五 : adore

490 85 60
                                    

Ketukan pintu dari luar ruang kerja kelas S membuat ketiga orang dan satu hantu yang ada di dalam ruang kerja menoleh bersamaan. Saling menunjuk sebelum akhirnya Sagara mengalah dan membukakan pintu.

"Gue mau bilang selamat buat kalian semua, kasus terakhir kalian dapet banyak banget perhatian" Hakim melewati Sagara, mendudukan dirinya di sofa tengah ruangan. "Kalian gue kasih libur seminggu penuh"

Janu dengan cekatan berdiri, menutup laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas. "Kalo gitu gue pulang pak bos! Mau ke Bali!" Janu menyempatkan diri untuk mencium tangan Hakim sebelum melenggang pergi.

"Universitas lo pada mabok apa ya nerima manusia macem Janu" Hakim menggelengkan kepalanya. "Felix, jangan terlalu overworked. Gue mau lo istirahat" 

Felix mengangguk dengan semangat, Chris yang sedang membantu Felix membuat rekapan kasus mereka dalam sebulan melirik ke arah Felix.

Jalan-jalan di bazaar makanan sepertinya bukan ide yang buruk? Felix pasti senang dengan ide dadakan yang ia buat setelah membaca koran pagi tadi. 

"Sagara gue juga ada hadiah buat lo" Hakim menyodorkan selembar kertas. 

"Ini beneran?" mata Sagara membulat, ekspresi wajahnya tidak terbaca. Felix jadi sedikit penasaran dengan kertas yang menjadi hadiah untuk Sagara.

"Gue juga mau ke Jogja, jadi sekalian deh" Hakim menggigit pipi bagian dalamnya. Berusaha untuk tidak terlihat gugup.

Sumpah, itu hanya tiket pesawat dan Hakim beli karena sedang diskon. Tapi Sagara terlihat seperti anak anjing yang kegirangan karena mendapat pelukan dari majikannya. 

"Sepertinya Hakim suka dengan Sagara" Chris menyandarkan pinggulnya pada meja kerja Felix, ingin melihat apa yang akan Sagara katakan pada Hakim.

"Makasih banyak ya bos, nanti gue chat lagi" Sagara dengan hati-hati memasukan tiket tersebut ke dompetnya dan meninggalkan ruangan.

"Wajah Hakim terlihat bodoh" Chris tertawa, melihat Hakim yang masih menatap pintu setelah kepergian Sagara.

"Hush, ngomongin orang aja kerjaannya" bisik Felix sebelum mendorong Chris supaya tidak bersandar pada meja kerjanya lagi.

"Eh, Felix. Jangan pulang dulu. Habis ini ada perwakilan dari departemen Negeri Jakarta mau ketemu sama lo" Hakim berdiri, menghampiri meja kerja Felix lalu menepuk pundaknya. "Keputusan di tangan lo, okay? Diskusiin sama orang tua lo juga" ucapnya sebelum meninggalkan ruang kerja kelas S.

Felix mengerjap bingung, sedikit lama untuknya mencerna apa yang dikatakan Hakim. Yang keluar dari mulutnya hanyalah kata 'iya' tapi di dalam otaknya sedang banyak pergumulan yang terjadi. Apa maksudnya dengan departemen negeri yang ingin bertemu dirinya?

"Fel, nanti ke bazaar makanan yuk?" Chris merangkul leher Felix dari belakang kursi.

"Hm? Boleh deh, gue juga pengen banget bihun telor" Felix menata kertas-kertas yang tadi ia gunakan untuk sumber data rekapan, memasukannya ke dalam map dan mengembalikannya ke lemari milik mereka bertiga.

Felix sedikit kesusahan menaruh map berwarna coklat itu karena terlalu tinggi. Ia berniat mengambil kursi kecil, namun tangan pucat itu sudah merengkuh pinggangnya dari belakang.

"Nanti belikan sushi ya, saya suka sushi" Chris memeluk pinggang yang lebih muda, membantu menaruh map di tempat yang Felix inginkan. 

"Suka gue apa sushi nih?" Felix menengok, ingin melihat Chris ketika wajahnya berubah merah. Hantu itu terlalu jujur, ekspresinya seperti anak kecil. Padahal wujud Chris sekarang sudah dewasa.

indigo « chanlix » ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang