Delapan

3.6K 645 145
                                    

Reiga

Sepulangnya dari rumah Wiya, gue ngelamun lama banget sambil terus megangin pipi sendiri. Ini bukan yang pertama kalinya ada orang cium pipi gue. Soalnya Cheri pun sudah beberapa kali melakukannya tapi gue gak pernah lebay kayak begini. Apa karena dia masih jadi orang asing buat gue kali ya makanya reaksi yang tubuh gue berikan jadi seberlebihan ini?

Udah dua hari, gue diduga kuat lagi masuk angin karena sering pegel-pegel dan gak enak badan. Masalahnya kemarin gue full shift selama 24 jam alias gak pulang sama sekali. Mana habis itu langsung jaga malem lagi karena udah waktunya rotasi shift. Gue tuh tipe yang gak bisa tidur lama di siang hari sehingga bisa dikatakan gue kekurangan banyak istirahat.

Tapi kalau ditanya lebih suka piket pagi atau malam, sepertinya jawaban gue akan selalu malam. Meski harus bermusuhan sama rasa ngantuk yang mesti dihilangkan begitu ada panggilan, seenggaknya pekerjaan kita lebih santai karena gak se-hectic saat piket pagi. Kita gak harus nyiram tanaman, nggak harus main air sama anak kecil kalau ada kunjungan, dan masih banyak keuntungan lain yang cuma bisa ditemui saat jaga malam.

Kalau lagi kebeneran, kita nggak pernah dapet panggilan darurat yang tingkat kedaruratannya di angka 1 atau 2. Biasanya kalo nyantai gini, anak-anak di Mako sering banget begadang bareng sambil melakukan kegiatan-kegiatan untuk mengisi waktu senggang. Contohnya Dodot, hari ini dia karaokean pakai mic bluetooth yang dibelinya tiga bulan lalu di sekitaran Tegalega. Output suaranya emang sember, tapi karena suara Dodot bagus, suara bawaan speakernya jadi gak begitu mengganggu pendengaran.

"Mas Reiga, ada request?"

Gue baru keluar dari dapur dengan segelas kopi nescafe yang gue seduh, "Peter Pan, Kukatakan Dengan Indah."

Jempolnya mengacung tinggi, "Siap, Dodot siap jadi Ariel malem ini," katanya sembari mengetik judul lagunya di kolom pencarian YouTube dengan akhiran kata 'karaoke'.

"HAHAHAHA, kalah itu anjir!" Di teras, ada sekitar tiga orang yang duduk melingkar tanpa dialasi apa-apa. Badannya boleh tinggi gede, tapi mainannya ...

"Ih, peraturannya gimana sih?" Yang keliatan frustrasi itu adalah Agil. Setumpuk hartanya baru aja disita karena dinyatakan kalah.

"Gil, lo gak pernah SD ya?" Ejek Apsa, "Peraturannya tuh gini. Pas lo adu tepok dan kartu lo tengkurep, artinya lo kalah. Nah, kartu-kartu yang jadi taruhan lo diambil semua deh sama bandar."

"Terus ini gimana? Masa gue gak punya kartu sama sekali?" Eluhnya.

"Mau ngutang gak? Minjem ke gue gitu. Misal lo menang dan dapet kartu dari bandar, lo bisa ganti kartunya ke gue." Rama sudah mengulurkan beberapa lembar kartu berukuran kurang lebih 2x3 sentimeter ke arah Agil. Gambarnya macam-macam, tapi kebanyakan bergambar karakter Shiva serta Ultraman yang sering gue lihat saat gak sengaja ngeganti channel televisi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
113Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang