, mereka kemudian menuju kamar yang mereka pesan. Sebastian menggandeng tangan Intan. Mengajaknya masuk ke dalam kamar. Setelah itu, Sebastian langsung mengunci pintu kamar.
Intan duduk di atas ranjang dan menatap bingung pada Sebastian. Pria itu tampak gelisah dan tidak tenang. Sebastian secara tiba-tiba mendorong tubuh Intan ke atas ranjang. Dia menindih tubuh wanita itu. Dia cium bibir Intan dengan buas. Satu tangannya juga bergerak meremas dada Intan dari balik bajunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin Kontrak
RomanceDinikahi oleh pria yang dicintai tidak lantas membuat Intan bahagia. Bukan pernikahan impian yang dia jalani. Bukan tentang perjodohan, bukan tentang bisnis keluarga, bukan juga tentang cinta tak direstui. Kisah Intan cukup rumit, dia harus menjadi...