Dua hari berlalu setelah kejadian yang memaksa Kanaya memakai alat kontrasepsi . Hari ini Kanaya dan Megantara pergi ke Lombok seperti apa yang dikatakan Megantara kala itu, tak ada raut bahagia sebagaimana pasangan suami istri yang akan berbulan madu.
Sebelum pergi ke bandara mereka menyempatkan diri untuk berpamitan pada orang tua Megantara.
Kanaya Pov
Aku tak berhenti mengelus perut rata ku, berharap kejadian kemarin tak akan menghambat pertumbuhan nya dirahim ku, sampai saat ini aku masih berharap akan mempunyai anak bersama suamiku ,mungkin yang akan menjadi alasan untuk ku mempertahankan pernikahanku.
Di antara beberapa bunga bungaan yang di tanam ibu mertuaku , aku memilih untuk duduk diam di ayunan besar yang memang tersedia dihalaman rumah ini .
" Kita disini nggak lama Kanaya, jadi melamun bukanlah opsi yang patut dipilih sekarang " ujar suamiku yang ku balas dengan anggukan kecil
" Hilang suara kamu? Jawab saya Kanaya . Perbuatan saya kemarin memang tidak bisa dibenarkan ,tapi tolong jangan membuat kita harus membicarakannya sekarang "
" Aku mau ke mamah dulu, beliau dikamar kan ? " Ujarku yang langsung meninggalkan suamiku di halaman.
Aku pergi ke kamar ibu mertuaku, di tempat yang sama ketika dengan pertama kali beliau mengusap kepalaku saat pertama datang kesini .
" Ma , Kanaya boleh masuk ?" Ucapku di depan pintu kamar ibu mertuaku yang tertutup rapat
" Masuk nak" jawab ibu mertuaku dari dalam ,aku tak sebodoh itu untuk tidak faham dengan apa yang dikatakan beliau pun masuk kedalam kamar
" Mama sibuk ? " Ujarku
" Apa yang harus mama sibukan ,sedangkan disini ada satu satunya anak perempuan mama " mama tersenyum sangat manis , senyum yang sama yang dimiliki suamiku ,namun tak pernah dia berikan padaku .
" Aku kangen dipeluk mama " cicitku dengan suara yang sedikit bergetar menahan tangis
" Nak, maaf kan Megan ya " ujar mama yang langsung memeluk tubuhku erat, aku yang memang rindu dengan ibu pun ikut mengeratkan pelukanku, tersedu diceruk lehernya , mungkin setelah ini aku akan sedikit tenang
" Kamu bisa adopsi sayang, anak memang tidak bisa disebut hal yang tidak penting ,kamu sudah berusaha dan berdoa bukan? Walaupun kamu mandul, kamu bisa mengambil mereka yang kurang beruntung untuk kamu sayangi"
Aku tercengang mendengar penuturan mama, mandul ? Aku mandul ? , Aku memang bersedih sekarang ,suamiku memperkecil kemungkinan aku mempunyai anak darinya ,tapi aku tidak mandul ." Mama sudah tau ? " Tanyaku pelan
" Suami kamu yang bilang sama mama kemarin ,maaf kamu tau Inara kan? Dia membawa Inara juga kemari , megan bilang dia ingin menikah lagi ."
" A Megan bilang aku mandul mah ? " Tanyaku pelan
" Dia bilang itu salah satu alasan kenapa Megan ingin berpoligami , selain dia memang mencintai Inara " jelas mama
" Aku bingung harus bagaimana mama , aku tak pandai ,aku yang bodoh ini seharusnya tak menikah dengan putra mama, Abah dan papah seharusnya tak membuat perjanjian kan ma ? " Cicitku pelan
" Shuttt... Bicara apa kamu, jangan berkecil hati dengan apa yang dilakukan Megan, mama mau bantu kamu sayang, mama nggak mau punya menantu lain selain kamu , percaya sama mama ya nak "
" Apa yang harus aku percaya ma ? Siapa yang harus aku percaya ? Mama ? A Megan ? Aku bahkan tak percaya dengan diri ku sendiri "
" Pergilah dengan suami mu sekarang ,buat dia sadar betapa pentingnya kamu didunia nya, setelah dari sana temui mama ,mama janjikan satu hal, kalau memang ini tidak berhasil mama sendiri yang akan mengajukan perceraian kalian." Ujar mama lugas
Aku terdiam mendengar penuturan mama , aku tidak membenarkan ucapan mama, tidak pula meng-iyakan, tapi tidak ada salahnya juga kan ? Lagipula walaupun aku bodoh ,aku tak bersekolah , aku cukup faham tentang bagaimana sesaknya membagi suami dengan wanita lain.
