bertemu inara

4.6K 269 26
                                    

Happy reading :)

Kanaya Pov

Sedikit banyak aku berfikir tentang apa yang dikatakan afnan siang tadi , rasanya tidak mungkin jika suatu saat nanti aku akan benar benar melepas statusku sebagai istri seperti yang dikatakan afnan ,

" Aku memang sudah mengizinkan kamu untuk menikahi Inara a ,tapi untuk ikhlas aku masih mencoba karena aku tidak sekuat itu sebenarnya , lalu apakah memang harus aku berpisah dengan kamu "

Aku mengatakan itu seraya melihat figuran besar yang terpampang di kamar ku, walaupun hubunganku dengan suamiku tak ada perkembangan berarti namun dia acap kali datang ke kamarku dan meminta haknya seperti biasa ,aku mengelus perut rata ku berharap memang alat itu tidak bekerja seperti semestinya .

Kriet

Aku menolehkan kepalaku saat pintu kamarku dibuka oleh seseorang yang ku yakini adalah suamiku

" Aa ganggu ? " Tanya nya

Aku tersenyum seraya menggelengkan kepala pertanda bahwa dia memang sama sekali tidak menggangguku .

Dia melihatku yang tengah mengelus perut ,aku yang sadar pun segera melepaskan tanganku yang setia menempel pada perut rataku .

" Aa ada perlu ? " Tanyaku membuyarkan lamunan nya, dia mengajakku duduk di samping ranjang seraya mengelus kepalaku seperti biasa, aku yang memang senang diperlakukan seperti itu tersenyum manis

" Kamu mau hamil ? " Tanyanya yang mendapat senyuman miris olehku ,mungkin dia lupa bahwa dia sendiri yang melarang ku untuk mengandung anaknya

" Kan sudah pakai kontrasepsi , tidak bisa hamil untuk waktu dekat kan ? Aa tenang saja . " Ujarku

Dia menghela napas mendengar jawabanku , namun mengambil kedua tanganku dan mengecupnya pelan , aku merasa sangat dihargai sebagai istri sekarang namun juga merasa sakit disaat yang bersamaan , karena ini yang ku minta saat dia bilang akan menikah lagi, dan ya dia melakukannya , aku tidak bisa membayangkan betapa kamu memang sangat menyukai calon maduku itu a.

" Aku tidak keberatan kalau kamu memang mau hamil, kita akan lepas alat itu ,bagaimana ? " Dia bertanya tanpa melihat mataku , seolah apa yang dikatakannya hanya tawaran belaka

" Percuma kalau hanya aku yang ingin hamil , aa sendiri mau tidak punya anak dari aku ? " Tanyaku yang mulai berani menyandarkan kepala dipundak kirinya seraya mengecup tangannya

" Em, aa mungkin akan senang , lagipula kamu tidak ada kegiatan kan? Mengurus rumah tidak semenyenangkan berkerja ,jadi kupikir kamu butuh seorang teman , "

" Aa akan memberiku seorang madu kalau aa lupa "

" Inara tidak akan tinggal disini seperti yang kamu mau, Kanaya aa ingin adil ,tolong setidaknya permudahkan lah posisiku ,aa gak mau berada dalam barisan suami yang tidak bertanggung jawab, aa tau kamu kesepian "

" Lalu , kalau tau aku kesepian kenapa aa sering sekali meninggalkan aku? Pagi kamu bilang mengajar siang kamu bilang sibuk, sore kamu menemui inara dan malam kamu hanya menyapaku sekedar berformalitas ,lalu tidur .sama saja bukan ? Sekarang aa mau melepaskan alat itu dirahimku ? Aku juga tidak mau anakku tidak mendapat kasih sayang Yang semestinya dari bapak kandungnya sendiri " ujarku yang membuat dia terdiam ,seolah mencerna ucapan ku

" Maaf aku terlalu banyak berbicara ,oke kalau memang itu keputusan aa ,kapanpun aku siap mengeluarkan alat itu dari rahimku " ujarku yang memang kembali memutuskan menjadi istri penurut seperti biasanya , dia yang mendengar jawabanku pun tersenyum tipis dan merengkuhku kedalam pelukannya

" Besok ? Aa belum bilang sama kamu ya? Kalau mulai Minggu depan aa berhenti mengajar dan mulai fokus dengan perusahaan papa seperti yang kamu sarankan "

PrioritasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang