十三 : entrust

383 89 53
                                    

Ketika dokter mengatakan bahwa Felix sudah boleh pulang, Felix dengan semangat mengatakan bahwa ia ingin pulsng.

Ia banyak dibantu oleh Janu dan Sagara ketika bersiap untuk pulang. Besoknya, Felix sudah kembali bekerja walau Andra sudah memberikan waktu cuti.

"Keras kepala" Andra mengusak rambut Felix ketika Felix duduk di ruang rapat. "Jangan overworked ya"

Felix mengangguk senang, kembali menyapa yang lain sebelum kembali menyibukkan diri dengan berkas-berkas didepannya.

"Fel, saya pernah bertemu dengan Haitani Ran di sekolah" Chris menunjuk salah satu wajah yang ada di berkas Felix. "Tapi saya tidak ingat dia, dan dia tidak ingat saya"

Felix sedikit kaget ketika wajah Felix begitu dekat dengan kepalanya, wajahnya memerah karena Chris berbisik di telinganya.

"Eh? Kamu kenapa deh Felix?" Chris menatap mata Felix dengan jarak yang terlampau dekat.

APA CHRIS TIDAK TAHU KALAU FELIX SEDANG SALAH TINGKAH?

FELIX SUDAH KELEWAT PERCAYA DIRI, IA KIRA CHRIS AKAN MENCIUM PIPINYA TADI?

"Minggir!" Felix memundurkan kursinya, memaksa Chris untuk sedikit menjauh.

"Kenapa Fel?" Andra mengangkat satu alisnya dari meja kerjanya, memandang Felix aneh. 

"Eh, gapapa mas. Tadi ada cicak kayanya" Felix tersenyum, berusaha membuat Andra tidak curiga benar-benar sulit karena Andra adalah orang yang sangat cerdas.

"Felix wajahmu seperti tomat" Chris terkekeh, tidak bodoh untuk mengerti jika si kecil salah tingkah.

Akhirnya Felix memilih untuk mendekati Janu yang sedang berkutat dengan laptopnya, mengurus beberapa perkembangan yang ditemukan oleh beberapa detektif yang menyelidiki kasus pembunuhan seminggu lalu.

"Please jangan deketin gue kalo ada Chris" bisik Janu masih sambil berusaha menyibukkan diri dengan laptopnya dan berusaha melupakan fakta bahwa Chris ada di belakangnya dan bisa saja mencekik lehernya kapan saja.

Baru saja Felix akan protes, dering nyaring terdengar dari handphone-nya yang ia letakkan di atas meja kerjanya menginterupsi. Felix berlari, berniat menolak panggilannya karena peraturan melarang para detektif untuk menggunakan ponsel pribadi ketika sedang bekerja.

"Gapapa, angkat aja Fel. Siapa tau penting" suara Liam membuat dirinya menekan tombol hijau, menempelkan ponselnya ke telingannya.

Semua mata tertuju pada manik Felix yang terlihat sangat serius ketika berbicara dengan orang di seberang sana. Mereka bertambah kebingungan ketika Felix memasukan semua barang pribadinya ke tas ransel dan keluar dari ruang rapat dengan tergesa-gesa.

"Fel!" Sagara berdiri, merasa khawatir pada Felix.

"Diemin dulu aja, kita ga tau dia kenapa" ucap Hakim masih dengan kedua tangan yang sibuk dengan barang bukti baru yang mereka dapatkan.

"Diemin dulu aja, kita ga tau dia kenapa" ucap Hakim masih dengan kedua tangan yang sibuk dengan barang bukti baru yang mereka dapatkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
indigo « chanlix » ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang