Kanaya pov
Pagi hari ku mulai seperti biasanya. Aku mulai pergi ke dapur dan menjalankan kewajiban ku untuk memuaskan perut suamiku dipagi hari ini. Aku fikir untuk membuat nasi goreng menu sederhana yang cukup disukai semua orang bukan.
" Pagi Kanaya " a Megan menyapaku seraya tersenyum kepadaku . Aku melihat jam dinding, masih terlalu pagi untuk dia sarapan fikirku.
" Tumben banget udah didapur sepagi ini, ada acara kemana hari ini a ? " Tanyaku tanpa Melihat nya.
" Kadang saya , em maaf maksudnya ,kadang aa ngerasa aa sesekali harus bantu kamu masak. Kita bisa masak bersama mungkin pagi ini ? Awal hari yang cukup baik kan ? " Jawab a Megan dengan ragu.
Aku mengernyitkan dahiku merasa bingung dengan apa yang barusan dia ucapkan, tanpa fikir panjang aku mematikan kompor dan menolehkan wajahku kearahnya.
" Sayangnya aku hampir selesai. Aa tunggu aja di meja makan ya. " Ucapku pelan sambil tersenyum, aku menghargai usahanya untuk belajar adil pada ku dan calon istri keduanya.
" Kalau begitu aa bantu cuci piring setelah sarapan ya ? " Tanya nya kepadaku
" Yasudah, lagipula aku punya rencana hari ini. Itupun Kalau aa izinkan" jawabku tenang
" Pergi kemana ? aa dirumah hari ini, aa temani ya ? " Tawarnya , aku fikir dia sedikit keras kepala hari ini. Entah karena alasan apa dia aku rasa dia mencoba membuat ku berada dirumah hari ini.
Tapi sayangnya aku memang berencana pergi menemui ibu mertua ku, membicarakan suatu hal yang seharusnya tidak suamiku tau saat ini.
" Enggak akan lama, aku fikir mungkin aa akan pergi dengan Inara kan ? Aku juga ada urusan sebentar" jawabku tenang.
Sejujurnya aku sedikit gemetar dan takut membahas perempuan itu sekarang, karena bagaimanapun sampai sekarang topik ini masih sebegitu sensitif nya di bicarakan sekarang.
" Kamu suruh suami kamu pergi dengan perempuan lain ? Begitu ? "
" Kan memang biasanya begitu, hari libur pun aa sering keluar rumah kan, aku dirumah sepanjang hari, itu cukup membosankan kalau aa mau tau. Kalau aa tidak izinkan yasudah. Aku sama sekali gak masalah" jawabku
Aku meletakan nasi goreng dan beberapa potong nugget, dihadapan suamiku.
" Silahkan sarapannya aa "
Aku melihat dia menghela nafas kasar, mulai melembutkan tatapan nya padaku yang sempat menajam beberapa saat tadi.
" Kamu boleh pergi, sebelum ashar sudah dirumah ya ? Hari ini aa dirumah, kalau kamu berubah fikiran kamu bisa suruh aa susul, aa gak masalah" Jawabnya.
Aku memasang senyum terbaik ku, dan menggenggam tangannya, dia menatapku dengan heran.
" Terimakasih, aku usahakan pulang tepat waktu, kalau begitu aku siap siap dulu ya , habiskan sarapannya jangan lupa" ucapku Senang sambil berlalu dari hadapannya.
---------
Aku pernah ketempat ini sebelumnya, tepat seminggu setelah pernikahan ku dengan suamiku, untuk mengurus beberapa dokumen, yang tentu saja tidak aku fahami saat itu. Yang aku tau hanyalah , suamiku akan mendapatkan hak nya sebagai satu satunya pewaris setelah dia menikah denganku. Dan aku tidak keberatan dengan itu. Tidak sampai detik ini aku merasa bahwa memang aku setidak penting itu untuk kehidupan suamiku.
Pernikahan kami memang tidak normal seperti pernikahan pada umumnya. Satu hal yang aku pahami hari ini adalah, aku mempunyai hak penuh untuk memperoleh sedikit dari apa yang suamiku dapatkan dari pernikahan yang ia sebut perjodohan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prioritas
Romanceyang namanya prioritas ya pasti cuma satu , tapi dia lain , dia seorang yang kusebut suami mempunyai dua prioritas yang kerap kali membuat dia lantas tertuntut untuk memilih ,pertanyaan ku, siapa yang akan jadi tujuannya, rumahnya , dan tempat untuk...