"Ma—"
"Yoo Jeongyeon...?
"Im Changkyun...?"Mata mereka saling bertemu kembali setelah 14 tahun lamanya tidak bertemu. Setelah kejadian itu, Changkyun dan Jeongyeon memang jarang bertemu. Tapi, Changkyun sesekali melihat Jeongyeon dari jauh. Entah di taman sekolah, entah di perpustakaan.
"Sudah lama tidak bertemu, apa kabar?"
Nayeon menatap Jeongyeon lama. Jeongyeon menatap Nayeon. "Ah, baik. Oh, aku harus balik ke kantor. Lain kali kita ngobrol lagi." ucap Jeongyeon sambil mengambil tasnya.
"Ah, boleh minta—"
"Nomer?" Jeongyeon merogoh tasnya, "Ini kartu nama. Disitu ada nomernya. Aku pergi, ya."
Jeongyeon meninggalkan Changkyun yang berdiri takjub dengan kartu nama ditangannya. "Tidak ada yang berubah."
Nayeon menatap Jeongyeon yang memandang lurus jalan, "itu.. siapa?"
"Mm?" Jeongyeon melihat Nayeon, "Oh, itu? Dia teman sekolah sih. Satu angkatan. Beda jurusan." jawab Jeongyeon.
"Kayaknya dia suka kamu deh." goda Nayeon.
"Ngawur..."
— Sementara itu di Cafe —
Changkyun sedang mengaduk kopinya sambil menatap handphonenya.
"Hyung!" sapa seseorang.
"Oh, Mingyu. Hoshi mana?" tanya Changkyun.
"Hoshi hyung sebentar lagi datang. Hyung sibuk?" tanya Mingyu sambil meminum kopi milik Changkyun.
"Sedikit. Terus kenapa kopiku diminum?"
Mingyu terkekeh, "Hehe, kebiasaan. Yaudah, mau aku pesankan sesuatu?"
"Yoo Jeongyeon..." gumam Changkyun, "Vice President. Hm, menarik. Seorang Vice President makan ditempat seperti ini."
"Apa hyung? Tadi.. hyung sebut Yoo Jeongyeon. Jeongyeon yang itu..?" tanya Mingyu
"Kamu kenal Jeongyeon?"
"Siapa yang ngga kenal Jeongyeon noona. Jeongyeon noona itu popular. Cantik, pintar, dan lebih lagi.. kaya." Mingyu mengeluarkan handphonenya.
"Nih, terkenal. Aku sempat naksir Yeon noona saat masih kuliah dulu. Tapi aku rasa, Yeon noona bukan levelnya." ucap Mingyu sambil memperlihatkan instagram Jeongyeon.— Sementara itu.. —
Jeongyeon kembali ke ruangannya. Ia duduk di ruangan sepi itu.
"Ya ampun..." ia melempar dirinya sendiri ke sofa. Belum 2 menit ia duduk...
"Nona Yoo, maaf mengganggu, tapi anda dipanggil ke ruangan presdir Park sekarang." sekertarisnya masuk dengan ragu.
Jeongyeon yang sedang duduk segera menoleh lalu tersenyum, "Mm, aku kesana sekarang." Setelah sekertarisnya keluar, Jeongyeon memijat pelipisnya sejenak. "Orang itu....."
Jeongyeon berjalan menuju ruangan 'Presdir Park' dengan santai. Jeongyeon memang wakil presdir tapi dia santai.
Jeongyeon mengetuk pintu ruangan presdir dengan pelan.
"Selamat siang, tuan Park." Jeongyeon memasuki ruangan presdir Park.
Kursi sang presdir berputar pelan, disana terlihat presdir yang masih muda. Umurnya hanya terpaut 3 tahun dari Jeongyeon.
"Panggil saja Jimin oppa. Kau sudah terbiasa dengan itu, kenapa panggil tuan Park?" ucap Jimin sambil memainkan pulpennya.
"Ini di kantor, bukan diluar." jawab Jeongyeon.
"Duduk."
Jeongyeon melangkah menuju sofa dan duduk disana. Jimin menghampiri Jeongyeon dan duduk disofa yang bersebrangan. Mereka saling bertatapan.
"Cih, jangan lihat aku seperti itu." ucap Jeongyeon.
Jimin terkekeh pelan, "Sudah lama. Sejak saat kau menolak lamaranku, kau masih sama."
Jeongyeon memutarkan bola matanya, "Itu sudah lama. Jangan diungkit lagi. Jadi, apa maumu sekarang? Aku masih ada kerjaan."
"Santai saja. Ini kan perusahaanku, bukan perusahaan orang lain." ucap Jimin.
"Terus sekarang apa?"
"Lusa Ryujin ulangtahun, kan? Apa kalian tidak ada niatan keluar? Kalau tidak, aku akan menjemput kalian untuk makan." ucap Jimin.
Jeongyeon menggeleng tidak percaya, "Hentikan. Aku dan Ryujin sudah mempunyai banyak rencana. Jangan kau rusak hanya untuk mendapatkan perhatian anak itu."
Jimin tertawa pelan.
"Lagi pula, ada seseorang yang akan datang. Kau tidak usah datang." Jeongyeon berdiri dan bersiap untuk pergi, "Terima kasih atas tawaran jalan-jalanmu itu, tapi aku menolak. Aku pergi. Selamat siang." Jeongyeon meninggalkan ruangan Jimin.
Jimin masih tertawa tidak percaya. Untuk kesian kalinya ia diacuhkan Jeongyeon.
Diluar ruangan, jantung Jeongyeon berdegup kencang karena takut. Ini kesekian kalinya ia merasakan situasi seperti ini. Takut-takut kalau Jimin akan memecatnya karena perilakunya. Tapi ini sudah tahun ke 6 dan Jeongyeon masih bekerja ditempat yang sama.
"Jantungku hampir meledak karena orang itu... kapan dia berhenti seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream
Fanfiction"Aku hanya takut kalau aku tidak begitu baik untuk duniaku dan duniamu."