20

4K 354 51
                                    

Note: chapter ini memang sengaja kubuat sat set sat set yah..
***

"Pagi buta tadi, tiba-tiba Bunda bangun dan keliatan linglung. Ketika Bunda lihat Arka dan Asa, Bunda  nanya ke Ara mereka itu siapa. Bunda juga nanya Ayah pergi ke mana, kenapa pagi-pagi banget Ayah udah gak ada di rumah."

Tita mengamati Arga yang terlihat mengusap-usap wajah dengan gusar.

"Lalu Bunda tidur lagi dan tadi bangun seperti gak terjadi apa-apa."

Arga sedang berusaha untuk tidak memikirkan segala kemungkinan terburuk, "bisa jadi Bunda begitu karena kebawa mimpi."

Tita yang sedari tadi hanya mendengar dan mengamati, mendapati Kynara menggeleng tegas pada sanggahan Arga. "Itu gejala demensia Mas."

Tepat setelah Kynara selesai berbicara, Bunda sudah datang membawa sekantung belanjaan ke dalam rumah dengan wajah riang. "Bunda seneng kalian datang ke rumah, tapi lain kali kalau mau ngumpul-ngumpul kabari Bunda dulu ya? Untung aja tukang sayur depan komplek masih pada buka."

Tita tau, baik Kynara maupun Arga masih sama-sama terkejut atas apa yang baru saja terjadi pada Bunda pagi tadi, dan kedua kakak beradik itu terlihat belum bisa menyembunyikan keresahannya dengan tetap hanyut dalam pikiran masing-masing.

"Masak apa Bun hari ini? Ajarin Tita doong, supaya Mas Arga gak sakit perut setiap abis makan masakan Tita di rumah." Tita mengambil alih beberapa kantung belanjaan Bunda dan segera mengamit lengat mertuanya itu untuk berjalan bersama ke dapur.

"Untung aja Mas Bani lagi manggung di luar kota, Saya jadi bisa tau kondisi Bunda pas kebetulan lagi nginep di sini sama anak-anak. Kita harus gimana Mas? Bahaya kalau Bunda tinggal sendirian."

Arga masih terdiam selama beberapa saat sebelum menyahut, "Kalau Bunda tinggal di rumah Mas dan Mbakmu, gimana?"

Kynara menggeleng sambil memijit-mijit pelipisnya, "Mas Bani dari dulu selalu usul untuk ajak Bunda tinggal bareng kami. Tapi pas Ara tanya, Bunda gak pernah mau. Katanya Bunda gak mau ngerepotin, dan Ara yakin walau Mas Arga yang minta Bunda untuk tinggal bareng kalian sekalipun, Bunda akan tetap nolak."

Dari rahang lelaki itu yang terlihat menegas, Kynara tau bahwa Arga sedang berusaha sebisa mungkin untuk tetap menjadi dirinya sendiri dengan tidak meledak dalam rasa frustrasi.Arga menarik dan menghembuskan napasnya pelan, kemudian memberi gagasan lain, "kalau gitu kita cari asisten rumah tangga yang bisa nginap untuk nemenin Bunda."

Kynara nampaknya setuju akan gagasan itu. "Kebetulan Mas Bani masih sibuk manggung di luar kota, jadi Biar Kynara aja yang nginep beberapa hari di sini sampai ART-nya dapet. Ara memang tadinya berniat nginap agak lama di sini bareng anak-anak, Mas."

Arga mengangguk setuju, kemudian bangkit untuk menyusul Bunda dan Tita yang terlihat sibuk di dapur. Tapi ia tidak benar-benar sampai ke dapur, hanya ikut mendengar perbincangan Bunda dan Tita yang lumayan terdengar dari posisinya berdiri saat ini.

"Tita, gimana sayang, kamu udah ngisi?"

Dari sini Arga dapat melihat punggung isterinya terlihat menegang atas pertanyaan itu, kemudian Tita terdengar menjawab, "hehe belum, Bun."

"Jangan-jangan.... kalian nunda ya?"

"Eh? Hmm... Iya Bun, Tita sama Mas Arga masih nunda dulu untuk punya anak."

"Bunda boleh tau alasannya ndak?"

Tita lama tidak menyahut, sampai akhirnya perempuan itu seperti kehabisan ide dan memilih menjawab asal, "Tita masih pengen fokus karir dulu, Bun."

TitaniumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang