Felix mengusak surainya acak, menggeram beberapa kali karena benar-benar lelah. Sudah seminggu penuh Felix bersama kedua rekan barunya meneliti kesana kemari, bolak-balik datang ke tempat kejadian perkara, bahkan mewawancarai banyak orang. Namun hasilnya nihil. Kasus pertama Felix benar-benar tidak ada ujung benangnya.
"Fel, saya sudah bawakan apelnya"
Chris kembali mengingatkan dan hasilnya masih sama, Felix tidak mendengarnya. Lebih parah lagi, Felix mengabaikannya. Habis sudah kesabaran Chris.
"Makan dulu Felix, nanti kamu sakit!" Chris menarik badan yang lebih kecil ke ruang tengah dan menyodorkan apel.
"Lo bisa gak sih ga ganggu dulu? Gue mau ini cepet selesai!" Felix mendorong Chris hingga pria itu terjungkal di sofa.
Chris memejamkan matanya, kembali mengatur emosinya.
Ah persetan dengan emosi, Chris merasa perlu memberi pelajaran pada anak ini supaya tahu sopan santun. Harga dirinya sebagai hantu berpangkat bisa jatuh jika seperti ini. Mentang-mentang Chris jatuh cinta pada Felix, bukan berarti Chris harus terus memanjakan si kecil.
Chris menarik baju Felix seperti menarik leher anak kucing. Hantu itu tidak peduli dengan teriakan Felix yang mulai menarik atensi banyak orang. Ia tetap menyeret si kecil.
Felix tidak mau kalah, beberapa kali ia memukul punggung yang lebih tua. Mempercepat jalannya agar ia lebih terlihat seperti orang mabuk dari pada orang yang sedang diseret setan.
"Lepasin gue Chris!"
"Lo mau apain gue!"
"Bajingan mesum, lepasin gue!"
Chris sedikit bersyukur ia lewat daerah yang lumayan sepi, orang tidak akan mendengar suara Felix. Ia menahan diri untuk tidak memukul Felix karena akan sangat fatal akibatnya jika ia kelepasan.
Chris akhirnya melepaskan tangannya dari kaos Felix.
"Liat! Baju gue jadi molor!" Felix menginjak kaki Chris yang tidak beralaskan apapun. Tapi ia sedikt kecewa karena yang lebih besar sama sekali tidak mengaduh sakit.
Felix sedikit merinding merasakan aura Chris berubah. Sepertinya ia marah karena menunjukan aura merah. Sial, Felix memang sedikit keterlaluan saat mengatai pria itu bajingan. Tapi kan tidak begini juga. Ia tidak mau mati di bangunan tua yang sepi, usang, bahkan terpencil seperti ini.
Felix menunduk takut, memegangi perutnya. Perut Felix mual setengah mati, rasanya ia ingin memuntahkan semua isi perutnya saat ini juga. Aura merah Chris adalah Peringatan nomor dua. Nomor satu adalah warna hitam dan untuk nomor tiga kuning. Jika Chris mulai mengeluarkan aura-aura itu artinya dia sedang tidak baik-baik saja dan bisa kapan saja mengamuk dan membunuh Felix.
"Lihat ke depan"
Seperti tersihir, Felix mengangkat kepalanya dan melihat ke depan.
"Eh" Felix membeku.
Ini, ini adalah korban pembunuhan yang sedang ia tangani. Felix menangis dengan keras, memeluk Chris dengan erat. Menempelkan bibirnya pada pipi hantu dengan warna kulit sedikit pucat itu untuk kedua kalinya.
"Mas, maaf ya. Ini teman saya agak emosional ketemu sama mas" Chris sedikit menunduk masih dengan tangan melingkar di pinggang Felix. Hantu ini harus tahu kalau Chris bersama Felix.
Chris sebenarnya tidak enak memanggil hantu yang berlaku baik dengan auranya. Tapi berhubung dia sedang emosi, jadi sekalian saja pikirnya.
"Ndapapa mas, saya yang terima kasih ini pacar masnya mau bantu saya" orang tersebut beribicara dengan aksen medhok khas Jawa Tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
indigo « chanlix » ✓
FanfictionTentang seorang detektif bernama Felix Janardana yang selalu dibantu oleh Chris, teman dari dunia lain Felix. Read the tags before reading! tw; mention of blood, murders, psychopath behavior, traumatic past, a lil bit mature.