Butuh waktu hampir setengah jam untuk berhasil meringkus kakak kandung Andra karena Dominic benar-benar menghajar separuh kepolisian. Pihak kepolisian menjadi sedikit takut dan akhirnya membuat Liam dan Hakim ikut turun tangan.
Liam bahkan sempat memaki semua anggota polisi yang hanya diam dan menyaksikan Andra dipukuli oleh kakaknya. Urusan keluarga katanya, kalau ranahnya sudah sampai kekerasan seperti ini apa polisi juga harus diam saja?
Chris terus menahan Felix untuk tidak terlibat dalam pertengkaran kakak-beradik yang tengah berlangsung tadi. Bukannya Chris tidak kasihan, tapi ia malah takut Felix juga terseret dan masalahnya makin buruk mengingat kondisi Felix yang masih tidak stabil saat ini.
"Bawa ke ruang tahanan" Liam berucap final pada lima orang polisi yang saat ini tengah menahan tangan Dominic. "Dan jangan lepas lagi"
"Gue serahin sama lo" Hakim menunjuk Liam. "Lo jagonya bikin orang buka mulut"
"Gampang, mending lo urusin dulu dua orang itu" mata Liam mengarah pada kedua manusia yang saat ini berdiri sedikit berjauhan dengan pandangan kosong. Hakim akhirnya memutuskan untuk menghampiri kedua orang tersebut.
"Ndra, lo mending istirahat buat hari ini" Hakim menatap iba sahabatnya yang wajahnya tertutupi lebam dan terlihat sangat suram. "Felix, lo juga istirahat" ucap Hakim pada Felix yang tengah memandangi Andra dengan tatapan kosong.
"Felix, Hakim berbicara denganmu" Chris menyenggol lengan Felix pelan, berharap anak itu berhenti melamun.
"Iya kak" Felix refleks menjawab.
Janu dan Liam saling memandang sebelum menggeleng dan menghela nafas. Sepertinya keduanya memang perlu waktu untuk istirahat.
Pembunuh berantai yang sebenarnya sudah sangat dekat dengan mereka, kini kembali melangkah beberapa langkah di depan mereka. Hakim akui, keputusan yang diambil oleh pembunuh ini sangat tepat.
"We lost" Sagara berjongkok, mengusap wajanya kasar.
Kedua orang andalan mereka, kedua orang yang melengkapi divisi kecil mereka benar-benar tumbang. Tidak ada yang pernah berpikir bahwa pembunuh berantai ini mengincar orang tua dari Andra dan Felix.
"PAK! ADA SENJATA DI MOBIL TERSANGKA" suara teriakan dari salah satu polisi berhasil membangunkan sekelompok manusia itu dari lamunan dan kesedihan mereka.
"Janu, Liam ikut gue" Hakim berlari mendahului polisi tersebut dan disusul oleh Janu dan Liam.
Andra membelalakan matanya, ini semua ulah kakaknya? Kakaknya yang membunuh kedua orang tuanya? Apa si bajingan itu adalah orang yang ia buru selama ini? Berbagai spekulasi mulai muncul di kepala Andra.
"Mas, ayo nyusul" Felix berjalan beriringan dengan Andra. Tangan si kecil menggenggam dua tangan.
Milik Andra dan milik Chris.
Chris tersenyum. Felix tidak akan kesepian ketika akhirnya nanti Chris harus kembali. Pembunuh berantai itu akan terungkap dan masalahnya di dunia akan selesai. Menurut Chris, Sudah cukup untuknya berada di sisi Felix selama hampir empat belas tahun lamanya.
Dan Chris merasa cukup.
Empat belas tahun bukanlah waktu yang sebentar. Harusnya ia benar-benar bersyukur karena selama empat belas tahun ia menjadi hantu, ia bisa melihat senyum Felix setiap harinya.
Walaupun mungkin senyum itu bukan lagi untuknya. Dan Chris sudah tidak menjadi alasan Felix untuk tersenyum, ia tidak akan menyesalinya sedikit pun karena ia sudah ikhlas.
"Chris"
Yang dipanggil menoleh, wajahnya menyiratkan keingin tahuan.
Namun yang memanggilnya memilih untuk menarik Chris menjauh dari mobil-mobil polisi dan mobil Dominic yang masih mengunci lengan Dominic di depan mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
indigo « chanlix » ✓
FanficTentang seorang detektif bernama Felix Janardana yang selalu dibantu oleh Chris, teman dari dunia lain Felix. Read the tags before reading! tw; mention of blood, murders, psychopath behavior, traumatic past, a lil bit mature.