9

2.3K 233 4
                                    

"Transferan kamu ke rekening aku kemarin udah kubalikin ya. Aku masih punya uang sendiri kok."

Arga tidak menyahuti ucapannya itu, hanya tetap melanjutkan mengenakan kemeja dan bersiap berangkat ke rumah sakit.

"Hari ini jadi belanja bulanan kan?"

"Hmm, jam empat sore. Mau ketemu langsung di Lotte Mart atau saya yang jemput kamu sepulang dari rumah sakit?"

"Langsung ketemu di Lotte Mart aja. Aku bisa ke sana sendiri."

Arga mengangguk seraya mengikat dasi di kerahnya sendiri. Tidak seperti pasangan suami isteri muda lainnya yang masih hangat-hangatnya, sepasang yang ini berbeda. Tidak ada kecupan pagi atau pelukan hangat sebelum sang suami berangkat mencari nafkah.

Tita juga seringkali menolak uang pemberian Arga dengan dalih ia punya penghasilan sendiri. Ia selalu berharap Arga marah dan tersinggung akan hal itu, tapi lelaki itu selalu diam saja dan tidak pernah protes. Benar-benar tipikal Arga.

Kali ini Tita sudah menutup pintu rumah bahkan sebelum mobil Arga selesai keluar dari garasi. Ia memang sengaja berniat untuk membuat laki-laki itu merasa tersinggung atas kelakuannya yang seperti mengusir Arga dari rumahnya sendiri, walau lelaki itu pastinya tetap tidak perduli.

"Halo Cha, iya jam sepuluhan gue otw sana. Ini mau luluran dulu biar kinclong pas pemotretan nanti."

"...."

"Gue pemakan segalanya kok. Lo mau pesen catering apa aja juga bebas, atur aja. Palingan jangan yang pedes-pede--ADUDUUH!!!"

"...."

Handphone itu terpental jauh dari genggamannya dan Tita mendapati tubuhnya sudah rebah di lantai kamar mandi. Sekarang untuk beranjak bangun dan mengambil hpnya saja, ia tidak sanggup.

Punggungnya terasa seperti remuk karena ia baru saja menghantam lantai kamar mandi. Dan lebih daripada itu, ia merasakan sesuatu berbau anyir turun di dahinya. Setelah itu, semua pandangannya menggelap begitu saja.

***

Tita tau ia pasti akan terbangun dengan menghirup bau khas rumah sakit, sekarang ia hanya penasaran siapa yang orang yang pertama kali menolongnya? Karena ia tidak sempat berteriak minta tolong pada siapapun sebelum tak sadarkan diri tadi.

"Kenapa sih lo suka banget bikin orang khawatir?!"

Tita menghela napas lega kala mendapati Alya sudah duduk di tepi ranjangnya. "Lah, mana bisa gue tau kalo bakal kepeleset di kamar mandi?"

"Makanya kalo ngapa-ngapain tuh hati-hati!" Dan Alya jadi tidak habis pikir saat melihat Tita malah cengengesan.

"Lo tau gak? Gue tuh malah seneng banget kalo ada yang khawatirin gue gini. Beberapa bulan ke belakang kan lo udah kaya di telan bumi gara-gara sibuk ngerjain tesis."

"Heh, bisa-bisanya lo baru bangun udah bisa cengengesan gini?"

Tita mengangguk dan menarik lengan Alya untuk dia peluk. "Makasih ya Al?"

"Buat?"

"Udah bawa gue ke rumah sakit sebelum gue tewas di TKP. Lo emang penyelamat idup gue Al. Inget waktu jaman SD gue hampir diculik tukang cilok? Kan waktu itu lo juga yang nyelame--"

"Ta, lo harus bersyukur Arga belum berangkat waktu lo pingsan."

"Hah? Gimana-gimana?"

"Suami lo yang bawa lo ke sini. Setelah mastiin gak ada luka yang serius, dia telpon gue buat minta tolong nemenin lo dulu karena dia ada jadwal praktek."

TitaniumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang