/8/

1.3K 162 3
                                    


Setelah sampai ke parkiran mall yang luas, Haeri berusaha mencari mobil yang Taehyung kendarai. Sial, dia sama sekali tidak mengetahui merek mobil bosnya. Lalu sekarang bagaimana ia bisa menemukan mobil itu? Kemudian Haeri meraih benda persegi dari dalam tas sampingnya dan mencari kontak sang bos. Demi pantat kelinci yang berbulu milik Soora ia lupa menyimpan nomor ponsel bos nya. Bodoh sekali, bagaimana bisa?

"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang? " Gumam Haeri resah dan berjalan mondar-mandir. Memikirkan cara apa yang harus ia lakukan untuk bisa menjalani pekerjaan ini. Repot sekali, padahal bisa saja bertemu di kantor. Jadinya ia menyalahkan kolega Taehyung jika begini.

Dari arah belakang, seorang pria tampak tengah mengamati sosok Haeri yang kebingungan. Ia merasa mengenal baik dengan wanita yang ia temukan sekarang. Berjalan mendekati wanita itu dan menepuk bahunya pelan. "Apa kau memerlukan bantuan?"

Haeri langsung berbalik setelah merasakan tepukan di bahunya. Sesaat mereka saling menatap sebelum keduanya berdecak dan tertawa akrab. "Park Jimin? Mochi?" Seru Haeri ketika memori tentang pria bernama Jimin ini memasuki pikiran nya.

"Wah aku tidak menyangka kita bertemu di sini. " Sahut Jimin juga dengan rasa terkejutnya. "Apa yang kau lakukan di sini? "

Haeri langsung memeluk tubuh Jimin akrab, menepuk punggung pria itu dengan bersahabat. Anak lelaki yang menjadi tetangga dan juga cinta pertamanya dulu. Lebih tepatnya pertamanya yang patah. Tidak masalah karena Jimin tetap menjadi anak baik dan selalu perhatian. "Bekerja tentu saja." Jawab Haeri dengan senyum yang masih tertinggal setelah melepas pelukannya.

Jimin terkejut mendapati reaksi hangat Haeri terhadap nya. Jimin masih mengingat dengan baik tentang gadis yang berani menyatakan cintanya terlebih dulu. Jimin juga masih sangat hafal dengan senyum indah dan suara tawa yang mengasyikkan itu. "Sugar ku sudah dewasa ternyata. " Balas Jimin sambil mengusak pelan kepala Haeri.

Haeri tersentak saat kepalan tangan mungil itu mendarat di pucuk kepala nya. Rasanya masih hangat, seperti dulu-dulu. "Sugar? Panggilan itu sudah lama sekali tidak pernah terdengar lagi. " Haeri masih belum bisa menutup sedikit rasa kecewanya terhadap Jimin. Pria itu dulu meninggalkan nya tapi lebih menyakitkan adalah pria itu masih tetap perhatian dan manis dengannya.

"Sepertinya kau tampak gelisah? Apa ada seseorang yang kau tunggu? "

Haeri mengulas senyum dan membunuh memori lalu. Jimin yang sekarang akan selalu sama. "Aku memiliki janji dengan bos ku untuk bertemu klien. Tapi aku tidak mengenal mobil yang ia kendarai. Dan juga aku tidak memiliki nomor ponsel nya." Jelas Haeri dengan sedikit terkekeh.

"Ingin aku yang mengantarmu? Atau katakan saja perusahaan apa yang memperkerjakan mu, aku bisa menghubungi CEO nya langsung. "

Haeri menyipitkan matanya dan menyemburkan tawa. "Jimin yang sekarang sudah sangat hebat ya sampai bisa menghubungi semua CEO perkantoran? "

"Jangan ragukan posisi ku sekarang sugar. " Ujar pria itu dengan bangga. Wajah tampannya tidak berhenti memberi senyuman yang bisa membuat Haeri tidak tidur. Dari dulu senyum Jimin seperti candu.

"Tidak perlu repot-repot Jim, bos ku tidak mungkin membiarkan ku. Sebentar lagi pasti ia akan menelepon. " Walau sebenarnya Haeri tidak yakin akan hal itu, tapi ya tidak masalah bagi dirinya. Nanti jika di tanya kenapa tidak ikut katakan saja alasan yang bagus kepada Taehyung.

"Benarkah? Jadi bisa aku tinggalkan sekarang? "

"Ya silahkan Jim, kau seperti orang sibuk yang sedang di tunggu kan? " Tebak Haeri.

Jimin kembali terkekeh, reflek tangannya mengusap surai Haeri.
"Kau benar sekali, kau memang penebak handal dari dulu. Kalau begitu aku tinggal ya. "

Haeri mengangguk dan hanya menatap kepergian Jimin begitu saja. Seharusnya Haeri tidak banyak berharap pada pertemuan mendadak ini. Jimin akan selalu seperti itu. Orang yang membiarkan perasaannya sia-sia.

