#OhanaOHnana14 - Klop

5.2K 627 7
                                    

"Sampai ketemu tiga hari lagi yaa, Mas Cio." Cio mengangguk ke arahku.

"Paras, bye-bye to Mas Cio." Paras yang ada digendongan Arga langsung melambaikan tangannya. Tak lupa dengan bonus cengiran menggemaskannya.

Setelah Cio dan Maminya berlalu, gantian kami yang masuk ke mobil dan meninggalkan area mall ini.

"Langsung balik apa gimana, Yang?" Tanya Arga sambil kembali melajukan mobil setelah membayar parkir.

"Ke rumah Bapak sama Ibu yuk sebentar."

"Boleh. Udah lama juga kita nggak main ke sana. Paras, kita ke rumah Akung sama Uti mau?" Tangan Arga terulur mengusap kepala Paras yang ada di pangkuanku.

Paras melonjak sambil nyengir. Satu gigi mungilnya itu membuatnya semakin terlihat menggemaskan.

Satu jam kemudian, kami sampai di rumah orang tuaku. Kulihat mobil Abhi terparkir rapi di garasi. Tumben dia enggak kerja.

Ibu menyambut kami begitu kami keluar dari mobil.

"Eehh siapa ini yang dateng? Cucu Uti yang cantik yaa."

Aku mencium tangan Ibu, lalu diikuti Arga yang ada di belakangku.

"Paras, ayo salim sama Uti." Arga menyuruh anak gadisnya dan langsung diturutinya. Tangan Paras terulur dan langsung mencium tangan Utinya.

"Aduuuh lama enggak main, tambah pinter yaa cucu Uti. Sini-sini gendong Uti." Ibu langsung mengambil Paras dari gendonganku.

"Sehat, Bu?" Tanya Arga saat kami melangkah masuk ke dalam rumah.

"Alhamdulillah sehat. Kalian juga baik-baik aja kan?"

"Alhamdulillah, Bu. Bapak mana, Bu?"

"Di belakang. Lagi jadi mandor."

Aku dan Arga saling melirik.

"Mandor apaan, Bu?" Tanyaku.

"Mandorin si Abhi yang lagi jadi tukang kebun. Eh, Cio mana?"

"Lagi sama Maminya. Ini kami habis nganterin terus mampir ke sini."

Ibu beroh ria. Langkah kami terus masuk sampai ke halaman belakang rumahku. Benar saja, si Abhi lagi berkutat dengan tanah dan pupuk. Sedangkan Bapak sedang melihat-lihat jejeran anak hijaunya.

"Akung! Lihat nih siapa yang datang." Ibu berseru kencang. Membuat Bapak dan Abhi kompak menoleh.

"Eehhh nak wedhok Akung."

"Eehh cintanya Om Abhi."

Aku melirik malas ke arah Abhi. Masih suka kesel tiap ingat kejadian tempo hari, yang Paras lebih milih Abhi ketimbang aku.

"Cio kok enggak ikut?" Tanya Bapak setelah Paras sudah berada di gendongannya.

"Jatah Maminya." Jawab Ibu sambil berjalan kembali masuk ke rumah.

"Ooh Maminya lagi di sini. Ya ya ya. Paras, masuk yuk. Main di dalam sama Akung. Di sini panas. Nanti kamu pada merah-merah lagi."

Iya Paras itu enggak bisa kegerahan dikit. Kalau dia merasa panas apalagi sampai berkeringat, sudah pasti wajah dan badannya langsung merah-merah.

Saat Bapak ingin melangkah, Paras malah menggerakkan badannya ke arah berlawanan sambil tangannya lurus terulur.

"Uh uh. Bhi." Celotehnya sambil kepalanya menggeleng dan badannya terus meronta.

"Mau sama Om Abhi? Tapi panas sayang. Main di dalam aja ya sama Akung sama Papa. Nanti baru sama Om Abhi." Ucap Arga yang memahami keinginan putrinya itu.

OHANA [Published]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang