"Mama, papa, ini Felix" Masato memegang pundak Felix dari belakang, ia tersenyum lebar sambil menggoyang-goyangkan badan Felix yang sedang menggendong Daichi.
Setelah perdebatan panjang antara Masato dengan Janu dan Hakim yang mungkin menghabiskan waktu selama dua jam, akhirnya Hakim mengalah dan membiarkan Felix pergi ke rumah Masato karena Felix berjanji akan menjaga dirinya dengan baik.
"Begitu dia berani ngapa-ngapain lo, lo langsung panggil pasukan setan buat bunuh dia ya" Janu berucap dengan nada ketus, masih sambil berusaha untuk menggapai leher Masato untuk mencekiknya.
"Langsung hubungi gue atau yang lain kalo sampe dia ngapa-ngapain" Hakim terlihat sedikit tenang, masing-masing kedua tangannya tengah sibuk menahan pinggang Janu agar yang lebih pendek tidak berlari dan menyerang Masato lagi.
Felix menunduk dengan kikuk, di depannya berdiri orang tua dari Chris dan Masato. Ya bagaimana ia tidak gugup? Kedua orang tua Chris ada di depannya.
"Saya Felix" Felix sedikit memaksakan senyumnya.
Bukan karena ia tidak suka bertemu degan kedua orang tua dari Chris dan Masato, tapi ketika Felix menatap mata mereka, rasa sakit itu kembali hadir. Ia kembali teringat dengan senyum Chris. Felix tau insiden terbunuhnya Chris bukanlah kesalahannya, tapi tetap saja rasanya seakan semua adalah salahnya.
Ah, keduanya pasti tau Felix tengah menghindari tatapan dari keduanya. Selamat Felix, kamu berhasil memberikan impresi buruk bagi keduanya.
"Felix, masuk dulu. Maaf ya, rumah Masato kecil"
"Ma! Aku masih baru kerja disini, kalo udah dua tahun pasti juga aku bisa beli apartemen!" Masato mendorong pelan pundak Felix untuk masuk ke dalam rumah kecilnya.
"Felix, maaf ya. Masato ini banyak omong" Papa Masato menarik Masato agar tidak lagi memegangi pundak Felix dan mendorongnya ke sofa.
Felix hanya bisa terkekeh, kali ini sungguhan karena Masato memang banyak berbicara walau wajahnya menyeramkan setengah mati. Sama saja sih dengan Chris, hanya wajahnya saja yang membedakan.
"Felix, maaf kami hanya ada air putih. Masato benar-benar miskin" Mama Felix keluar dari dalam membawa beberapa gelas air putih.
Felix menggeleng, membantu mama Masato menata gelas di atas meja. "Astaga, saya malah merepotkan tante"
"Merepotkan apa, kami yang merepotkan kamu" Papa penepuk punggung Felix lembut, sedang Masato mengambil Daichi dari gendongan si manis karena mulai merengek meminta susu.
"Begini Felix, kami sudah membaca pesan dari Chris. Dan kami sungguh berterima kasih atas semua bantuan yang kamu berikan pada anak kami" Mama Masato mendudukan dirinya di sebelah Felix, saat ini Felix diapit oleh kedua orang tua Chris.
Rasanya sungguh hangat, keduanya sangat baik dan mengingatkannya kembali pada kedua orang tuanya yang selalu mendengarkannya bercerita sambil duduk di kanan dan kiri Felix.
"Chris juga banyak membantu saya tante, dan sudah sewajarnya juga saya membantu Chris- ah maksud saya Satoru" Felix tersenyum dengan tulus, Chris pasti senang jika melihat orang tuanya dan ia bertemu.
"Panggil dia Chris juga tidak apa-apa kok" ucap papa Masato sambil terkekeh. "Satoru anak yang pemberani, sungguh. Dia pasti sempat menyatakan perasaannya padamu walau tahu kalian ini beda—maaf Felix" Lelaki paruh baya itu menutup mulutnya sambil menatap khawatir pada istrinya.
"Tidak apa-apa om, kita berdua sudah sangat mengerti dengan konsekuensinya. Saya juga sudah lebih baik kok om" Felix tertawa kecil.
Ia merasa lebih nyaman karena kedua orang tua itu terus menerus mengajaknya berbicara dan menceritakan berbagai hal. Felix tentu saja dengan sangat antusias mendengarkan setiap cerita kedua suami istri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
indigo « chanlix » ✓
FanfictionTentang seorang detektif bernama Felix Janardana yang selalu dibantu oleh Chris, teman dari dunia lain Felix. Read the tags before reading! tw; mention of blood, murders, psychopath behavior, traumatic past, a lil bit mature.