Felix membuka matanya, menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk ke netranya. Kepalanya masih terasa pusing, ia perlu mengingat apa yang terjadi padanya. Netranya bersirobok dengan netra sekelam malam milik Andra, wajahnya terlihat penuh kekhawatiran.
Andra menaruh korannya asal, bergegas keluar dari ruangan untuk memanggil dokter atau suster yang berjaga.
Felix tidak ingat apa yang terjadi dan mengapa ia terbaring di kasur rumah sakit. Yang ia ingat hanya hitam sebelum- Ah! Felix menemukan penyebab Chris meninggal.
Rasanya ia berada di alam mimpi dalam waktu yang cukup lama. Sepertinya, Felix harus bertanya pada Andra berapa lama ia pingsan.
Felix harus menahan rasa penasarannya kala dokter yang memeriksa bertanya beberapa hal dan mengecek keadaan Felix. Setelah dokter itu berbicara sebentar dengan Andra, ia langsung meninggalkan ruangan.
"Mas-"
"Minum dulu" Andra menyodorkan gelas berisi air putih. Membantu Felix untuk mendudukan dirinya. "Kamu tidur hampir tiga hari"
Felix tersedak. Andra segera mengambil gelas yang berada di genggaman Felix, menaruhnya di meja dan menepuk-nepuk punggung Felix. "Saya dimarahi Janu sama Sagara"
"Astaga, maaf mas. Nanti biar saya yang-"
"Saya khawatir Felix, saya takut kamu kenapa-kenapa" Andra mendudukan dirinya di bangku sebelah kasur Felix. "Kamu itu tanggung jawab saya, lain kali jangan terlalu memaksakan diri"
Felix menundukan kepalanya, ia pasti dibicarakan banyak orang karena dianggap tidak profesional. "Maaf mas"
"Tidak perlu. Saya yang harusnya minta maaf" Andra tersenyum, mengusap rambut Felix. "Kamu juga pasti tertekan denger saya minta target saya nangkep pembunuh ini"
Felix menggeleng, sama sekali tidak merasa tertekan. Matanya menatap wajah rupawan Andra penuh puja. Felix sangat menghormati dan mengagumi atasannya.
Ia merasa ini adalah saatnya ia membalas semua kebaikan Andra. Laki-laki disebelahnya sudah banyak membantunya untuk menyesuaikan diri di Departemen Negeri. Jadi setidaknya, dengan membantu Andra mencapai targetnya untuk membunuh pembunuh berantai, Felix bisa membalas semua kebaikannya.
Andra yang membelanya ketika dia dikata-katai oleh Liam. Ketika beberapa senior mengeluh jika Felix tidak begitu cekatan. Bahkan ketika beberapa staff mulai membicarakan hal yang buruk tentang hubungannya dengan Andra.
Felix sungguh bersyukur Andra adalah boss-nya.
"Fel, saya seganteng itu ya?" Andra menopang dagunya dengan tangannya. Mendekatkan wajahnya dengan wajah Felix dari tempatnya duduk.
Felix dengan refleks memundurkan badannya, menutupi wajahnya dengan tangannya. Sial, ia malu sekali. Ia sedang memikirkan semua kebaikan Andra dan malah menatap wajah Andra terang-terangan.
"Astaga gemesnya" Andra mencubit pipi Felix gemas.
Belum selesai Andra menggoda Felix, suara ketukan dari pintu terdengar. Benar juga, waktu jenguk sudah dimulai beberapa menit lalu.
"Felix, kamu gapapa sayang?" Seorang perempuan paruh baya berlari menghampiri Felix yang sedang terduduk di kasurnya dan memeluk tubuh kecilnya.
Setelah itu, diikuti dengan laki-laki paruh baya dan beberapa rekan detektifnya. Ternyata mereka datang di saat yang tepat.
"Ini nak Andra? nak Liam bilang nak Andra ini pacarnya Felix ya?"
Felix buru-buru menarik ayahnya, mencubit lengan ayahnya sedikit keras. Bisa-bisanya bertanya sefrontal itu di depan rekan-rekannya. "Bukan ih ayah!" Felix berbisik sedikit kencang agar ibunya juga mendengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
indigo « chanlix » ✓
Fiksi PenggemarTentang seorang detektif bernama Felix Janardana yang selalu dibantu oleh Chris, teman dari dunia lain Felix. Read the tags before reading! tw; mention of blood, murders, psychopath behavior, traumatic past, a lil bit mature.