/18/

1K 123 2
                                    

Alooo~

+++

"Hae apa ini kelihatan cocok untukku?" Sulbi menunjukkan sebuah kalung bermerek Channel kepada Haeri. Benar, jika kedua wanita yang sedang temu rindu mainnya tidak jauh-jauh dengan aktifitas belanja.

"Cocok sekali bii." Haeri mengancungkan jempolnya dan sebuah kedipan, selanjutnya ia kembali menelusuri rak-rak perhiasan dan membiarkan Sulbi memilih pilihan terakhir nya untuk di bawa pulang. Ada banyak sekali model ia sukai di sini, tapi entah kenapa ia tidak tertarik untuk membeli nya. Bukan karena ia tidak memiliki modal hanya saja terlalu sayang jika pada akhir nya hanya di jadikan pajangan di lemari nya. Ia terbilang jarang memakai perhiasan seperti itu, dan ya Haeri lebih menyukai mengoleksi tas dan sepatu berheals.

Sambil menunggu Sulbi membayar tagihan nya tak sengaja kedua manik kembar Haeri bergulir ke arah dua orang pasangan yang juga sedang memilih-milih perhiasan. Saat itu pula kerongkongan Haeri tercekat dan hati nya di remas pilu. Di sana Jimin dengan seorang wanita saling merangkul mesra dan sesekali Jimin tersenyum saat si wanita menunjukkan perhiasan di dalam etalase.

Seharusnya Haeri hanya sekedar bahagia karena bertemu kembali dengan teman sekaligus cinta pertama nya, karena Jimin memang tidak akan melakukan hal lebih pada dirinya.

Seharusnya Haeri tau jika dirinya tetap menjadi sosok Ahn Haeri yang tiba-tiba mengutarakan perasaannya kepada Jimin. Ia tidak seharusnya merasa ketika Jimin kembali di pertemukan dengannya mereka bisa mengulang kembali pada masa-masa indah itu dan tetap bersama?

Iya, seharusnya Haeri tidak pernah berharap jika Jimin sudah bisa menerimanya dan membalas perasaannya.

Satu tepukan pada bahu Haeri membuat gadis itu tersentak dan segera mengalihkan pandangannya.

"Hae apa kau baik-baik saja? " Tanya Sulbi khawatir saat ia mendapati kedua ujung mata Haeri yang basah.

Haeri mengedipkan mata nya beberapa kali untuk membendung air mata sialan itu. Hampir saja Sulbi melihat nya menjatuhkan air mata untuk seseorang yang tidak pernah melihat nya dan merasakannya. "Aku ke toilet sebentar, sepertinya ada lalat sialan yang masuk. " Dengan cepat Haeri pergi dari sana sambil menghindari kontak mata dengan Sulbi. Persetan dengan alasannya membawa lalat sebagai kambing hitam. Iya saja lalat bisa masuk kedalam mata, jika ada maka seseorang itu akan segera kehilangan penglihatannya.

Haeri segera memasuki toilet dan terduduk di atas kloset, ah ini menyebalkan. Ia merutuki dirinya yang bisa-bisa nya hampir menangis untuk Jimin. Pria itu memang tidak pernah sadar atas ekstensi dirinya. Menyebalkan.

Setelah merasa sedikit lebih baik ia sedikit kembali mengelap ujung matanya, namun saat Haeri hendak meraih pintu toilet yang terkunci mendadak lampu toilet padam dan langsung membuat dirinya menengang. Haeri langsung menutup matanya dan kedua telinganya menggunakan kedua tangannya, bayang-bayang itu selalu hadir saat dirinya berada di dalam kegelapan total seperti ini. Tangannya bergetar dan berusaha meredam tangisnya, ia menutup wajahnya agar tidak melihat kegelapan di sekeliling nya.

Semua panca indera nya mendadak mati rasa, Haeri semakin mengigit bibir bawahnya untuk meredam tubuh nya bergetar. Oksigen di sekitarnya mendadak menipis, Haeri merasa cukup kesulitan bernafas dengan tubuh yang bergetar hebat. Ia merasa di kukung oleh kesunyian dan suara ribut di otaknya, di himpit dengan rasa gelap yang membuat nya sesak.

"Yak kau kenapa?!"

Suara dobrakan pintu dan suara seseorang yang khas itu sempat Haeri dengar sebelum tubuhnya merosot sampai ia merasakan kedua lengan kokoh dengn parfume citrus yang segar membalut tubuhnya erat.

Cold daepyonim [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang