/17/

1K 135 3
                                    

Selamat malam minggu smuanya,
ada kmna aja nih??

Vote sama coment nya jalan ya love💜

Vote sama coment nya jalan ya love💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gila bgt ga sih 😩

+++

PLAK~

Haeri meringis tatkala wajahnya terlempar ke samping akibat tamparan keras yang membuat pipi nya memanas perih. Haeri tidak menyangka jika sepagi ini tepat saat membuka pintu ruangannya ia di hadiahi dengan sebuah tamparan keras oleh seorang pria paruh baya yang tidak ia kenal yang tiba-tiba berada di dalam ruangannya.

"Kau jalang yang membuat putra ku pergi meninggalkan rapat penting kemarin! Kau tidak pantas di sini jalang! " Teriak pria itu dengan kemarahan yang terlihat jelas membuat kebas kuping Haeri.

"Maaf sebelumnya tuan, anda siapa-

PLAK~

Sebuah tamparan yang cukup keras kembali bersarang di pipi mulusnya. Kali ini pipi sebelah kanan. Sungguh Haeri merasakan pusing saat itu juga. Sepertinya Haeri tidak lagi memerlukan blush on untuk mewarnai pipi nya.

"Cepat tinggalkan kantor putraku, aku tidak suka kau-

"Appa! " Teriakan berkabut kemarahan itu mengudara membuat pria paruh baya tadi menatap memicing kearah Taehyung.

"Kenapa nak? Kau ingin menjadi pahlawan untuk wanita jalang ini karena dia membuat mu pergi kemarin? "

"Cukup appa, sekarang pergi dari sini jika kau masih ingin mendengarkan panggilan 'appa' dari mulutku. " Taehyung berucap dingin dengan manik yang berkilat. Haeri yang memandang itu ikut merasakan hawa ngeri yang di antarkan oleh tatapan Taehyung.

"Appa sudah memutuskan tanggal pernikahan mu, jangan membuat ulah Kim. " Suara tegas itu kembali mengudara, dengan raut wajah yang menahan kesal setengah mampus ia keluar dari ruangan itu. Haeri melihat tangan Taehyung yang mengepal dengan rahang yang mengetat.

"Brengsek." Umpatan itu menguar melalui celah bibir Taehyung, tanpa mengucap apapun lagi pria itu pergi dari sana. Haeri sendiri hanya bisa diam tidak mengerti, rasa kebas dan nyeri di pipinya kembali membuatnya meringis. Memutuskan untuk masuk dan menutup pintu ruangannya.

"Untung saja tidak di saksikan oleh banyak orang, ah pasti mereka mengira aku seorang perebut." Gumam Haeri sembari menggelengkan kepalanya, membayangkan pandangan karyawan lain yang akan menatap nya jijik. Ah itu menyebalkan.

Haeri melihat ke arah mejanya yang terdapat beberapa tumpukan berkas, kembali membuang nafas pelan dan menaruh tas ke atas meja. Ia beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil air untuk ia gunakan mengompres bekas tamparan tadi. Ini menyakitkan, mengingat tangan besar itu menamparnya dengan penuh kekuatan.

Cold daepyonim [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang