十二 : admit

441 81 116
                                    

Felix ingin melangkahkan kakinya menuju ujung gedung. Tapi kedua kakinya masih terasa lemas dan ia tidak mau dirinya malah berujung jatuh dan mati.

Pikirannya kembali mengaitkan tentang Chris dan kematiannya. Serta banyak kejanggalan-kejanggalan lainnya. Rasa bersalah kian menumpuk di hatinya.

Felix tertawa pelan ketika mengingat betapa senangnya wajah Chris ketika akhirnya Felix menerimanya menjadi temannya dulu. Pasti Chris sungguh kesepian.

Chris tidak seharusnya mati. Jika saja ia lahir lebih cepat atau jika saja ia menjadi teman Chris, mungkin semua ini tidak perlu terjadi padanya.

"I wish you were here" Felix menyeka air matanya yang entah sejak kapan kembali menetes, membasahi kedua pipinya.

Felix menatap gedung-gedung pencakar langit yang ada di depan matanya. Menyempatkan diri menengok ke sebelah kanannya, kosong.

Biasanya ia akan menghabiskan waktu mengobrol dengan Chris di atap gedung apartemen lamanya ketika Felix sedang stress.

Entah bagaimana caranya, Chris selalu daoat membuat Felix kembali tersenyum bahkan di hari yang paling buruk sekalipun.

Seandainya Chris ada disini, ia akan memeluk hantu itu dengan erat, berjanji bahwa ia tidak akan marah dan mengatakan hal buruk seperti kemarin.

Felix akan melakukan apapun, untuk mengembalikan hubungannya dengan Chris.

Seandainya Felix bisa bertemu dengan Chris, sekali saja.

"Mencari saya?"

Felix tersentak ketika mendengar suara yang tidak asing, badannya ia paksa untuk melihat ke belakang.

"Chris" Felix memanggil namanya, memastikan sosok di depannya benar-benar hantu yang ia cari dan rindukan selama beberapa minggu ini.

"Ya?" Chris terkekeh, berpindah tempat berdiri di samping kanan kursi roda Felix.

Felix tidak bisa berkata-kata, ini sudah sebulan sejak terakhir kali ia melihat Chris. Laki-laki itu tidak banyak berubah, senyumnya masih sama.

Dadanya terasa sesak, Felix berusaha keras untuk menahan dirinya yang sangat ingin merengkuh laki-laki di sampingnya.

Felix rindu, sangat rindu dengan sosok hantu bernama Chris. Felix tidak bodoh untuk mengerti perasaan yang ia rasakan saat ini. Tapi sekali lagi, akal sehatnya berusaha ambil alih.

Kamu tidak mungkin jatuh cinta dengannya kan, Felix?

Ah, entah. Felix tidak peduli lagi dengan perasaan aneh yang selalu muncul ketika ia bersama Chris. Yang terpenting adalah saat ini Chris ada di sampingnya.

"Fel, saya minta maaf" Chris mendudukan dirinya di bawah, di dekat kaki Felix. Laki-laki itu menyandarkan kepalanya pada lutut Felix.

Felix masih diam, tidak tahu apa yang harus ia katakan. Ia ingin meminta maaf atas segala yang terjadi, namun sepertinya hantu ini mempunyai kepekaan dan keberanian yang lebih tinggi darinya untuk memulai pembicaraan bahkan untuk meminta maaf lebih dahulu.

"Maaf untuk semuanya. Untuk saya yang egois, untuk saya yang berisik, saya yang banyak mengganggu kamu, dan maaf-"

"Tidak" Felix menyela, tidak itu bukan. Felix sama sekali tidak pernah merasa direpotkan, justru seharusnya ia bersyukur karena Chris banyak memabantunya.

Felix mennyentuh dagu Chris, meminta yang lebih tua agar menatapnya dari bawah.

Chris menangis, tidak setetes dua tetes air mata yang membasahi wajahnya. Felix mengusap pipi hantu dengan surai gelap tanpa mengalihkan pandangannya dari netra Chris.

indigo « chanlix » ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang