11

2.7K 308 32
                                    

Note: kayaknya aku bener-bener butuh apreasiasi kalian supaya semangat lanjut cerita ini. Huhu.. Komen yang banyak dongggg 😩
***

"Selamat ulang tahun."

Lama Tita tidak menyahuti ucapan Arga pagi itu sebelum akhirnya ia membuka mulut untuk bersuara, "udah lewat kali."

"Mau kado apa?"

"Gak perlu repot-repot, aku bisa beli semua yang aku butuh sendiri kok."

Arga tidak mau berdebat di pagi hari, maka ia hanya berdeham untuk mengiyakan dan lanjut bertanya, "Hari ini kamu sibuk? Bunda minta kita datang."

Perempuan itu berjalan ke meja makan dan sambil menggigit apelnya ia duduk berhadapan dengan Arga yang sedang menyesap kopi. "Kalau pagi bisa, sore nanti photoshoot. Emangnya ada acara apa sih?"

"Saya juga gak tau."

Tita ingin menyahut lagi, tapi ia tidak tau mengapa dirinya malah tiba-tiba tercekat dan menahan napas saat mendapati tangan Arga terulur untuk menyingkirkan kotoran matanya (read: belek!). Setelah beberapa detik berlalu, barulah Tita mampu kembali bersuara, "kamu pikir bisa bikin aku salah tingkah ya? Jangan sok tebar-tebar pesona deh."

"Jangan ngawur, saya hanya ambil kotoran di mata kamu."

"Kamu menyentuh aku tanpa consent!"

"Tit, saya tau kamu benci saya. Tapi saya malas ribut pagi-pagi."

"Tit? Emangnya namaku titit?"

"Kamu cuma pengen cari ribut tanpa alasan yang jelas, gak capek?"

"Jujur capek banget, tapi kamu gak pernah terlihat perduli apalagi sakit hati jadi aku belum mau berhenti."

"Mau hancurin diri kamu sendiri dengan terus-terusan bertingkah begitu?"

"I've broken, kok." Tita menggigit apelnya sebelum melanjutkan lagi, "gak keliatan emang?"

"Kelihatan."

"Nah, tuh tau."

"Dulu kamu gak begini."

"Dulu aku belum kehilangan Mamaku."

"Saya mengerti kamu sedih ditinggal sendirian, but life must go on."

"Emangnya kamu ngerti apa soal ditinggal sendirian? You grew up in such warm family, sedangkan aku cuma punya Mamaku."

"You're not the only one suffering in this world, don't be childish."

"You don't know how it's feel to live with regrets, kan Mas?"

"I know." Setelah hanya menyahut singkat begitu, Arga tiba-tiba bangkit berdiri dan membuang begitu saja kopinya yang masih penuh dan panas ke westafel. Tita sedikit tercengang dan kini ia mengamati punggung lelaki yang sedang mencuci cangkir itu. Apa perkataannya barusan menyinggung Arga?

Karena tidak seperti biasanya, Arga terlihat sedikit menampakkan emosi dalam pertengkaran mereka kali ini.
***

"Happy birthday Onti Tita!!"

Tita masih terpaku di depan pintu rumah Bunda. Di hadapannya dan Arga sekarang, berdiri Arka yang sedang meniup terompet kertas. Sementara Bunda, Kynara, dan Bani yang menggendong Asa, terlihat berada di belakang sana dan ikut tersenyum lebar.

Bunda yang pertama kali menghampiri untuk memeluknya seraya berucap, "selamat ulang tahun ya sayang." Tita tidak tau kalau setetes air di pelupuk matanya kini sudah luruh membasahi pipi, dan perempuan paruh baya di dalam pelukannya itu kembali berucap, "Maaf telat rayainnya ya, tadinya kita mau rayain kemarin, tapi Arga bilang kalian udah punya acara berdua."

TitaniumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang