Trust Me

78 12 1
                                    

Hidup terus berjalan ketika aku berhenti di persimpangan. Hidup terus melihat kearah depan meski aku tertinggal di belakang. Sendirian, waktu menentukan senyum dan tawa, namun aku masih memeluk diri sendiri dan menangis, bertanya mengapa langit masih terlihat mendung dan menangis. Karena aku yakin, aku hanya bisa percaya diriku sendiri. Setidaknya sampai hari ini.


















Jeongyeon berjalan sendiri ditemani angin sore dan juga tawa orang-orang yang sedang menikmati waktunya di taman Hangang. Ia tersenyum kecil mengingat bahwa hanya ia dan dirinya serta ditemani angin sore.


"Sendirian lagi.." 


Benaknya berkecamuk sore itu. Entah ia bahagia atau malah terlihat sedih sore itu. Ia sendiri pun bingung harus menjawab apa pada dirinya sendiri. Namun yang ia tahu adalah ia sudah lama sendiri dan akan terus seperti itu.

Saat sedang menikmati sorenya, handphone milik gadis berparas cantik itu berbunyi. Sebuah pesan masuk datang. Ia segera membuka pesan itu.



From: Im Changkyun.

Malam ini ada waktu tidak? Kalau ada, boleh aku ketemu sebentar?



Ada sirat senyum tipis di bibir milik Jeongyeon. Ia sekarang menyadari bahwa ada seseorang yang bersamanya. Setidaknya, ada seseorang yang selalu mengirim pesan dan bertanya 'apa kamu sudah makan?' padanya. Entah ia harus mempercayai lelaki yang dulu menjadi musuhnya itu sejak duduk dibangku sekolah. Tapi setidaknya ia harus mempercaya seseorang saja, kan?


To: Im Changkyun.

Waktuku selalu banyak. Kalau pun mau bertemu sekarang, aku bisa.  



Ditempat lain, Changkyun tersenyum. Ada rasa tersentuh dan juga bahagia. Rasa ingin terus melindungi gadis yang ia tahu bahwa ia kuat itu terus muncul. Rasa ingin memeluk gadis yang terlihat kesepian itu pun tak bisa dibendung dengan rasa yang harus terus ditahan oleh dirinya.


Sekarang ia tahu kenapa orang tidak boleh terus ditinggal sendirian, ia tahu bahwa seseorang yang kesepian akan berpikir bahwa dirinya tidak seberharga itu. "Dunia memang berpihak pada gadis cantik bernama Yoo Jeongyeon. Ia harus tetap bahagia dalam caranya sendiri, apapun itu artinya, harus aku pastikan dia jadi wanita yang paling bahagia." ucap Changkyun.


Malam akhirnya tiba...


Changkyun bergegas menuju rumah Jeongyeon. Akhir-akhir ini Changkyun memang sering mengunjungi Jeongyeon untuk memastikan ia baik-baik saja. Meski Changkyun tau bahwa jadwalnya sangat padat tapi ia hanya ingin memastikan gadis istimewa-nya itu baik-baik saja dan tak dalam keadaan sakit atau pun kesepian. Ia akan terus memastikan itu meski harus diusir berulang kali olehnya. Bukankah cinta itu buta? Seperti itulah perasaannya.


Changkyun memencet bel rumah milik Jeongyeon. Ia disambut senyum hangat seorang gadis yang menggunakan setelah rumahan itu. Senyumnya manis, semanis apel yang baru dipetik di kebun nenek. Matanya sangat cantik. Entah kenapa tapi jantungnya berdegub dengan kencang. Aneh. Itulah yang digambarkan Changkyun pada dirinya sendiri saat ini.


"Ayo masuk." Jeongyeon mempersilahkan Changkyun masuk kedalam rumahnya.


Changkyun masuk dengan membawa bingkisan kecil. Ya, itu cookies kesukaan Jeongyeon. Akhir-akhir ini Changkyun tahu kalau Jeongyeon sangat menyukai cookies tokonya tepat berada di depan agensi Changkyun. Ia akhirnya menyempatkan untuk membeli cookies itu.


Changkyun dan Jeongyeon terlihat canggung. Baru pertama kali sejak terakhir mereka bertemu. Ini aneh. Suasananya, situasinya, dan segalanya malam itu. Padahal sebelumnya, mereka hanya bertemu dan berbicara seperti teman biasa.


Akhirnya Changkyun menyerahkan bingkisan yang sedaritadi dipegang olehnya, "Aku tadi sengaja mampir beli ini. Aku liat akhir-akhir ini kamu upload soal kue ini, akhirnya aku beli. Semoga kamu suka." ucap Changkyun sambil tersenyum hangat.


Jeongyeon mengambil bingkisannya. Matanya membulat saat ia tahu bahwa itu cookies kesukaannya, "Wah, terima kasih. Aku gak tau harus bilang apa. Tapi ini emang cookies kesukaan aku sih. Sekali lagi makasih ya."


"Iya, sama-sama. Mmm, ngomong-ngomong.." belum Changkyun membereskan kata-katanya, mata mereka bertemu. Saling bertatapan dengan perasaan aneh. Jantung keduanya saling berdegup kencang ditemani oleh pantulan cahaya bulan yang memantul kearah kolam malam itu. Sudahku bilang bahwa suasana malam itu aneh.


Jeongyeon masih menatap Changkyun sampai akhirnya Changkyun tersadar, "Ehem.. aku mau ngomong sesuatu sama kamu." lanjut Changkyun.


"Ngomong? Ngomong aja." ucap Jeongyeon. Changkyun melihat ke bawah dan ke arah Jeongyeon secara bergantian. Ia mendekati Jeongyeon dan dan duduk berlutut didepan Jeongyeon. Jeongyeon yang melihat itu terkejut. Bukan hanya terkejut tapi sangat terkejut.


"Jeongyeon..." Changkyun terdiam sejenak sebelum ia melanjutkan kata-katanya, "Aku tau ini keterlaluan. Bukan 'cuma' tapi 'sangat' keterlaluan mungkin. Tapi aku punya sebuah permintaan. Aku gak tau kamu akan mengabulkannya atau menganggapnya angin."


Jeongyeon menatap Changkyun sampai akhirnya Changkyun mengambil tangan Jeongyeon dengan lembut dan menggenggamnya. Changkyun memberanikan diri menatap Jeongyeon. Kini mata mereka saling bertatapan. Mata Jeongyeon yang sendu dan juga teduh. Mata Changkyun yang kuat dan juga berapi-api. Sekarang mata itu saling bertatapan.


"Aku... mau kamu percaya sama aku sepenuhnya. Apapun itu, tolong percaya sama aku." ucap Changkyun. ".. Aku tau ini berat buat kamu. Tapi aku mau kamu percaya dengan hati kamu sendiri, bukan cuma ucapan. Mungkin kedepannya aku akan melakukan banyak kesalahan, tapi percaya, aku gak bermaksud gitu."


"Aku cuma mau ngelindungin kamu." lanjut Changkyun. Jeongyeon yang terdiam tidak tahu harus bereaksi bagaimana. "Cuma ada aku dan kamu kedepannya." 


Jeongyeon tersenyum. Senyum itu membuat hati Changkyun jadi berantakan. Entah hati itu mengatakan bahwa senyum hangat itu yang ia rindukan atau kah sosok Jeongyeon yang sangat ingin ia peluk.


Jeongyeon memajukan dirinya sedikit dan menatap Changkyun dengan dekat. "Terlalu dekat.." benak Changkyun.


"Aku percaya. Apapun itu aku percaya. Karena aku tau, kamu adalah satu-satunya yang bisa aku percaya kamu sepenuhnya saat ini. Meski suatu hari kamu meninggalkan aku seperti yang lain, aku tau dan aku percaya, kamu akan kembali."

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang