#OhanaOHnana28 - Tanda-tandanyaa~

4.9K 639 17
                                    

Air mataku luruh begitu Arga sampai di rumah. Saking merasa lega karena pawangnya Paras sudah kembali ke rumah, aku sampai menangis sesenggukkan.

"Cup ah. Malu itu lho sama Mama." kata Arga yang baru saja keluar dari kamar mandi dan menemukanku yang masih duduk di kasur dengan bersimbah air mata.

"Bodo. Biarin." jawabku masih sambil sesenggukan.

"Suami pulang tuh disambut dengan senyum dong. Masa malah sesenggukan begini sih."

"Ini tuh tangisan bahagia tau." Aku mengusap mataku dengan tisu, "Semacam putri yang udah terjebak berhari-hari, terus akhirnya datang si pangeran buat ngasih pertolongan."

Beneran. Kalian pasti pernah ngerasain hal yang sama kayak gini juga kan? Saking leganya, jadi seneng sampe nangis gitu loh. Saking bahagia dan leganya.

Arga berdecak malas, "Kebanyakan nonton kartun sama Paras nih."

"Emang. Makanya ajak liburan dong, Pak."

Arga yang baru aja meloloskan kepala dari lubang kaos oblongnya langsung melirikku tajam, "Kok aku berasa dipalakin ya?"

Aku mencebikkan bibir, "Beneran butuh me time lho ini aku. Apalagi setelah drama Paras beberapa hari ini. Asli. Hamba rasanya sudah jompo ini, Bos."

"Bener juga ya. Mamalle abis dikerjain Paras yang merindu Paparga. Hmm, yaudah ke spa deh sana."

"Spa di Bali kayaknya enak deh. Canggu. Ubud. Karangasem. Nusa Dua atau Nusa Penida juga boleh." celetukku dengan semangat.

"Kok malah ngadi-ngadi?"

Aku beranjak dari kasur dan menghampirinya yang kini sedang berdiri di depan meja rias sambil menggosok rambutnya yang masih sedikit basah dengan handuk kecil.

"Kalo malak emang harus maksimal. Nggak boleh nanggung." ucapku lalu mengecup pipinya dari samping. Aku refleks mengernyit begitu mencium aroma sabun atau sampo Arga.

"Kamu ganti sabun atau sampo ya? Ngga enak banget baunya. Bikin pusing."

Arga langsung mengubah posisinya jadi menghadapku. Sedangkan aku memilih mundur dua langkah.

"Apanya ganti? Masih sama ini, yang biasa." jawabnya dengan ekspresi bingung.

Aku mengedikkan bahu. Gimana sama? Baunya aja nyengat gini. Memusingkan.

"Tapi kayaknya aku juga butuh liburan deh. How if just the two of us? Anak-anak titip di Kakek-Neneknya." sambung Arga.

Aku memutar bola mataku malas, "Yang ada nih, baru sehari ditinggal, mereka udah nyusulin kita deh. Anak gadismu kalo kamu tinggal kerja aja udah resenya kayak apa tau."

Samar-samar suara tangis Paras terdengar. Diikuti ketokan di pintu.

"Arga! Tolong anaknya dulu ini diurusin. Kangen-kangenan sama istrinya ditahan dulu sampe nanti malem. Cepet!" seru Mama dari balik pintu.

"See?" ucapku sambil maju dua langkah lalu mengecup bibir Arga singkat. Tak lupa sambil menahan nafas, karena asli deh. Aromanya bikin kepalaku pusing nih. "Welcome home, Papa Arga. Mandi lagi gih. Pake sabun sama sampo aku. Asli ini baunya nggak banget." sambungku sambil berjalan ke arah pintu.

Dan bisa kudengar suara decakan keras Arga di belakangku. Suka lupa sih dia kalo punya monster kicik.


"Ma, beneran mau langsung pulang malem ini?" tanya Arga sambil menepuk-nepuk paha menggemaskan Paras, dia lagi tiduran di pangkuan Arga sambil asik nyusu dari botolnya.

OHANA [Published]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang