Aku memandang lekat mata suamiku , berharap apa yang diucapkannya padaku saat ini bukanlah sebuah mimpi , dengan berusaha menepiskan fikiran bodoh yang beranggapan bahwa apa yang tengah dilakukan nya padaku adalah sebuah usaha untuk menikahi wanita yang dicintainya. Sedikit sesak menjalar di dadaku mengingat apa yang aku minta sendiri pada suamiku kala itu, dan sekarang dengan senang hati dia lakukan hari ini , kalian mau tau apa ?
" Bagaimana ? Mau ? Kita disana sekitar satu Minggu , setidaknya kamu bisa beranggapan kita sedang berlibur atau mungkin em,bulan madu " ucapnya santai ,
Aku yang tengah menonton televisi tadi pun terkejut dengan ajakanya yang tergolong amat sangat tiba tiba dan tidak masuk akal
" Kemana memangnya a ?" Tanyaku akhirnya ,
" Lombok , pantai disana bagus katanya ,saya pernah juga kesana sebenarnya tapi ya hanya untuk perjalanan bisnis, perusahaan papa lagi kolaps saat itu, nggak ada waktu juga buat sekedar kepantai ,tapi alhamdulilah sekarang perusahaan udah baik baik aja, saya juga bisa mengajar seperti biasanya " ujarnya sambil tersenyum
Bolehkah aku mencatat ini, ini adalah kalimat terpanjang yang dilontarkan suamiku saat kami tengah mengobrol seperti sekarang , aku pun ikut tersenyum menanggapi ucapan suamiku
" Aa kenapa lebih suka mengajar dari pada terusin usaha papa, maksudku dari pada harus Afnan yang ambil alih kan ? " Tanyaku pada suamiku
" Kejuruan yang diambil saya waktu itu jadi pertimbangan sebenarnya , saya ambil ilmu pendidikan ,sedangkan Afnan menekuni manajemen bisnis nya , ya walaupun yang anak papa itu saya , dan Afnan hanya keponakan nya , saya juga tau diri untuk tidak mengacaukan apa yang sudah papa bangun dari nol, tapi saya juga belajar sedikit sedikit ko dari Afnan, jadi mungkin suatu saat nanti saya yang akan ambil alih usaha tekstil punya papa " jelasnya
" Maaf a, tapi ini hanya sekedar saran saja, kalau aa cuma mau anggap angin lalu ya gapapa, aku kan juga nggak sekolah nggak faham juga sebenarnya , lebih baik aa mulai fokus keperusahaan dari sekarang mungkin, karena kan melihat kondisi Afnan yang sudah mulai membuat perusahaan sendiri sama keinginan aa yang mau menikah lagi " aku menatap suamiku saat mengatakannya ,dan ya seketika dia langsung menatap wajahku , melihatku dengan pandangan datarnya seperti biasa
" Maksud kamu ? Kanaya begini saya sudah ingatkan sebelumnya saya dan Inara bukan urusan kamu, penghasilan saya lebih dari cukup untuk menghidupi kamu dan istri saya yang lain nanti, sudahlah lupakan . Yang jelas kamu setuju atau tidak dengan kepergian kita kelombok nanti" jawabnya sedikit ketus ,memutar bola mata malas dengan apa yang diucapkanku tadi ,mungkin dia sedikit tersinggung, tapi sebenarnya aku tak ada maksud bicara kesana , akhir akhir ini egoku sangat sulit dikendalikan ,rasanya aku selalu ingin membahas keinginan suamiku yang katanya akan menikah lagi , mungkin dengan sedikit kali kemungkinan dia akan berubah fikiran.
" Iya , berangkat lusa kan ? Aku beres beres baju ku dulu, kalau aa ada keperluan aku dikamar " jawabku akhirnya
" Kalau bisa, kamu ikut saya kedokter sore ini bisa ? "
" Untuk ? "
" Kita kedokter kandungan, konsultasi "
Seketika pipiku memanas ,senyumku tak dapat dicegah , aku lantas memeluk suamiku sekarang, mengelus punggungnya , aku bersandar di dadanya , lalu mendongkakan kepalaku guna melihat wajahnya
" Oke, aku mau mandi dulu "
Aku berlari kekamar dan menutup pintu sedikit keras , aku tak berhenti tersenyum hari ini, aku bersiap dengan sebaik mungkin , memakai pakaian terbaik hingga aku berfikir mungkin suamiku akan terkesima walau hanya beberapa saat.Aku melihat potret pernikahan kami yang ku pajang di dinding kamarku dengan ukuran lumayan besar, aku kembali tersenyum lebar
" Semoga dia cepat hadir ya a, sungguh aku sangat berharap hanya akan menjadi istri satu satunya dalam hidup kamu " ucapku sambil mengelus perut rataku .
