27

3.1K 278 77
                                    

Perempuan itu menyeret kopernya dengan resah dan terburu-buru di bandara international Soekarno Hatta. Walaupun risetnya berjalan dengan sempurna selama sebulan di luar negeri, Alya tidak memungkiri bahwa selama itu juga ia berada di dalam perasaan yang tidak baik.

Semua firasat buruknya berkaitan dengan Tita yang tidak bisa ia hubungi sama sekali selama ia di Belanda. Dan Alya tidak akan menjadi seresah ini kalau saja Tita tidak memborbardirnya dengan panggilan dan chat untuk bertemu, yang baru bisa ia lihat ketika ia terbangun di hotel setelah mengalami jet lag akibat enam belas jam penerbangan pesawat.

Saat ia berusaha menghubungi balik ponsel milik sahabatnya itu, tidak pernah ada jawaban dari Tita sampai dengan detik ini.

Masih sambil menyeret koper besarnya, Alya turun dari taksi di depan rumah Tita. Lama ia mengetuk pintu, tidak ada yang membuka. Alya berasumsi bahwa rumah ini sudah beberapa pekan tidak ditempati, karena banyak debu yang mengotori lantai teras.

Untuk itu, Alya membiarkan dirinya dipandang konyol di sepanjang koridor rumah sakit karena membawa koper yang sangat besar sampai ke ruangan praktik milik Arga. Tidak hanya sampai di situ, Alya juga masih harus menunggu tiga jam sampai jam praktik Arga selesai dan lelaki itu memiliki waktu luang.

Sama seperti orang-orang di koridor sana, Arga juga menatapinya dengan heran ketika ia masuk ke dalam ruangannya dengan koper besar itu. "Ada yang bisa saya bantu?"

Alya mengangguk-angguk cepat, "Tita ke mana ya? Sebulan ke belakang gak bisa dihubungin."

"Kalau itu, saya juga tidak tau."

"What?!" jelas saja Alya tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Apa saja yang sudah terjadi pada Tita saat ia tidak berada di sini?! "Tapi lo— maksudnya, anda kan suaminya?"

"Kami sedang dalam proses cerai." Dan bisa-bisanya lelaki itu berucap seperti itu tanpa ekspresi "Kamu kenal Jason? Feeling saya, Tita pergi bersama laki-laki itu."

"Jason?"

"Hmm. Kalau kamu ketinggalan berita, sekarang publik pun sudah tau kalau Tita selingkuh."

"Selingkuh?! SAMA JASON?!"

Tak ada jawaban, hanya ada kening Arga yang berkerut heran. Sambil mengambil ponselnya dengan gemetar dan panik, Alya menghubungi nomor polisi. "Halo selamat siang Pak, saya mau bikin laporan orang hilang, ada kemungkinan diculik. Apakah saya bisa—"

Alya menengok pada Arga yang menarik tangannya dengan wajah merah padam. "—baik Pak, nanti saya akan langsung datang ke sana untuk bikin laporan resminya, hilangnya sudah sebulanan Pak. Terimakasih."

"Denger," Alya menarik tangannya dan berusaha bernapas dengan teratur agar dirinya tidak semakin panik. "Kemungkinan Tita ketemu Jason dan mereka selingkuh itu nol persen! Tapi kemungkinan Tita ketemu Jason dan disiksa sampe mati sama itu iblis gue rasa di atas tujuh puluh persen—"

"Kamu bicara apa?!"

Alya bingung harus menjelaskan dari mana, matanya secara tidak sengaja menangkap highligt berita dari tv yang menyala di ruangan Arga, pas sekali stasiun tv itu sedang meliput informasi kembalinya Jason Romero anak semata wayang dari keluarga Romero, pemilik perusahaan sawit terbesar di Indonesia. "Orang itu," tunjuknya dengan jari yang masih belum mau berhenti bergetar. "Balik ke Indonesia untuk balas dendam."

"Saya belum mengerti maksud kamu."

Alya tidak tau apakah dia harus menceritakan semuanya ke Arga, termasuk rahasia terbesar Tita. Tapi dalam keadaan seperti ini ia tidak punya pilihan lain kan? "Dulu Papanya Jason menikah dengan Mamanya Tita. Lalu mereka cerai dan Papanya Jason meninggal gak lama setelah perceraian itu."

TitaniumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang