4

2.3K 235 9
                                    

"Emangnya siapa juga yang bisa lupain kalo lo tiba-tiba nangis dan sempat bikin syuting video klip mereka jadi kacau?"

"Jangan diingetin lagi dong!" Tita duduk di depan cermin rias di kamar Alya, menggerutu ketika ia mendapati satu buah jerawat muncul di jidatnya. "Mau tau yang lebih seru lagi gak? Danu minta kontak whatsapp gue loh. Katanya kali aja dia sewaktu-waktu perlu ngontak gue buat project baru."

"Project apaan? jadi figuran lagi?"

"Ya enggak lah!!"

"Eh, tapi dari pada cerita lo soal Danu yang surprisingly bisa beli buburnya Bang Ipul dan notice lo itu, gue justru lebih penasaran sama respon si dokter Arga waktu lo gak sengaja nyebut dia sebagai sugar daddy ke Bang Ipul, marah gak dia?"

"Dia kan robot, mana bisa marah. Cuma tatapannya udah kaya gue ini orang paling menjijikkan di dunia aja sih."

"Jangan-jangan dia emang jijik dan nganggep lo beneran punya sugar daddy?"

"Gak masalah, dari awal imej gue juga udah jelek di mata dia kok."

"Feeling gue, dia itu baik deh. Cuma agak kaku aja, ya gak sih?"

"Bukan cuman kaku aja, tapi kaku banget. Bener-bener deh, not my kind of type."

"Sepengamatan gue, dokter-dokter itu biasanya cuma mau nikah ke sesama profesi dokter loh. Jadi selera dia juga udah pasti bukan bentukan kayak lo gini. Beda level otak."

Tita tidak percaya bahwa dirinya sendiri akan mengangguk setuju. Tentu saja, karena tadi pagi ia juga sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana selera Arga dapat terukir sempurna pada sosok seperti Radisty. Dokter perempuan yang datang bersama Arga pagi tadi itu memang persis seperti jargon-jargon calon anggota DPR, 'cerdas, anggun, dan bermartabat'.

Bahkan Radisty juga begitu rupawan di saat yang bersamaan.

Tapi Tita cepat-cepat menggeleng untuk mengenyahkan penilaiannya yang terakhir, kalo masalah cantik sih gue gak pernah merasa kalah ya!

"Al, sebenernya gue dateng ke sini bukan mau ngomongin itu doang sih."

Tita menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ia tau kalau gelagatnya memang begitu mudah terbaca sampai Alya bisa langsung berbicara tepat ke sasaran, "udah gue transfer ke rekening lo, say."

"Kok lo bisa tau sih gue mau pinjem duit?"

"Soalnya kepala lo transparan." Alya beranjak bangun dari atas ranjang untuk meneguk segelas air. Tita memang selalu datang di saat yang tidak tepat untuk mengganggu acara tidur siangnya. "Nyokap lo udah gimana kabarnya emang?"

"Kanjeng ratu makin sehat kok, cuma kata dokter emang harus terus minum obat anti penolakan. Minggu depan gue transfer balik ya Al, pas fee pemotretan gue udah cair."

"Santai."

Tita berjalan untuk memeluk Alya, "Al lo tau kan, that I love you more than anything in this world?"

"Emang manis banget mulut lo kalo lagi minjem duit."

Tita terkekeh memberikan kecupan singkat di pipi sahabat karibnya itu, membuat Alya cepat-cepat berteriak, "idih!!" Sambil menyeka pipinya yang terasa basah.

TitaniumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang