21

2.3K 237 43
                                    




"Adek bayinya mau dikasih nama siapa?"

Perempuan yang sejak tadi duduk bersandar pada kepala tempat tidur rumah sakit sambil mengamati jendela itu mendongak untuk balik bertanya, "kenapa belum dikasih nama?"

"Saya nungguin kamu. Menurut kamu, nama yang bagus apa?"

Tita berpaling lagi pada pemandangan di luar jendela rumah sakit. Suaranya terdengar saat pelan saat menjawab, "terserah kamu."

Beberapa saat setelah Tita berkata begitu, yang ada hanyalah keheningan di antara mereka. Bayi di gendongan Arga yang sebelumnya menangis, sudah tertidur kembali.

Arga mengecup pipi puterinya dan membawanya kembali ke kereta dorong. Tangannya menekan tombol untuk memanggil perawat. Perempuan berseragam serba putih itu datang dengan tergopoh-gopoh sesaat setelahnya, "ada apa ya, Pak Dokter?"

"Gapapa." Dengan kedua tangannya Arga mendorong kereta bayi mendekat ke perawat itu. "Tolong dibawa ke ruang bayi ya, Sus."

"Wah, saya kirain ada apa-apa sama bayinya makanya baru sebentar saya sudah dipanggil lagi." Perawat itu sedikit melirik pada perempuan di atas ranjang rumah sakit yang terus menatap ke arah jendela. "Masih ada setengah jam sebelum jadwal babynya balik ke ruangan. Kalo Ibunya belum puas mangku, masih boleh kok Dok. Biasanya kan suka pada pingin lama-lama sama baby nya."

"Dibawa sekarang aja Sus, isteri saya pingin istirahat."

"Oke Dok kalau gitu." Perawat itu mengangguk ramah dan mendorong ranjang bayi keluar dari ruang rawat inap.

Setelah itu Arga mendekat dan berdiri menghadap Tita. Jarinya terulur untuk menyingkiran helaian rambut dari wajah isterinya. "I'm a bad husband, aren't I?"

"...."

"Tita... may i beg you to hate me instead our baby?"

***

Arga tengah membantu Tita menguncir rambut panjangnya yang terasa mengganggu ketika sedang makan. Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan dari pintu, berikut sebuah wajah tak asing yang menyembul dari baliknya.

Wajah yang membuat baik Arga maupun Tita sama-sama terkejut. Itu Radisty yang segera bertanya, "may I join?"

Tidak perlu menunggu jawaban dari Tita ataupun Arga untuk membawa Radisty benar-benar masuk dengan menenteng parsel buah dan buket bunga. "Congratulations both of you. Actually I came to visit my life savior."

Tita menerima buket bunga yang diberikan dan meletakannya di atas pangkuannya sementara Arga melanjutkan kegiatannya yang sebelumnya tertunda, yaitu menguncir rambut Tita sampai bisa terikat sempurna sebelum menyambut jabatan tangan Radisty. "kapan sampai ke Jakarta?"

"Semalem. And the big news is, Lana alteady recover from cancer."

"Glad to hear that, You contributed for her recovery."

Di sela-sela obrolan itu, Arga membantu Tita meraih segelas air putih dari atas nakas.

"So, where's the baby?"

"Baru saja balik ke ruang bayi."

"So, I'm late, unfortunately." Sudut bibir perempuan itu membentuk ekspresi sesal. "Btw, namanya siapa?"

Ada keheningan selama beberapa detik yang membuat kening Radisty mengerut. Arga yang beralih menatap Tita—yang sedang menatap jendela, membuat Radisty mulai menyadari tentang situasi yang terlihat tak cukup bersahabat di antara kedua orang itu.

"Belum diberi nama."

"Oh gitu? pasti susah ya nemu nama yang bener-bener pas? Seringnya begitu sih emang." Perempuan itu kemudian sengaja memberi gelagat melirik arlojinya, "Sebenarnya Lana nunggu sendiri di bawah. Maaf gak bisa jenguk kalian lebih lama."

TitaniumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang