#OhanaOHnana24 - Segelintir kisah Prama

5K 594 27
                                    

"Belum tidur, Pram?"

Aku menghampiri Prama yang sedang merokok di balkon samping ruang makan.

"Kirain udah pules bareng Paras." sambungku sambil duduk di kursi kosong yang ada di sebelahnya.

Si Paras memang aji mumpung. Karena ada Prama, jadi apa-apa maunya sama Prama. Mandi sore aja tadi maunya sama Prama, untung bisa diakalin sedikit jadinya mau sama aku.

"Masih jetlag nih gue. Jadi belum bisa tidur."

"Arga bisa tiap hari terbang, tapi nggak pernah jetlag."

Prama berdecak sambil menghembuskan asap rokoknya, "Itu kan emang udah kerjaannya. Jadi udah kebal dia, Le."

"Lah iya juga yaa." Sahutku sambil tertawa pelan. "Btw Pram, lo jadi join NG?"

Prama mengangguk, "Ini balik dalam rangka persiapan sebelum blusukan jadi orang rimba."

"Really? Ke mana?"

"Keliling Afrika. Lo followersnya Dean Schneider kan?"

Aku mengangguk mantap.

"Nanti ada jadwal mau liputan bareng dia."

"Whaaattt??? Lo bakal ke Hakuna Mipaka?!"

"Hmm."

Aku refleks menepuk lengan Prama.

"Aak! Sakit, Le."

"Eh sorry sorry. Kekencengan ya?" Aku tertawa sedangkan Prama mencebikkan bibirnya.

"Fyi yaa. Itu salah satu daftar yang ada di bucket list gue tau! Meet Dean and his lion gank. Ngefans banget guee! Apalagi sama Snow and Leo." Ucapku antusias. "Cuma begitu gue denger biaya plesiran ke sana tuh ngadi-ngadi alias mehong pake buangeettt. Jadi gue kubur dalam-dalam deh tuh."

"Aturan waktu itu lo minta honeymoon ke sana dong sama Pak Arganta, syarat sebelum nikah. Kalo enggak ya lo ancem aja, nanti enggak jadi nikah gitu."

"Yah lo mah sesat. Arga emang cinta mati sama gue, tapi logikanya masih jalan banget. Yang ada gue enggak jadi nikah beneran. Merana dong gue."

Prama langsung tertawa terbahak-bahak. Kurang dihajar memang anak satu ini.

"Eh nggak usah ngetawain gue. Hati lo tuh apa kabarnya?"

Prama langsung berhenti tertawa dan langsung melirikku malas sambil berdecak keras.

"Lo mah nggak ngenakin orang ketawa ye. Lagi di puncak tertinggi ketawa ngakak, eh langsung dijorokin sampe nyungsep ke dasar jurang."

"Ya kan gue mah care sama lo. Gue tau kok kalo nggak ada yang nanyain kabar lo terlebih hati lo kan? Bersyukur dong punya kakak ipar sepengertian gue gini."

"Sialan emang."

"Serius, Pram. Arga bilang, dia udah balik. Kok tau-tau, lo malah join NG? Gimana ceritanya?"

Prama mengambil satu batang rokok dan membakarnya lagi. Dihisapnya lama dan dihembuskan asapnya dengan perlahan.

"Dia masih belum maafin gue."

"Setelah selama ini?"

Prama mengangguk sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Luar biasa betul. Sakit hati beneran tuh Pram sama lo. Dari jaman gue masih LDR sama Arga, sampe hari gini lo masih belum dimaafin juga. Afgan banget ini sih."

Prama mengedikkan kedua bahunya.

"Dia bilang, dia berdoa setiap hari supaya gue nggak pernah bahagia. Dia berdoa setiap hari, supaya setiap gue inget dia, gue akan merasa menderita."

Waduh. Kejam juga.

"Terus gue bilang, nggak usah berdoa lagi. Karena itu udah terwujud. Gue nggak bahagia dan gue udah menderita karena setiap gue inget dia, gue juga inget sama apa kesalahan gue ke dia." sambung Prama sambil menghembuskan asap rokok berbentuk bulatan-bulatan.

Jadi, Prama itu sudah pacaran sama si mantannya ini jauh lebih lama dibanding aku sama Arga. Memang dasar godaan laki-laki terberat itu wanita, si Prama malah selingkuh sama temannya si mantan ini. Mana teman dekat pula mereka. Bodohnya si Prama waktu itu, sudah ketahuan sekali, bukannya tobat tapi malah ngadi-ngadi.

"Mungkin dia udah maafin lo kali, Pram. Cuma masih belum bisa nerima aja."

"Entah. Yang jelas dia jadi benci banget sama gue."

"Yaiyalah! I'll do the same with her too."

"Kan gue udah ngaku salah, udah bener-bener minta maaf, gue juga udah tobat beneran kan? Emang pernah lo liat gue punya cewe lagi? Enggak kan?"

"Who knows, kan?"

"Bangkeek. Tau lah! Gue udah nyesel kebangetan. Udah sadar cinta gue mentok di dia. Makanya mendingan gue deal sama NG aja. Biar makin keseringan di hutan. Jadi nggak sempet buat gundah galau merana gara-gara cewe."

Aku berdecak jengah, "Macam perempuan cuma tersisa dia doang aja sih." ucapku sambil menepuk pundaknya. "Gue doain, semoga lo bisa menemukan jodoh lo yang sesungguhnya. Termasuk kalo ketemu dan kenalnya di hutan belantara, entah di manapun itu lah."

Prama hanya menggerakkan bibirnya tanpa suara yang keluar, mengaminkan tanpa suara. Sedangkan aku tulus mengaminkan meski hanya dalam hati.

"Tapi Le, seandainya nih ya seandainya. Kalo lo ketemu duluan sama gue, dibandingkan lo ketemu sama Mas Arga nih ya. Lo pasti jadinya sama gue deh. Yakin!"

Aku refleks memukul lengannya kencang.

"Heh! Lo mending munduran deh atau muter balik buru-buru. PDnya udah kebablasan!" seruku sambil menatapnya horor. Sedangkan Prama malah tertawa terbahak-bahak.

Keseringan di hutan sih. Jadi gitu. Udah konslet otak sama hatinya.

OHANA [Published]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang