BAB X

4.8K 243 18
                                    

Masih ada yang baca cerita ini? Yang awalnya mau oneshot jadi berpart-part wkwk.

Selamat membaca 💛

___

Sebastian dan Intan masih berada di kantor. Tepatnya di ruangan Sebastian seperti semula. Hari sudah semakin sore, namun mereka belum ingin pulang. Intan pun yang baru saja keluar dari toilet segera menghampiri Sebastian. Wanita itu merasa tidak enak karena tadi justru tertidur dalam dekapan pria itu.

"Maaf ya, aku malah tidur sampai sini," Intan berucap sembari duduk di sebelah Sebastian.

"Gak apa-apa, aku gak keberatan," Sebastian tersenyum lembut dan menatap wanita di sebelahnya.

Intan tersenyum kecil dan menyadarkan punggungnya pada sofa. Wajahnya sudah segar setelah dia basuh barusan. Tadi dia dan Sebastian juga sudah memesan makanan untuk mereka. Setelah bangun tidur, Intan merasa lapar. Sebastian juga sepertinya sudah kembali lapar. Pegal juga mendekap Intan selama tidur. Meski pria itu akhirnya juga tertidur bersama Intan.

Mereka sekarang tidak melakukan apa-apa selama menunggu pesanan tiba. Awalnya Sebastian mengajak Intan keluar, namun segera saja Intan tolak. Intan sendiri sudah merasa tidak aman selama berada di ruangan Sebastian. Apa lagi nanti kalau mereka berdua keluar. Pasti akan ada banyak berita yang beredar. Para karyawan sudah tahu jika Sebastian adalah suami dari Dania. Akan sangat mencurigakan kalau Intan dan Sebastian keluar bersama.

"Apa kamu pegal, Tian? Mau aku pijitin?" tanya Intan yang merasa tidak enak.

"Gak apa-apa," Sebastian tersenyum lagi. "Masih kuat bahkan kalau kamu mau duduk di pangkuanku lagi sekarang," ujarnya disertai kekehan.

"Kenapa kamu jadi genit gini? Inget Dania, Tian!" ujar Intan mengingatkan.

Sebastian tersenyum saja sembari mengendikkan kedua bahunya. Pria itu tidak berniat membalas ucapan Intan. Atau sepertinya pria itu enggan membahas Dania sekarang. Sebastian sering mengabaikan pembahasan soal Dania saat bersama Intan. Mungkin pria itu melakukannya untuk menghargai kehadiran Intan.

"Mungkin aku juga harus inget kalau sekarang aku bersama kamu, bukan sama dia," ujar Sebastian di luar dugaan Intan.

"Tapi, Tian," Intan menatap ragu pada Sebastian.

"Berhenti bersikap seperti itu, In! Aku tahu apa yang aku lakuin, jadi jangan terlalu khawatir!" Sebastian menatap serius pada Intan.

"T-tapi aku gak mau kita melanggar janji kita bertiga," Intan berusaha membalas ucapan Sebastian.

"Bukannya sejak malam itu kita udah ngelanggar perjanjian?" tanya Sebastian yang terdengar seperti pernyataan.

Intan terdiam, dia tahu dia dan Sebastian sudah melanggarnya. Bahkan hal itu juga membuat Sebastian dan Dania bertengkar. Sebab itu juga Intan tidak ingin berbuat lebih lagi. Intan sudah merasa bersalah karena kejadian lalu. Dia tidak mau membuat rumah tangga Sebastian dan Dania semakin tidak harmonis.

"Dengar, In!" Sebastian mengulurkan tangannya, membelai sisi wajah Intan. "Kamu gak perlu terus-terusan berkorban buat aku sama Dania. Kuakui memang aku sangat menyayangi Dania, bahkan sampai mau melakukan hal ini. Di sisi lain, aku sudah merasa cukup buruk buatmu. Aku merasa cuma manfaatin kamu aja. Jadi, aku di sini cuma ingin sedikit membuatmu bahagia. Aku ingin menghargaimu sebagai seorang wanita. Mumpung status kita suami-istri, aku ingin memperlakukanmu layaknya seorang istri. Aku merasa berdosa ketika dulu tidak pernah berbuat baik padamu. Bahkan saat kamu sudah memberiku seorang putra," Sebastian menjeda ucapannya.

"Tian," Intan menggigit bibirnya, merasa sendu mendengar perkataan Sebastian padanya.

"Biarkan aku memberimu sedikit kebahagiaan meski ini tidak akan selamanya," lirih Sebastian seperti sedang memohon.

Kawin KontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang