move

1.9K 236 58
                                    

Kanaya pov

Acara hari ini cukup memukul telak hatiku. Aku semakin terperosok jauh akan harapan baik dengan kehidupan rumah tanggaku. Mengehela nafas berkali kali nyatanya tidak membuat gemuruh hatiku membaik, aku semakin sesak rasanya .

" yaAllah , takdir baik apa yang sebenarnya engkau siapkan untukku. Kenapa proses nya sepahit ini " ucapku lirih .

Aku menghapus air mataku kasar, seraya berjalan kearah meja rias yang baru baru ini kuisi beberapa lipstik dan perona pipi.

Aku membuka handphone ku, dan mendial nomor mama Mertua ku .

Mama calling on

"Assalamualaikum mama " sapaku

"Waalaikumsallam nak , kenapa sayang ? Kamu dimana neng ? Mama ditempat wisuda Inara sama suami kamu " jawab mama tenang

" Aku dirumah ma, " sembari menarik nafas aku menenangkan hati ku .

" Mama faham dan tau persis apa yang ingin kamu katakan nak . Besok siang datang ke kantor temui mama ya nak . Kita bicarakan langkah seperti apa yang akan kamu ambil "
Jawab mama menenangkanku

Aku menghela nafas perlahan seraya meyakinkan diri bahwa apa yang aku lakukan bukanlah hal yang salah

" Bantu Kanaya mama , kalaupun ini tidak berhasil , Kalaupun Kanaya bukan menantu mama lagi nantinya , Kanaya masih anak mama kan ? "  Ucapku berbisik

" Sampai kapanpun kamu adalah anak perempuan mama nak , bersabar sedikit lagi ya neng ya, mama akan tepati janji mama " .

" Aku sayang mama, maafin Kanaya ya mama "

" Doa mama bersama kamu Kanaya "

Mama calling off

----------------

Megan pov

Aku merasakan ada sesuatu yang salah , dengan mengajak Kanaya pada acara Inara hari ini. Terlebih status Kanaya sebegai istri Afnan Dimata Inara, Secara tidak langsung aku memang telah membuang banyak benih kebohongan yang mungkin suatu saat akan kutuai. Dan akupun menyadari bahwa nantinya tidak akan seindah yang ada dibayanganku.

Aku tau akan banyak orang yang tersakiti , aku tau aku mungkin akan menyesali ini dikemudian hari dan akupun faham bahwa apa yang aku lakukan hari ini pun jelas membuat luka hati Kanaya semakin berdarah.

" Mas " panggil Inara, aku tersentak dan tersenyum sekedarnya pada calon istriku itu.
Dia mengambil tanganku dan menggenggamnya erat.

" Kenapa ? Ada sesuatu yang ganggu fikiran kamu ? Mbak Kanaya ya ? Mas ngerasa gak enak ya sama dia ? " Tanya nya menuntut

" Jangan bahas ini ya, hari ini kan hari besar kamu, kita fokus sama acaranya ya, ngomong ngomong kamu cantik sekali hari ini. Mas pangling liat kamu " ucapku mengalihkan pembicaraan

Sebenarnya aku tau Inara merasa tidak puas dengan jawabanku, dia menatap ku dengan pandangan menelisik seraya melepaskan genggaman tangannya padaku.

" Mas belum percaya sepenuhnya sama aku ya, bagaimanapun aku bisa disebut calon istri kamu , seharusnya mas udah harus mulai belajar terbuka sama aku kan ? "

" Inara, kita bahas nanti ya, mas sebentar lagi sambutan , mas tinggal dulu ya sayang " ucapku sambil mengusap pipinya .

Perlakuan ku memang sedikit banyak mengundang perhatian banyak orang di aula, terutama mahasiswa dan mahasiswi yang menatap penasaran apa yang terjadi diantara aku dan Inara. Sebelum aku pergi keatas panggung , aku menyempatkan diri menghampiri mama yang ada diluar aula. Aku melihat mama sedang serius berbicara dengan seseorang di handphone nya, hingga

PrioritasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang