Utuh atau runtuh?
Hidup atau redup?
Dua pertanyaan itu terus menerus mengendap di kepala Reiga dan juga Velia. Katanya, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi dalam pernikahan yang didasari oleh kepentingan. Pertama; saling jatuh cinta. Dan kedua;...
Pelaku percobaan bunuh diri itu langsung dievakuasi ke rumah sakit terdekat. Meski fisiknya baik-baik saja, dia tetap membutuhkan bantuan dari sisi psikologis dan harus ditangani segera oleh tenaga profesional. Setelah melepaskan seluruh atribut keamanan yang membuat beberapa bagian tubuh gue sakit- terutama tangan, kaki, pinggang, dan punggung, gue langsung menjatuhkan diri di halaman teduh milik area perkantoran ini.
"Nggak ada yang luka?" Agil bertanya, bersama dengan sebotol air mineral dingin yang entah didapatnya dari mana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aman, tangan doang nih, lecet, gara-gara kekecengan pegangan ke tali." Gue menunjukkan telapak tangan bagian kanan yang memerah, di beberapa bagian tampak sedikit mengelupas dan rasanya memang agak perih. Padahal gue pake sarung tangan, tapi tetep aja ninggalin bekas.
"Dari bawah lo kayak Spiderman asli," komentarnya, gak penting sama sekali. "Eh, bukan deh, mirip orang panjat tebing tapi versi turun. Turun tebing berarti, hahaha."
Gue mengulum senyum, "Keren ya dari bawah? Jantung gue nih, kayak mau lompat. Gila, tinggi banget ternyata kalo dari atas, sampe keringet dingin."
"Orang mah sok keren kek kalo abis jadi hero, lah elu malah blak-blakan bilang gemeteran. Reiga, Reiga." Tangannya menepuk pundak gue dua kali sebelum meninggalkan gue untuk menenangkan diri di sana. Air yang diberikan oleh Agil hampir gue habiskan, mungkin hanya tersisa seperlima saja saat gue menaruh botol tersebut di permukaan tanah.
"Siang, Mas. Perkenalkan, saya Alawiya Velia, dari Ragam Perspektif."
Bola mata gue bergerak ke atas, sementara kepala gue tidak mendongak sama sekali ketika seorang perempuan berdiri tepat dihadapan gue. Perawakannya mungil, atau tepatnya pendek dan kurus dengan perkiraan tinggi sekitar seratus lima puluh sentimeter saja.
"Ah, iya, halo." Gue sedikit tidak asing dengan sesuatu yang bernama Ragam Perspektif itu, tapi gue nggak bisa mengingat dengan benar tentang apa kiranya hal tersebut. Tanpa dipersilahkan, perempuan itu duduk di sebelah gue. Menjatuhkan dirinya begitu saja di atas batu bata yang disusun menjadi pembatas jalan ini tak peduli permukaannya kotor atau tidak.
"Saya tadi liat Mas-nya evakuasi cewek dari lantai tujuh, terus ... nggak sengaja kerekam, sama kamera salah satu tim saya." Dia menjelaskan. Biar gue tebak, Ragam Perspektif ini acara TV ya? Atau YouTuber? "Oh, enggak, saya gak akan unggah hasil rekamannya, beneran deh, enggak." Dia terlihat sangat panik saat gue menatapnya agak lama. Kata orang, tatapan gue emang tajam dan sedikit menyeramkan, gak heran kalau dia sampai kelabakan.
"Jadi ... hm ... saya kenalkan dulu deh Ragam Perspektif itu apa. Ragam Perspektif ini adalah media platform digital yang aktif di YouTube, Mas. Nah, kebetulan kita punya program yang banyak membahas isu serta fenomena sosial. Selain itu, kita juga punya siaran dokumenter yang menampilkan profesi-profesi yang jarang diketahui orang."