Aku keluar kamar dengan semangat , langkah ku berhenti seketika melihat dia tengah menelfon seseorang
" Saya minta maaf ya ra, mungkin mama sedikit terkejut tadi, kita coba lain kali ya "
" Kamu harus terbiasa dengan sikap mama"
" Yang pasti saya serius dengan kamu Ra , "
" Nanti saya hubungi lagi "
" Waalaikumsalam ,saya sayang kamu Inara "
Dia tersenyum setelah menutup telfonnya , kamu pandai sekali menabur garam pada lukaku yang bahkan belum kering , aku menghampiri suamiku tanpa menghilangkan senyumku
" Hai " sapaku padanya
Dia terkejut dengan kehadiranku , sedikit menatapku ,
" Kamu berhijab, sejak kapan ? "
" Setelah aa memutuskan berpisah kamar denganku, kenapa memangnya ? "
" Em, tidak saya hanya baru melihat , kamu cantik dengan hijab kamu, saya doakan kamu istiqamah ya "
Dia mengecup keningku cukup lama, aku hanya tersenyum menanggapi
" Ayo " ajaknya, dia menggenggam tanganku
Perjalanan kami terasa sangat lama , karena tak ada yang memulai pembicaraan sekarang , dia yang sibuk dengan kemudinya , dan aku yang bingung akan melakukan apa .
Hingga setengah jam berlalu, akhirnya kami sampai di rumah sakit yang kami tuju, dia menyuruhku duduk sambil menunggu antrian, aku hanya menurut seperti biasanya.
" Mama menanyakan kamu tadi " ucap suamiku membuyarkan lamunanku
" Aa kesana ? Ko nggak ajak aku ? Em maksudku waalaikumsalam " jawabku sedikit terkejut dengan ucapan ku sendiri
" Saya kesana bersama Inara tadi, meminta restu mama " jawabnya tanpa melihatku
" Alhamdulilah kalau memang sudah seseriua itu, aku senang aa terbuka padaku seperti ini " jawabku
" Kamu senang suami kamu menikah lagi ? Dengan wanita lain ? Maaf yang lebih dari kamu ? " Tanyanya sarkas tanpa menaikan nada bicara nya
" Ny. Kanaya Cahyani "
Ingatkan aku untuk berterimakasih pada suster yang memanggil namaku barusan ,jujur aku tak sanggup bahkan untuk menjawab pertanyaan suamiku sendiri
" Ayo a " ajakku mengambil tangan kanannya.
Kami memasuki ruangan yang khas dengan bau alcohol dan obat obatan ,
" Silahkan duduk " sapa dokternya pada kami
" Terima kasih dokter, " ucapku
" Begini dok, saya dan istri saya sudah satu tahun menikah , untuk itu kami berencana untuk memasang kontrasepsi " ujar suami ku pada dokter itu,
Seketika mataku terbelalak , terkejut dengan apa yang dilontarkan suamiku , kalian tau aku fikir dia mengajakku kesini untuk berkonsultasi agar kami cepat memiliki momongan , tapi tetap suamiku dengan fikiranya memang tak pernah bisa ku tebak ." Saya fikir tadinya kalian ingin konsultasi mengenai kehamilan istri bapak, mengingat apa yang masnya bilang tadi, oke jadi untuk kontrasepsi sebetulnya bisa di gunakan oleh salah satu dari suami atau istri , ini bisa didiskusikan dulu karena sebelum memakai pun kami akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu ," jelas dokternya pada kami, yang jelas aku benar benar tak bisa menyimak apa yang dikatakan dokternya yang ada difikiranku saat ini adalah
" Biar saya saja dok yang memakai kontrasepsi nya " jawabku akhirnya membuka suara
Baiklah ,sekali lagi a, kamu mengajakku menaiki roller coaster dengan iming iming bisa melepas sedikit beban ku, salah ku sebenarnya tidak memastikan keadaan hingga pada akhirnya ,aku terjatuh lagi , sayangnya lubang kali ini aku tak menemukan dasarnya . Akan aku ajarkan padamu suatu saat nanti tentang rasanya menjadi seseorang yang tak diinginkan keberadaanya ,yang ku tau sekarang, aku hanya harus kembali patuh seperti biasanya .
Huft, bagaimana ? Dapet gak tuh feel nya ?
Terimakasih sudah membaca ceritaku
See you next part:)
HilsaMinggu, 9 Februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Prioritas
Romanceyang namanya prioritas ya pasti cuma satu , tapi dia lain , dia seorang yang kusebut suami mempunyai dua prioritas yang kerap kali membuat dia lantas tertuntut untuk memilih ,pertanyaan ku, siapa yang akan jadi tujuannya, rumahnya , dan tempat untuk...