Megantara pov
Aku memakirkan mobil ku digarasi rumah ku, beranjak memasuki kediaman yang tak kunjung membuatku benar benar merasa aku mempunyai tempat untuk pulang . Perempuan itu tertidur tertidur diatas meja makan , dengan tumpukan kedua tangannya menjadi bantalannya untuk tidur , aku memang tadi sempat pulang dan menunggunya yang entah sedang apa bersama sepupuku. Tapi aku kembali pergi berdalih menemui inara aku malah mengasingkan diri mencari definisi arti pulang dan nyaman bagi ku.
Aku pergi kekamar seraya membersihkan diri dan segera tidur . Namun cekalan tangan di pergelangan tangan kananku menahan ku untuk melakukan itu ,hingga ..
" Aa sudah pulang dari tadi ? " Tanya kanaya yang tak kujawab sama sekali ,entah kenapa sedikit marah rasanya mengingat bagaimana reaksi kanaya yang tak menolak sentuhan dari sepupuku.
" Aa sudah makan ? Mau aku panaskan makanan ? " Aku hanya mengagguk sebagai respon karena memang rasa lapar tak lagi bisa aku tahan. Dia tersenyum menanggapi ku seraya pergi kedapur untuk memanaskan apa yang dia masak untukku.
Afnan calling on
" Bang "
" Kenapa? "
" Cakra pulang "
" Tidak ada urusan denganku afnan jika itu yang ingin kamu dengar "
" Cakra itu .."
" Aku tau , sudah ya afnan istriku menunggu "
" Ku kira abang sedang menemani calon ipar baru ku "
" Selamat malam afnan"
Afnan calling off
Aku menggeram kesal setelah menerima telfon dari afnan , aku sedikit menghela nafas seraya menahan amarah yang bergejolak di dadaku .
" Aa " aku menolehkan kepalaku melihat Kanaya yang tengah menyentuh pundak ku , dia mengernyit heran melihat ku yang terdiam tanpa menjawab panggilannya
" Makanannya sudah siap , aa mau makan sekarang ? " Tanyanya yang ku jawab dengan anggukan
Kami berjalan beriringan tanpa tangan yang bergandengan , hingga aku melihat kanaha dengan cekatan menyiapkan kursi untuk ku , dia mengambilkan makanan yang memang sudah khatam seberapa porsinya .
" Kalau aku menginginkan Inara yang melakukan hal tadi bagaimana ? "
Gerakannya terhenti ,mengudara di hadapanku dia meletakan piring yang sudah terisi makanan di hadapanku seraya berlalu pergi
" Kanaya , aa serius " ucapku sedikit meninggikan nada bicaraku.
" Aku tidak pernah menolak dari awal kan ? Untuk apa lagi aa bertanya ? " Tanyanya yang kembali mendudukan diri dihadapan ku
Aku yang tak lagi berselera makan meletakkan sendok yang ada digenggamanku .
" Semudah itu ? Yakin kamu ? "
" Bagaimana bisa aku gak yakin a ? Sedangkan tanpa sepengetahuanku , aa sendiri telah melangsungkan acara lamaran kan ? " Jawabnya tepat sasaran
" Aa belum melamar Inara secara resmi kepada ayahnya! Kalau itu yang mau kamu dengar ! Lagipula itu hanya makan malam biasa , berlebihan jika aku meminta izin kepada kamu!" Aku berdiri dari dudukku dan mengambil segelas air untuk meredakan amarahku
" Maaf " ujar Kanaya yang mendapat dengusan dari ku. Hingga tak berselang sama kedua tangan Kanaya memeluk ku dari belakang ,dia mengecup punggungku seraya menyandarkan kepalanya disana . Tak cukup sampai disitu kanaya membalikan tubuhku yang tentu saja dengan pasrah aku lakukan .
" Menikah lah a , jika memang itu yang aa mau . Aa sudah penuhi apa yang aku mau . Aku juga paham kehidupan pernikahan seperti apa yang aa mau. Dan yang pasti itu bukan dari ku kan ? Aku mengizinkan kamu . Tapi aku mohon dengan sangat jangan biarkan aku berkorban lagi setelah ini "
Aku mengelus kepala kanaya , mengusap air mata yang sudah berjatuhan sejak tadi ,
" Kanaya "
" Aku mengalah a , lakukan seperti apa yang aa mau ,aku ikhlas "
Ujar Kanaya seraya pergi meninggalkan ku , ucapan Kanaya tentu sangat membekas dalam hati ku ,menohok jelas membuat lubang dalam disana .yang entah karena apa aku sedikit kesal dengan diriku yang tak bisa mengendalikan apa yang aku inginkan sejak dulu dalam arti lain aku salah satu dari sekian persen lelaki yang disebut plin plan dengan keputusannya .---------------
Kanaya Pov
Definisi pernikahan sendiri buatku tak lebih dari minum teh hangat di pagi hari bersama suami , membacakan dongeng untuk anak kami , dan hidup bahagia . Sesederhana itu memang . Aku bahkan tak pernah bermimpi akan mempunyai seorang suami yang tampan , memiliki karir gemilang , harta yang tak pernah habis , apalagi sampai mempunyai seorang madu .
" Kamu apa kabar Anas ? "
" Namaku sekarang Cakra Naya . Tapi khusus untuk kamu baiklah "
Namanya cakrawala bahanas Saputra , lelaki yang dulu kukenal sedikit gempal dan baik hati , dia sering mengajakku bermain bersamanya dikampung dulu , mampir kerumahku untuk sekedar mengenalkan beberapa huruf yang tak ku ketahui apa namanya .
Hingga sebuah keadaan memaksa aku dan Anas berpisah , kehilangan komunikasi karena kenyataan bahwa aku tak semampu itu untuk membeli hal lazim bernama handphone dulu ." Kamu tinggal dimana sekarang naya? Aku baru mau kekampung Minggu ini , tapi ku dengar katanya Ambu sudah tidak ada ? Betulan ? "
Aku tersenyum menanggapi pertanyaan Anas hingga
" Iya ," aku tersenyum kecut mendengar pertanyaan anas
" Aku enggak tahu ,maaf ya Naya , lain waktu kalau kamu mau ,antar aku ke makam Ambu kamu bisa ? Sekalian aku mau ziarah ke makam nenek dan kakek aku"
" Aku izin suamiku dulu ya Anas , "
" Kamu sudah menikah? Aku fikir kemarin kamu itu teman Afnan , jadi aku berani ajak kamu makan siang ,"
" Afnan itu sepupu ipar ku, mungkin kamu kenal dengan suamiku Anas, namanya megantara "
Wajahnya memang tak sekesal itu saat aku mengatakan nama suamiku namun aku tak bodoh untuk paham dengan raut wajah tak suka saat aku mengatakan nama suamiku pada Anas
" Megantara ya? Namanya tak asing , sudah punya anak ? "
Aku tersenyum seraya menggeleng kan kepala ku, tanpa sadar aku mengelus perut rataku berharap akan ada hari dimana aku benar benar merasakan hal lazim yang bahkan suamiku terlihat tidak senang dengan itu,
" Mungkin nanti, doakan saja ya nas! Oh iya ,kata afnan kamu punya perusahaan ya? Dalam bidang apa? " Aku berusaha mengalihkan pembicaraan yang memang berujung membuatku kembali merasa tidak berguna sebagai seorang istri
" Property , nanti kalau sudah deal dengan pemilik lahannya ,aku janjikan buatkan kamu rumah mau? "
Aku membulatkan mataku mendengar tawaran anas, kami bertemu bahkan kurang dari dua puluh empat jam yang lalu tapi dia sudah menawariku sebuah rumah
" Jujur Kanaya ,aku memilih untuk membangun perusahaan property karena memang aku selalu ingat ,apa yang Kanaya kecil bilang pada ambunya saat aku datang kerumah Kanaya kecil untuk mengajaknya belajar , Kanaya kecil menjanjikan sebuah rumah untuk Ambu dan abahnya ,maaf walaupun kamu tak menikmati bangku pendidikan tapi mimpi itu mulia sekali Kanaya , ayo kita wujudkan itu ,bersamaku "
" Lalu, dengan siapa aku akan tinggal di sana nanti nas? Boleh ku ceritakan satu hal ? Suamiku memang tidak membenciku, dia sangat peduli kepadaku dalam artian dia lebih baik memadu diriku dari pada menceraikan ku "
Hayoloh, akan bagaimana ya kisah Kanaya nanti ?
Kritik dan sarannya ya gengs ,
Terimakasih sudah membaca
Love
Hilsa
Bogor ,11 Maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Prioritas
Любовные романыyang namanya prioritas ya pasti cuma satu , tapi dia lain , dia seorang yang kusebut suami mempunyai dua prioritas yang kerap kali membuat dia lantas tertuntut untuk memilih ,pertanyaan ku, siapa yang akan jadi tujuannya, rumahnya , dan tempat untuk...