#OhanaOHnana12 - Sebelum pertemuan

5.7K 659 4
                                    

"Gimana, Yang?"

Arga menggelengkan kepalanya sambil berjalan ke arahku.

"Ketemu juga nggak mau?"

"Ketemunya udah mau. Tapi dia nggak mau kalau disuruh nginep." Jawabnya sambil duduk di sampingku.

"Memang biasanya gimana? Bukannya sesekali memang nginep di sana?"

"Iya. Paling lama juga cuma tiga hari sih. Pernah sekalinya sampai satu minggu, itupun karena diajak Kakek dan Neneknya liburan bareng. Cio lebih nyaman dengan mereka ketimbang dengan Maminya."

"Nah, kalau gitu bilang aja diminta nginep sama Kakek dan Neneknya, Yang."

"Mereka udah meninggal pas sebelum kita nikah, Yang. Semenjak itulah Cio semakin susah kalau diajak ketemu Maminya."

"Innalillahi.. Mereka udah meninggal tooh, aku baru engeh. Yaudah kalo gitu nanti diajak ngomong lagi pelan-pelan. Yang penting dia udah mau ketemu sama Maminya. Kamu bilang dulu deh sama Maminya Cio. Bilang aja Cio masih belum mau nginap di sana, baru maunya sekedar ketemu aja. Jadikan besok?"

Arga mengangguk lalu menyodorkan ponselnya padaku.

"Kamu aja yang chat dia. Atau mau pakai hape kamu aja? Nih aku kirim nomernya."

Aku berdecak pelan, "Nggak usah. Pakai hape kamu aja. Nanti baru pakai hapeku sendiri."

"Nanti kapan? Hm? Dari kapan tau bilangnya gitu terus."

Aku refleks terkekeh sambil mengambil ponsel Arga.

"Yaa nanti kalau aku sama dia udah nggak awkward lagi."

"Dari kapan tau juga bilangnya begitu terus." sahut Arga lagi dan kali ini sambil mencebikkan bibirnya.

Aku langsung tertawa karena melihat ekspresinya itu. Entah kenapa, menurutku sangat lucu jika laki-laki mencebikkan bibirnya. Padahal kalau perempuan yang melakukan itu, rasanya biasa saja.

"Yaudah kamu chat dia ya. Aku mau nyusul Paras tidur. Kayaknya Cio juga udah pules deh."

Aku mengangguk dan Arga langsung beranjak untuk masuk ke kamar. Nggak usah bayangin dia yang nyium aku dulu sebelum beranjak deh. Udah nggak ada lagi Arga yang model begitu. Terakhir dia begitu pas Paras umur tiga bulanan. Kesini-sininya udah nggak pernah lagi tuh.

Sepeninggal Arga, aku langsung membuka ponselnya untuk mengirim pesan pada Maminya Cio. Astagaa, banyak banget chat-chat yang belum dibaca sama Arga. Aku langsung mencari ruang obrolan Arga dengan Maminya Cio. Setelah ketemu, aku langsung mengetikkan kata demi kata yang ingin disampaikan.

Oh iya, terkait privasi ponsel kami masing-masing, aku dan Arga tidak membuat aturan baku tentang hal ini. Karena kami sudah terbiasa untuk tidak terlalu mengambil pusing dengan isi ponsel masing-masing. Kami sama-sama bebas dan diperbolehkan jika ingin mengecek ponsel satu sama lain. Tapi aku dan Arga malah sangat jarang melakukan itu. Paling hanya sesekali kalau kami sedang iseng. Itupun cuma buka-buka galeri aja. Sedangkan untuk mengecek daftar pesan atau membaca pesan-pesan yang ada, itu sama sekali tidak kami lakukan tanpa izin si pemilik ponsel. Hal ini memang sudah menjadi kebiasaan kami sejak kami pacaran dulu. Sehingga kami sudah terbiasa untuk saling menghargai privasi kami masing-masing.

Setelah selesai mengirim pesan, aku meletakkan ponsel Arga di atas meja yang ada di depanku. Lalu setelahnya, aku memilih untuk kembali fokus dengan Meredith Grey dan Andre DeLuca yang sedang kutonton. Baru beberapa saat aku kembali fokus dengan tontonanku, tiba-tiba ponsel Arga berbunyi dan bergetar.

Mami Cio is calling...

Aku menatapnya untuk sesaat sambil menimbang-nimbang, aku jawab atau aku diemin aja ya? Yang sudah pasti, aku nggak akan memberikannya ke Arga karena dia baru saja pulang dan sedang beristirahat. Sudah pernah kubilangkan, kalau jam istirahat Arga itu sangat penting untuknya? Akhirnya, aku memilih untuk menjawab panggilan itu. Toh tadi saat mengiriminya pesan, aku juga menyebutkan kalau aku yang mengirim pesan itu, bukan Arga. Aku mengambil ponsel itu dan berdeham dua kali sebelum menjawabnya.

OHANA [Published]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang