sudut pandang

3.7K 360 48
                                        

Megan pov

Handphone ku terus berbunyi hari ini, namun aku tak sedikit pun berniat ingin melihat apalagi menjawab panggilan itu. Aku merasa sangat amat jenuh, seperti ada sesuatu yang kosong, ada banyak hal yang aku ingin lakukan sebenarnya hari ini. Aku bahkan mengingat beberapa rencana yang sudah ku buat. Sayangnya memang belum terealisasi kan.

" Apa urusan Kanaya selama itu ? " Fikirku.  tidak dia bahkan baru pergi satu jam yang lalu. Entah kenapa aku merasa urusan yang sedang di lakukan Kanaya bukanlah kabar baik untuk ku. Hingga dengan rasa penasaran aku melihat pesan terakhir Kanaya di handphone ku.

Megan : kamu masih lama ? Perlu aa jemput ?

Sialnya sudah lima menit menunggu pesan ku tak kunjung terbalas. Dia bahkan mematikan handphone nya.aku kadang berfikir apa dia berniat balas dendam padaku.

Kanaya : sebentar lagi mungkin aku pulang, aa         mau titip sesuatu mungkin ? Aku bisa belikan saat perjalanan pulang nanti.

Seharusnya mungkin aku yang mengirim pesan seperti itu saat Kanaya bertanya kapan aku pulang kemarin kemarin. Seketika aku merasa sangat tidak enak dengan perasaan ku sendiri.

Megan : kamu keberatan kalau kita makan siang diluar ? Aa bisa jemput kamu.

Kanaya : rencananya aku makan siang sama mama, aa bisa menyusul kalau mau.

Megan: kamu dimana memangnya?

Kanaya: nanti mama Sherlock lokasinya katanya

Megan : aku on the way setengah jam lagi.

Senyumku terbit saat membayangkan akan berjalan jalan sebentar mungkin dengan Kanaya setelah makan siang. Kupikir bukan ide yang buruk .

----------------

Kanaya pov

Anas sudah pulang sedari tadi, sedangkan mama mertua ku pun pergi keluar untuk bertemu tamunya . Tinggallah aku bersama Afnan diruangan ini. Dengan baiknya Afnan menjelaskan padaku bagaimana aku bisa memulai sesuatu dengan baik. Beberapa konsep usaha pun sedang kita bicarakan.

Aku mengalihkan pandanganku pada ponsel ku saat Melihat ada pesan masuk dari suamiku. Hingga mungkin Afnan sadar perhatian ku tak lagi tertuju padanya.

" Kenapa teh ? "

" Ah, ini a Megan kirim pesan , kamu bisa lanjutkan, aku gak akan balas pesan dia " jawabku kembali menaruh handphone ku .

" Jadi, ini yang harus teteh pelajari , mungkin nanti kita akan lihat lihat atau survey tempat. Barangkali sudah ada gambaran apa yang akan teteh lakukan setelah ini. Bagunan nya cukup luas teh. Tempat nya pun cukup strategis. Dekat dengan kantor dan stasiun kereta. " Jelas Afnan yang aku angguki.

" Afnan, aku berfikir bagaimana kalau aku membuka warung makan sederhana? Em aku fikir aku tidak terlalu pandai membuat makanan yang memang sedang disukai banyak orang sekarang, tapi kurasa makanan sederhana seperti makanan rumahan tidak buruk " jawabku hati hati

Jujur melihat wajah Afnan yang seperti memikirkan pendapat ku membuat aku ketar ketir sendiri, aku mungkin terdengar seperti orang kampung sekarang.

" Memang bukan teh, tapi kalau aku boleh saran, kita pake konsep rumah makan ala ala kaya bilik kayu terus yang kaya bawa konsep pedesaan gitu. Trus itu Kan bangunan lantai dua ya teh, dibawahnya boleh tuh teteh buka kafe atau sekedar kedai minuman buat orang orang yang gak pengen makan berat. "

Aku tersenyum puas dengan jawaban Afnan, tidak meremehkan pendapat ku sama sekali. Seandainya suamiku seperti dia. Aku menggeleng kan kepalaku, merutuki fikiran ku yang sempat membayangkan Afnan sebagai suamiku tentu bukan hal yang baik.

" Kamu cocok juga jadi pengusaha" ujarku pada Afnan

"Teh Kanaya bisa hubungi aku kalau butuh manager nanti,soal bayaran bisa kita bicarakan" jawab Afnan yang ku tanggapi dengan kekehan pelan.

" oh iya, mama bilang dia mau ajak kita makan siang, kamu gabung kan ? " Tanyaku pada Afnan

" Boleh. Tapi sebenarnya aku kangen masakan teh Kanaya juga loh. Kaya udah lama gak makan masakan rumahan. Tau sendiri aku kan tinggal di apartemen sendirian teh "

Aku tersenyum menanggapi ucapan Afnan. Dia cukup mandiri sebagai seorang anak. Fikirku

" Aku fikir kamu udah cukup umur buat menikah loh Afnan "

" Kalau memang diizinkan, mungkin dalam waktu dekat aku akan melamar seorang wanita teh. "

Aku membelalakkan mataku, terkejut dengan ucapana Afnan barusan.

" Kamu serius? Wah bagus dong, kamu udah seserius itu dengan wanita, tidak baik juga ditunda tunda. Aku doakan yang terbaik untuk kalian ya Afnan" aku berkata seraya tersenyum tulus,

Perhatian kami teralihkan ketika pintu dibuka secara tiba tiba, aku melihat mama mertua dan suamiku disana.

" Mama gak bilang disini ada Afnan " ujar a Megan santai

" Loh dia kan memang suka kesini, bantu bantu kerjain beberapa tender juga kok. Kamu juga belum terlalu aktif kan dikantor. " Jawab mama yang diangguki Afnan

" Apa kabar bang ? " Tanya Afnan yang kuyakini hanya basa basi semata

" Dah lah gak usah banyak basa basi. Kaya udah lama gak ketemu aja sih. Lagian kalo ada Afnan Disini mama kan bisa minta temenin dia buat makan. Biar aku sama Kanaya pulang aja. "

" Gak bisa dong, mama udah janji mau makan siang sama Kanaya hari ini. Lagian kamu setiap hari sama istri kamu. " Jawab mama

" Kan aa udah setuju mau nyusul aja tadi, kok tiba tiba disini" tanya ku yang dijawab dengusan kasar suamiku. Aku mengernyitkan dahi bingung dengan kelakuan suamiku hari ini.

" Mama bilang kalian masih dikantor. Kamu juga ngapain sih ikut kekantor segala. Kaya ngerti aja mau ngapain disini. Udah kamu dirumah aja, masak ke apa ke, temenin suami kamu libur dirumah juga bukan sesuatu yang buruk kan. Malah keluyuran kaya gini bikin orang kesel aja. "

" Aa biasanya juga ketempat Inara kan" cicitku pelan

" Kamu bilang apa ? " Tanya a Megan

" Udah sih bang, lagian gak setiap hari juga teh kanaya pergi, udah izin juga kan. Yuk Tante katanya mau makan kan kita. "

Ingatkan aku untuk berterimakasih kepada Afnan nanti, aku mengehela nafas lega ketika a Megan tidak lagi bertanya tanya tentang keberadaan ku dikantor ayahnya itu.

------------

Megan pov

Aku terkadang bingung dengan apa yang aku lakukan. Selalu tidak sesuai dengan rencana ku. Aku bahkan membenci beberapa kesempatan yang ada. Seperti saat ini. Kami bahkan sedang makan dengan tenang. Seorang gadis yang memang secara tidak langsung resmi menjadi calon istriku datang menghampiri ku bersama ibu dan ayahnya. Dan perlu kalian tau bahwa ayahnya Inara adalah seseorang yang mungkin adalah orang terakhir yang ingin aku temui. Kenyataan terbesar bahwa ayahnya Inara adalah orang yang mungkin sedikit berpengaruh dalam kematian ayahku.




________________________________________

Aku sedikit melenceng dari konsep cerita sebelumnya yaa. Tapi gapapa ya semoga kalian suka.
Dipojokan ada bintang kecil, kalau gak keberatan boleh banget kalian pencet sebelum atau abis baca part ini. Hehehehe

Salam manis dari aku...

1k view untuk next part??????
500 vote untuk double up ?????

Jangan lupa kasih kritik dan saran kalian ya guys. Apapun itu asal sopan.

Tap & Follow
Ig @hilsa_rhmh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PrioritasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang