六 : boss

464 86 47
                                    

"Chris, mau ga mau gue harus ke Jakarta"  Felix menata barang-barangnya di salah satu sudut ruangan. Mengabaikan Chris yang sudah mengeluarkan aura merah. "Denger sendiri kan papa sama mama maksa" 

"Saya disini" Chris melipat tangannya, matanya tidak berhenti melihat Felix yang tidak mau mendengarkan semua sarannya.

Felix sendiri juga bingung. Disatu sisi ia sudah sangat nyaman dengan teman-teman bahkan boss-nya di departemen SK. Tapi ayahnya langsung menyuruhnya untuk menerima tawaran untuk bekerja di departemen negeri sebelum Felix sempat menjelaskan.

"Chris, lo mau sendirian disini?" Felix menghentikan kerja tangannya. 

"Ya" Chris berdiri dan auranya menghilang begitu saja. Sepertinya ia pergi keluar.

Felix tidak bisa membayangkan dirinya akan tinggal di apartemen sendirian. Setelah hampir lima belas tahun bersama, mana mungkin Felix bisa melepaskan Chris secepat ini.

Tapi Felix lebih takut pada ayah dan ibunya. Ia tidak bisa melawan keinginan kedua orang tuanya yang menyayanginya lebih dari apapun. Oh astaga, jangan sekarang. Felix tidak mau menangis dan menjadi bimbang lagi dengan pilihannya.

Suara ketukan pada pintu membuat Felix mengusap matanya kasar, menutup kopernya dan beralih membukakan pintu untuk sang tamu. 

"Felix Janardana?" 

"Iya saya sendiri"

Felix merasa pernah melihat orang ini sebelumnya. Entah dimana dan kapan, tapi wajahnya benar-benar tidak asing menurutnya.

"Kak, ini gue Iqbal!" 

Felix tersenyum lebar lalu memeluk adik kelasnya itu dengan erat "Sorry banget gue pangling" Felix melepas pelukannya dan menawarkan Iqbal untuk masuk ke apartemennya.

"Ada apa deh tiba-tiba kesini?" Felix pergi ke dapur, mengambil teh kotak dan memberikannya pada Iqbal. 

"Gue magang di departemen detektif negeri kak" Iqbal menyamankan dirinya di sofa empuk milik Felix. "Gue yang jemput lo kak"

"Eh Serius? Keren banget dong" Felix kembali mengecek semua bawaannya kembali memastikan agar tidak ada yang tertinggal.

"Gue masih junior staff sih, tapi ya lumayan kan kak bisa dapet pengalaman" Iqbal mengamati ruang apartemen milik Felix dan menurutnya sudah lumayan mewah, bagaimana jika kakak kelasnya ini bekerja di negeri? "Eh, kak. Sisa barangnya gimana deh?"

"Gue beli apartemen ini sih, jadi bisa sewaktu-waktu gue pake lagi. Gue udah bayar biaya bersih-bersih juga." Felix membalas. 

Felix terlihat gelisah, Chris belum juga kembali dan ia harus pergi sekarang. Apa yang harus ia lakukan?

"Kak, lo nyariin apa deh?" Iqbal ikut berdiri, berniat Felix mencari 'sesuatu' yang dicarinya itu.

"Ah, bukan apa-apa kok. Ayo berangkat"

 Ayo berangkat"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
indigo « chanlix » ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang