十八 : heaven

394 86 43
                                    

Sudah dua hari berlalu dan Felix masih belum bisa tidur. Kantung matanya semakin terlihat jelas. Kematian Andra di depannya membuatnya merasa terus dihantui.

Bukan oleh sosok Andra karena Felix sama sekali tidak bertemu dengan rohnya. Entah karena apa juga, Felix merasa tidak pernah tenang setelah melihat kejadian Andra menutup matanya sambil terseyum ke arahnya.

Tapi bukan hanya soal Andra. Felix sudah sering melihat Chris semakin transparan, hanya saja sepertinya hantu itu berusaha menahan dirinya untuk tinggal.

"Felix, tidur" Chris duduk di sisi kasur lain.

"Kalau aku tidur, kamu akan pergi" Felix membuka selimutnya, mendudukan dirinya. Ia membuka matanya lebar-lebar. Jika dengan terus membuka matanya Chris akan terus bersamanya, ia akan melakukannya dengan senang hati.

Felix tahu segalanya, Chris memang tidak pandai menutupi sesuatu. Hantu itu tidak bisa berbohong pada Felix. Hantu bodoh itu selalu terlihat kesakitan setiap kali Felix mendekatinya karena seharusnya Chris sudah kembali ke tempatnya.

 "Kalau begitu mau keluar sebentar? Kita jalan-jalan supaya kamu lebih tenang?"

Felix mengangguk antusias, bergegas mengambil mantelnya dan mengganti sandalnya menjadi sepatu. Ia juga sudah mengantongi handphone dan dompetnya.

Ia berkaca sebentar hanya untuk memastikan mata sembabnya tidak terlalu terlihat. Chris selalu saja memujinya cantik belakangan ini, dan tentu saja itu semua bohong. Felix merasa dirinya yang saat ini berantakan dan menjijikan seperti kotoran.

"Felix, suratnya sudah kamu kirim?"

Felix menahan tangannya yang akan membuka pintu kamarnya. Surat? Oh surat untuk kedua orang tua Chris. Kemarin pria itu menulis surat untuk kedua orang tuanya yang ada di Jepang.

"Sudah, tadi siang aku kirim" Felix tersenyum.

Kemarin, Chris menginginkan sesuatu. Dan menurut Felix itu cukup aneh. Ia ingin merasuki badan Felix.

Tidak, ini terdengar sangat aneh. Dan Felix jelas menolak mentah-mentah di awal karena ya, siapa juga yang mau dirasuki setan?

Tapi setelah mendengar alasan Chris, jika laki-laki itu ingin menulis surat untuk orang tuanya, Felix menjadi sedih dan iba. Akhirnya, Felix menginjinkannya dengan kurun waktu satu jam tepat tidak boleh lebih.

Setelah satu jam, Chris benar-benar menepati janjinya. Kepala Felix terasa pusing untuk beberapa saat. Namun semuanya terganti saat Chris memeluknya dengan erat dan mengucapkan terima kasih.

Sebenarnya Felix sangat penasaran dengan isi surat yang Chris tulis. Tapi Felix tahu, itu merupakan privasi dan mungkin saja Chris tidak ingin Felix membacanya kan?

"Felix? Ayo? Kenapa melamun?" Chris melangkah duluan, berjalan di depan Felix.

Rasanya berat sekali ternyata. Setiap langkah, setiap obrolan, bahkan setiap detik, Felix terus menerus ketakutan. Ia tidak mau, sangat tidak mau dan tidak siap jika Chris harus meninggalkannya.

Ia rasa sudah cukup dengan kepergian orang tuanya, jika Chris pergi maka ia akan sendiri.

Felix menatap punggung lebar Chris yang mulai transparan. Chris memang sepertinya harus pergi. Hantu itu pasti merasa kesakitan karena terus menahan dirinya untuk kembali.

"Fel, sudah sampai" Chris merengkuh pinggang yang lebih muda, takut-takut Felix masih trauma dengan tempat ini.

"Kenapa kesini?" Felix menatap horror gedung setinggi 5 lantai di hadapannya. Tempat dimana Felix dijauhi dan tempat dimana Chris dibunuh.

indigo « chanlix » ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang