Menghabiskan satu bulan hanya dengan berdiam diri di rumah selama masa pemulihan benar-benar membuat Tita merasa seperti tercekik dan sesak napas.
Rusuknya yang patah kini sudah semakin pulih dan Tita rasa otaknya bisa jadi gila kalau tidak segera beranjak pergi keluar.
"Maa, Tita pergi dulu ya!"
"Eeh, mau ke mana? Emangnya kamu udah sembuh?"
"Udah dong." Tita mengecup pipi perempuan pertama yang paling ia cintai di dalam hidupnya itu. Jika bertanya siapa perempuan yang ke dua, posisi itu sudah ia amankan untuk Alya yang tidak pernah menolak meminjamkan duit.
"Pergi sama siapa? Jangan sendirian loh, ini udah sore. Pasti nanti kamu pulangnya malem."
"Tita gak sendiri kok, sama Danu."
"Danu? Yang artis itu?"
"Hmm. Orangnya udah nangkring tuh di depan."
"Loh kamu sekarang deketnya sama Danu?"
"Temenan doang."
"Beneran gak pacaran?"
"Ya enggak dong Ma, Tita kan udah punya orang yang disuka."
Mamanya tentu tidak akan menanyakan lagi siapa sosok yang putrinya maksud, karena ia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana sebulan ke belakang Tita selalu sibuk menjarah telepon rumah mereka untuk merecoki kehidupan Arga.
"Udah yaa, Tita beneran berangkat nih. Si Danu udah nunggu lama."
Dan begitu saja Tita bergegas ke luar dari rumah sore itu. Begitu membuka pintu mobil, ia langsung mendapati Danu yang sedang asik menikmati alunan musik bergenre heavy metal dengan kepalanya yang mengangguk-angguk. "Heh berisik tau gak! banyak tetangga."
Lelaki itu malah nyengir lebar sampai menunjukkan seluruh deretan giginya. "Abisan lama banget lo."
Seperti ini lah jika dua orang yang sama-sama memiliki sifat ekstrovert dipertemukan. Tita dan Danu sama sekali tidak memiliki kesulitan untuk mengakrabkan diri walau belum lama ini mereka saling mengenal.
"Ta, kayanya gue cocok punya romantic relation deh sama lo."
Dan dari semua perempuan yang ia rayu seperti itu, hanya Tita yang tidak pernah luluh dan jatuh pada perangkapnya. Entah, Danu juga heran kenapa perempuan yang satu ini berbeda.
"Jangan macem-macem, gue udah punya calon pacar." Mungkin Tita masih mau meladeni Danu andai saja Arga tidak lebih dulu merebut perhatiannya.
"Calon pacar? Gebetan kali maksudnya?"
"Kalo gebetan berarti dia juga balik suka ke gue gak sih?"
"Jadi dia gak suka sama lo? Wah, cowok mana emangnya yang berani nolak cewek barbar macem gini?"
Tita memutar bola matanya malas atas ucapan Danu barusan, "gue gak jadi ikut pergi, bye. "
"Idih, iye-iye. Jangan gitu dong, dah jauh-jauh nih Abang samper ke Bintaro."
Tita sudah bergegas untuk melepas seatbelt dan bermaksud untuk segera melangkah turun dari mobil, kalau lengan Danu tidak buru-buru menahannya, "ampun-ampun. Pliss, sumpah gak bakal bercanda lagi. Janji deh, suwer tekewer-kewer."
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanium
Romance(SUDAH TAMAT) Mulanya membenci, kemudian menyukai, dan akhirnya membenci lagi. Tita mengalami ketiga fase itu pada sosok Arga. Tapi di saat ia sedang mengalami fase yang ketiga yaitu membenci, Arga justru dengan mantap mengajaknya menikah. Dan Tit...