-------------
Megantara PovAngin berlomba lomba berhembus menerpa kulitku saat ini ,rasanya tak jauh berbeda ketika terakhir kali aku ketempat ini beberapa tahun yang lalu . Biar kuperjelas sedikit umurku tidak setua yang kalian fikir , mungkin akan masuk kepala tiga tahun ini.
Aku melihat hijabnya terombang ambing tertiup angin, mungkin ini akan menjadi yang pemandangan indah selama aku menikahi Kanaya, aku memang tak mencintainya ,tapi selama satu tahun menikahinya aku tak menafikan bahwa aku peduli dengan wanita berstatus istriku itu , dia tidaklah buruk , kategori wanita manis, kulitnya tak seputih wanita idamanku, cenderung sawo matang, hidungnya kecil cenderung pesek menurutku , bibirnya ranum dengan pipi yang bulat . Kombinasi yang pas , perawakanya cenderung lebih berisi dari sebelum menikah ,setidaknya dia tidak terlihat tersiksa dengan pernikahan kami bukan ?
" Sudah cukup sore , kembali ke hotel ? " Tanyaku pada kanaya
Dia sedang asik menatap biru laut dengan langit yang mulai berubah warna ," Aa masuk saja dulu, aku kan baru kali ini ke Lombok , ingin lihat sunset ,nggak masalah kan ? " Tanya dia tanpa mau sibuk melihat ku seperti biasa
" Kamu tau jalan kembali ke hotel ,Kanaya seperti yang kamu bilang,ini kali pertama kamu kesini , kalau kamu tersesat bagaimana ? Siapa yang mau kamu mintai tolong ? Lagipula kamu tidak cukup pintar untuk menggunakan handphonemu sendiri untuk mencari alamat hotelnya " ucapku sedikit sarkas , entah kenapa akhir akhir ini aku selalu terpancing emosi ketika berbicara dengan Kanaya , rasanya muak melihat dia yang terlihat baik, yang kenyataanya baik-baik versi Kanaya adalah seburuk buruknya hidup bagi wanita diluar sana, menurutku .
Dia melirikku sekilas ,tak menghiraukan ku ,dia berjalan di hadapanku dengan melepas alas kaki nya ,
" Kanaya, kamu dengar saya tidak ?!" Ucapku sedikit berteriak
" Aa kembali saja dulu , aku mau lihat sunset " ucapnya yang tetap pada keinginanya, bukan seperti Kanaya yang aku kenal
" Kanaya , kembali sekarang?! Kalau .."
" Kejar aja kalau aa bisa " ucapnya sambil berlari meninggalkanku
Aku mengejar Kanaya yang asik tertawa dipinggir pantai , tetap saja langkah kecilnya itu tak akan pernah sebanding dengan langkah kaki besarku ,hingga
Hap
Aku menangkap Kanaya yang masih tertawa dengan manisnya , tulang pipi bagian atasnya membesar akibat tarikan lengkung bibirnya , terukir indah jelas dimataku ,hingga pandangan kami bertemu ,
" Sejauh apapun kamu berlari, langkah kecil kamu tak akan pernah sebanding dengan langkah besar saya Kanaya" ucapku lirih ditelinga Kanannya
" Sejauh apa ? "
" Sampai kamu lelah berlari dan mengalah, bahwa berjalan bersama saya tentunya akan menjadi pilihan terbaik dari pada menjauh dan berlari dari saya "
" A aku "
Drtt drttt drttt
Suara dering handphone membuyarkan pembicaraan kami ,
Aku menatap handphone dengan wajah Kanaya bergantian ,hingga" Hallo Assalamu'alaikum Inara "
Lagi lagi aku melihat senyum Kanaya memudar, aku kembali membuat luka dihatinya , tapi aku sama sekali tak merasa bersalah, karena yang ada difikiranku sekarang adalah bagaimana caranya Kanaya merasa bahwa aku telah berlaku adil dengan statusnya sebagai istriku walaupun kenyataanya aku sama sekali tak mencintainya ,setidaknya sampai saat ini
Wew , latar kurang ditonjolin, sama karakternya kurang banyak ,typo bertebaran , maaf ya gengs
Terimakasih sudah mau membaca tulisan ku
See you next part
Xoxo:)
HilsaSelasa ,11 Februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Prioritas
Romanceyang namanya prioritas ya pasti cuma satu , tapi dia lain , dia seorang yang kusebut suami mempunyai dua prioritas yang kerap kali membuat dia lantas tertuntut untuk memilih ,pertanyaan ku, siapa yang akan jadi tujuannya, rumahnya , dan tempat untuk...