***

Taehyung menatap jengah ke arah Haeri yang baru saja duduk di kursi mobilnya. Jika saja tadi Taehyung tidak berkeliling parkiran ia pastikan pertemuan penting ini akan kacau. Lalu yang di salahkan di sini siapa? Rasanya Taehyung ingin marah karena sudah lelah berputar-putar untuk mencari keberadaan Haeri.

"Maaf daepyonim, saya tidak mengenali mobil yang anda gunakan." Ujar Haeri tau diri. Tentu saja ia bisa melihat wajah bos nya yang merah padam menahan amarah. Jadi ia harus berbuat apa ketika tidak mengetahui mobil Taehyung?

"Kau pikir kau bisa menggunakan alasan itu? " Taehyung memutar mata nya dengan kedua tangan yang fokus menyetir. Dan lagi, kenapa malah sang bos yang harus menyetir sekarang?

"Ya, menurut saya itu sangat jelas." Tentu Haeri tidak ingin di salahkan. Baru saja ia bekerja menjadi sekretaris dan sudah di ajak ke pertemuan seperti ini. Ia juga tidak memiliki memori apapun mengenai kebiasaan dan juga barang yang sering Taehyung pakai. Ia juga tidak tau harus bertanya kepada siapa karena memang dulunya bos nya ini tidak memiliki sekretaris.

Taehyung terlihat malas sekarang, tidak berselera untuk kembali menyanggah. Mobil yang ia kendarai masuk kedalam parkiran VIP yang memang sudah di siapkan, memberhentikan mobil nya di pintu depan dengan beberapa bodyguard yang sudah menunggu di sana untuk mengantarkan mobil sang bos ke parkiran.

Taehyung memandang Haeri di sebelah nya membuat gadis itu menaikkan alisnya heran. Apa ada yang salah pada penampilannya?
"Yah ku rasa kau pandai dalam berpakaian. " Ujar Taehyung, ia sedikit lega dalam hal itu. Jadinya ia tidak perlu repot-repot.

Ketika mendengar ucapan Taehyung barusan, rasanya Haeri ingin menaikkan dagunya angkuh. Oh lihatlah, bos nya saja mengakui tentang fashionnya. Selama ini Haeri tidak salah karena banyak menonton drama rekomendasi Soora. Kemudian Haeri membalas dengan senyum kecil dan ikut turun dari mobil dan berjalan di belakang mengikuti langkah Taehyung.

Mereka berdua memasuki area mall yang ramai kemudian memasuki lift menuju lantai tiga. Camkan, di mall sebesar ini mereka memiliki ruangan yang di buat khusus untuk pertemuan orang penting. "Hanya tetap diam dan mengikuti perkataan ku, oke. "

Haeri yang berdiri di belakang Taehyung hanya menangguk kecil. Lagian Haeri juga ingin berhemat berbicara malam ini. Setelah pintu lift berbunyi, mereka berdua keluar dari dalam lift dan langsung di sambut oleh beberapa bodyguard yang menjaga di sana. Lalu di persilahkan masuk oleh satu pelayan, sejenak Haeri mengagumi tempat yang ia kunjungi sekarang. Ia berpikir bos nya ini sungguhan bukan main-main.

"Maaf daepyonim, apa saya duduk di sini? " Tanya Haeri sambil menunjuk bantal duduk yang berada di ujung meja.

Taehyung menepuk bantal duduk yang berada di sebelah dan memberi kode lewat tatapan nya "Duduk di samping ku. " Begitulah istilah isyarat dari Taehyung. Bos nya ini orang yang hemat energi sampai berbicara sebegitu singkat saja harus menggunakan isyarat. Untung Haeri mengerti maksudnya.

Pintu ruangan tempat mereka berada sekarang terbuka pelan, tampak seorang pria dengan mengenakan setelan jas dengan tatanan rambut yang rapi. Sepertinya Haeri mengenali nya di lihat dari bentuk rambut. Haeri ikut berdiri ketika mendapati Taehyung berdiri untuk memberi salam.

"Akhirnya kita bisa bekerja sama Park. " Sambut Taehyung ketika tangan keduanya berjabat.

Jimin mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil. "Tentu Kim. " Balas Jimin lagi dan menatap ke arah Haeri yang sedang melihat nya dengan ekspresi terkejut. Jimin lalu beralih menyalami Haeri. "Kita bertemu lagi sugar. " Sapa Jimin hangat membuat seulas senyum di wajah Haeri.

Tbc.

Apa yg ingin klian katakan di chapter ini?? Teruskan saja atau tdk??

Cold daepyonim [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang