Angin berhembus dengan kencangnya malam ini, menandakan mungkin hujan tengah bersiap memandikan bumi, aku kembali mengeratkan cardigan rajut ku meresapi rasa dingin yang menusuk rusukku, bukan tanpa alasan aku terdiam di teras rumah seperti ini. Sebab ini sudah lebih dari tiga jam sejak suami ku pergi dari rumah, selama itu juga aku berusaha menepiskan fikiran burukku mengenai suami ku, melihat dari hubungan kami yang tak pernah mengalami masalah berarti namun juga tak mengalami kemajuan berarti, selalu saja berjalan ditempat .
# flashback on
Saat itu suasana kampung sedikit ramai karena memang masih kental terasa euporia hari raya , aku sendiri bernama Kanaya , Kanaya Cahyani lebih tepatnya , umur ku tak lebih dari 14 tahun, tidak sempat mengayam dunia pendidikan karena memang kondisi ekonomi keluargaku sedikit banyak memprihatinkan, sebut saja kami keluarga serba kekurangan ,hingga tak pernah terbesit difikiranku menyusahkan Abah dengan meminta bersekolah, aku hanya bisa ikut-ikutan dengan temanku, kegiatan yang mereka beri nama kerja kelompok itu sangat menyenangkan fikirku .
" Neng , ada Anas diluar katanya mau ikut kerja kelompok lagi " panggil Ambu
" Muhun Ambu , bilang Anas sebentar , Kanaya mau ambil minum dulu takut haus " kataku sambil berlari kedapur kami. Aku menghampiri Ambu dengan semangat sambil berkata,
" Kanaya mau sekolah dulu ya Ambu , supaya bisa beli rumah besar untuk Ambu sama Abah "
Aku tidak punya mimpi besar seperti mereka yang bersekolah , aku hanya ingin aku, Ambu dan Abah bisa tinggal dirumah yang lebih layak ,tak misuh misuh ketika hujan turun sampai sibuk mencari triplek bekas untuk kami tidur .Aku pergi memang tak sebentar tapi tak juga bisa disebut lama ,hingga saat aku pulang aku sudah melihat bendera kuning itu berkibar dengan pelan ,disalah satu tihang kropos dirumah ku, banyak orang berdatangan dan yang membuat ku menahan napas adalah Ambu yang sedang sesegukan di dalam sana, sambil mengaji Ambu menangis tergugu, aku memang tak sekolah namun, aku juga tak sebodoh itu untuk harus tidak paham apa yang sedang terjadi .
" Ambu ? " Aku menghampiri Ambu, serta merta ikut menangis tanpa aba aba, air mataku berjatuhan tanpa harus ku komando kan.
" Abahmu mulih nak , ikhlas ya "
Mataku menangkap sosok yang selama ini menjadi cinta pertama ku, terbujur kaku tanpa bernafas dan tersenyum teduh seperti biasanya.
" Abah " cicit ku pelan " bah, Abah " aku menggoyang kan tangannya berharap dia hanya sedang istirahat sebab lelah habis bekerja
" Kanaya mau beli rumah untuk Ambu untuk Abah, kalau Abah mulih Kanaya sama Ambu kesepian Abah, " rengekku.
" Abah bangun Abah, pak Hamzah nanyain Abah, suruh ambil buah kelapa lagi bah, Abah ayok ,ABAH !"
Cukup aku tak sekuat itu, aku menangis sekeras mungkin , aku masih mengguncangkan tangan Abah, Ambu yang melihatku pun ikut menitikan air matanya .#flashback off
" Kanaya rindu Abah " ucapku,
Aku memutuskan untuk masuk ke kamar ku, kuperjelas KAMARKU hanya kamarku . Aku lebih memilih tidur sendiri dari pada harus mendengar kesinisan suamiku saat menyuruhku menjauh saat tidur bersamanya, akupun sebenarnya tak sesabar itu, aku pernah marah padanya dan yang lakukan padaku adalah masabodo , jika bukan permintaan Abah dan Ambu akupun sebenarnya harus berfikir ulang untuk menyetujui pernikahan ini, tapi nasi sudah menjadi bubur bukan, aku hanya akan menambahkan beberapa bumbu agar rasanya menjadi lebih enak.
Tok tok tok
" Kanaya! Kanaya ! "
Aku mendengar suamiku memanggilku dan mengetuk pintu dengan sedikit keras ." Iya a? " Jawabku
" Saya mau bicara sama kamu " ujarnya , aku sedikit gelisah sebenarnya entah kenapa , aku sedikit takut dengan apa yang akan suamiku katakan nantinya
" Masuk a " jawabku , entahlah baik buruknya apa yang akan dikatakan suamiku , akan menjadi perintah untukku ,seperti biasanya .
" Tugas istri hanya mendukung keputusan suami ,betul ? " Tanya nya sedikit sarkas
" Em, iya a " cicitku
" Kanaya dengar , saya tidak meminta izin mu sebenarnya, saya hanya sedikit menghargai kamu sebagai wanita pilihan ibu saya "
Aku hanya menyimak apa yang sedang dikatakan suamiku itu.
" Aku mencintai wanita lain, aku berniat menikah lagi "
Tersenyum , aku tau hari ini akan tiba , aku juga faham jenis perempuan seperti apa yang dicari suamiku itu, yang memang itu bukan aku
" Kamu tau, saya tidak msncintai kamu, sama sekali. Kita dijodohkan dan aku bisa menerima itu, tapi boleh kan saya memiliki prioritas lain? Seseorang yang bisa menjadi tempat untuk saya pulang, berkeluh kesah, tempat saya berbahagia dan mempunyai anak , saya juga ingin bahagia Kanaya "
Tidak kah dia sadar bahwa apa yang diucapkannya perlahan menyayat hati dan menggores harga diriku
" Apa imbalan untuk Kanaya ? "
" Maksud kamu ?"
" Perlakukan aku sebagaimana istri pada umumnya, dengan begitu demi Allah Kanaya siap dimadu " ucapku mantap
Dia masih menatap ku heran, aku sendiripun tak paham apa yang tengah aku ucapkan sebenarnya
" Aa mampu dalam finansial, aa juga mampu dalam agama, aa menghormati orang tua aa dengan baik, begitupun dengan orang tuaku , tapi aa lupa caranya menghargai keberadaan ku, a tak banyak yang ku minta, aku hanya ingin kamu berbaik hati menerima aku, sebagai istrimu , aku tak meminta hatimu a, berikan itu pada orang yang kamu sebut tempat untuk pulang, tapi tolong sempurnakanlah pernikahan kita dulu sebelum kamu memulai yang baru, jawabanku tak akan berubah a, aku mengizinkan mu menikahi dia, aku percaya dia perempuan baik baik yang pasti berpendidikan bukan,? "
" Kanaya , saya .."
" Keluar a, aku butuh waktu sendiri " ucapku sambil menutup diri dalam selimut , tidak ini bukan akhir fikirku . Tidak kah aku masuk dalam kategori perempuan bodoh ? Karena sudah seperti ini pun aku masih mencintai suami ku itu .
Holla, seru nggak ? Hehe
Aku mood mood an nih nulisnya, tapi insha Allah nggak akan telat update.Kamis, 30 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Prioritas
Romantizmyang namanya prioritas ya pasti cuma satu , tapi dia lain , dia seorang yang kusebut suami mempunyai dua prioritas yang kerap kali membuat dia lantas tertuntut untuk memilih ,pertanyaan ku, siapa yang akan jadi tujuannya, rumahnya , dan tempat untuk...