Changkyun, apa dia akan jadi penyelamatku? Aku berjuang ketika dunia membenci. Aku diam ketika dunia mencibir. Aku menangis ketika dunia menertawakanku. Tapi yang aku tahu saat ini, apa dia akan jadi satu-satunya?
Changkyun tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat sedang makan. Jeongyeon yang menatapnya penasaran daritadi hanya bisa mengerutkan dahinya. Entah apa nama hubungan ini tapi mereka hanya bisa menyelamatkan satu sama lain saat ini.
"Kenapa?" tanya Changkyun pada Jeongyeon yang sedang menatapnya. "Kamu aneh." jawab Jeongyeon singkat dan kembali memakan makan malamnya. Changkyun yang sedang melihat kearah Jeongyeon kini hanya bisa tersenyum.
Ada perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumya. Perasaan itu aneh, tapi perasaan itu juga menyenangkan untuknya saat ini. Tak ada yang bisa ia jelaskan, namun perasaan ini sangat menyenangkan untuk dirasakan. Entah suka, cinta, atau hanya tergelitik penasaran.
"Terus setelah ini kamu mau apa?" tanya Jeongyeon yang kini sedang bersandar santai di kursi. Ia menatap Changkyun yang sedang menatapnya sedaritadi, "dan berhenti liatin aku kayak gitu. Aku gak akan hilang kalau gak diliatin." titah Jeongyeon. Changkyun tertawa kecil mendengar itu dari Jeongyeon.
"Ini udah jam 11, apa aku harus pulang atau aku harus terus disini?" tanya Changkyun penasaran. "Apa aku terlihat penasaran dan harus jawab apa?" tanya Jeongyeon balik kepada Changkyun.
Changkyun bangkit dan mengambil piring miliknya yang sudah kosong, ia juga mendekati Jeongyeon dan mengambil piring milik Jeongyeon. Ia mendekat kearah telinga Jeongyeon dan berbisik, "Siapa tau kamu mau aku semalaman disini. Siapa yang tau kan?" tanya Changkyun jahil lalu meninggalkan Jeongyeon ke arah dapur. Jeongyeon yang kesal dengan tingkahnya itu hanya bisa mengerutkan dahinya kesal.
Jeongyeon berjalan kearah kolam dan duduk diatas ayunan anyam kesayangannya. Ia melamun dan juga berpikir kenapa orang-orang begitu baik ketika dirinya tidak bisa lebih baik dari itu. Ia juga penasaran kenapa dunia sangat mencintainya ketika dirinya sendiri tidak bisa lebih mencintai dirinya. Entah apa itu karma baik atau buruk, tapi ia dulu dirinya pernah berbuat sesuatu yang baik? Itu yang masih dipikirkan olehnya.
Changkyun yang baru selesai mencuci piring langsung menghampiri Jeongyeon sambil membawa segelas cokelat hangat. Ia langsung memberikan cokelat hangat itu kepada Jeongyeon.
"Kamu tau, seseorang yang terus hidup bahagia umurnya akan lebih panjang ketimbang seseorang yang hidupnya penuh keluh dan kesah. Bahagia itu bukan sebuah dosa untuk seseorang yang butuh. Dan kamu butuh kebahagiaan itu untuk dirangkai dengan mimpi-mimpi di masa depan." ucap Changkyun.
Jeongyeon menatap Changkyun. Dan lagi, mata mereka saling bertemu. Changkyun menatap Jeongyeon penasaran dan menaikan kedua alisnya.
"Kamu bener. Ketika aku hidup dengan bayangan omongan orang lain, diriku hanya bisa merasakan stress dan depresi berkepanjangan. Mereka yang belum tentu tahu kenyataannya hanya bisa terus berkomentar tentang diriku tanpa mau tahu kebenarannya seperti apa. Tapi aku punya mimpi yang harus diwujudkan, mimpi yang aku tata dengan rapi itu harus hancur karena orang."
Changkyun menghampiri Jeongyeon dan menatapnya, "Kalau hari ini kamu merasa tidak baik-baik saja, ya gak papa. Tapi besok, ada hari yang bisa aja menyambutmu dengan baik. Jadi, jangan terlalu larut. Oh, aku juga akan pulang besok. Jadi jangan khawatir atau takut sendirian, malam ini aku disini."
Jeongyeon bangkit, "kamu gak liat aku udah biasa sendirian?" Jeongyeon langsung meninggalkan Changkyun yang tertawa, tapi ia langsung menghentikan langkahnya, "Oh iya, dan aku bingung, hubungan kita yang sebenarnya itu seperti apa?" lalu ia lanjut berjalan meninggalkan Changkyun yang terkejut dengan pertanyaan Jeongyeon.
Setelah dipikir benar juga, hubungan ini, apa artinya sebenarnya? Apa mereka berkencan atau hanya sebatas berteman?

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream
Fiksi Penggemar"Aku hanya takut kalau aku tidak begitu baik untuk duniaku dan duniamu."