Chapter 38

5.8K 570 25
                                    

**

"Disini tempatnya." Tunjuk Sarada, ia punya ingatan yang bagus walaupun saat pergi pertama kali ke sana dalam keadaan gelap karena malam.

"Bagaimana caranya masuk?" Naruto memikirkan cara, tidak mungkin kalau harus menghancurkan batu besar yang menutupi gua ini. Itu sama saja dengan menyatakan perang pada mereka

Tiba-tiba Sarada merasakan sesuatu hinggap di kepalanya, sesuatu itu bergerak dan agak berat. "Uh, apa yang ada di atas kepalaku ini?" Sarada menjadi risih.

Sarada hendak untuk menyentuh sesuatu dikepalanya. Tapi, sesuatu itu berpindah ke punggung tangannya. Sarada agak takut saat dia merasakan tangannya seperti dicakar oleh kaki.

"Ha? G-gagak?" Kaget Sarada, Mereka sontak memandang Sarada dan Seekor burung gagak yang berdiri tenang di tangan Sarada.

Sasuke menatap lama gagak itu dan gagaknya malah menatap balik Sasuke.

"Eh, gagak itu!" Ucap Naruto tahu gagak yang di tangan Sarada.

Sasuke berjalan pelan dan waspada ke arah putrinya. selagi Sasuke berjalan, Sarada memberanikan diri untuk mengelus bulu gagak itu dengan lembut.

"Kau bilang jika aku membutuhkanmu, gagak ini akan berubah menjadi dirimu, kan?" Kata Sarada, berharap gagak di tangannya akan berubah menjadi pamannya. "Aku membutuhkanmu."

Tepat setelah Sarada selesai mengatakan itu, gagak itu sedikit terbang dan perlahan digantikan oleh bulu hitam dan setengah badan manusia yang masih tidak jelas.

Sasuke menatap keatas, kearah kepala manusia itu. Dibenak Sasuke ada rasa bahagia dan senang saat melihat Itachi, sudah lama sekali semenjak kejadian bertarung bersamanya.

Naruto dan yang lain mengambil ancang-ancang, team 10 saja ketakutan melihat Itachi yang sudah utuh tubuhnya dan turun dihadapan mereka.

Jubah! Orang yang membuat Team Shikadai dan Boruto terpisah juga memakai jubah itu.

"Itachi." Panggil Naruto. "Izinkan kami untuk bertemu dengan semua anggota Akatsuki, semuanya."

Itachi membalas tatapan Naruto dengan kecurigaan, Naruto bersikap seakan-akan mereka pernah dekat sebelumnya. "Kenapa memangnya?"

"Akatsuki sudah tahu semuanya, maka kami harus menghapus ingatan mereka termasuk dirimu." Kata Sasuke, masih bersikap tenang didepan Kakaknya.

Itachi terdiam untuk berpikir akan mengizinkannya atau tidak. Bagaimana jika saat bertemu malah terjadi pertarungan?

Mungkin tidak, Pain saja bersikap tak peduli dengan anak-anak itu. Pain masih bisa menyuruh anak buahnya untuk menurut sehingga pertarungan pun tak akan dimulai.

Tanpa menjawab atau berkata apapun Itachi sudah kembali ke wujud bulu gagak yang masih dalam keadaan berterbangan.

"P-paman!" Teriak Sarada. Tapi, sia-sia saja karena Itachi sudah menghilang sepenuhnya.

'Paman..?' batin Sasuke lemah. Rautnya berubah sedih.

Tepat saat itu, tanah tiba-tiba bergetar, masing-masing mencoba untuk menyeimbangkan diri supaya tak terjatuh.

Sasuke dan Naruto mencoba fokus pada batu gua yang di yakini mereka adalah markas Akatsuki yang perlahan terbuka dan menampakan sedikit anggotanya.

Naruto yang ada dibelakang Sasuke berlari ke depan agar sejajar dengan Sasuke, Naruto memasang tampang garang pada Akatsuki yang keluar dari markasnya.

"Kalian mundur, jangan sampai kalian diapa-apakan!" Kata Naruto pada anak-anak, matanya tak berpaling dari apapun.

Team 7 merasa ada yang aneh, kenapa Naruto dan Sasuke merasa kalau mereka sangat berbahaya?

Team 10 yang belum tahu sifat sebenar Akatsuki menuruti perintah Naruto untuk mundur tapi, ya, tidak terlalu jauh.

"I-itu, mereka berdua." Ucap chocho bergetar takut melihat Deidara dan Sasori.

Chocho berpindah ke belakang Shikadai dan berlindung dipunggungnya, sebenarnya dia bukan penakut atau apa.. hanya menurutnya menyeramkan saja.

Inojin memandang Chocho lalu beralih pada team 7 yang tidak melakukan apa-apa, karena dia masih punya harga diri, akhirnya dia ikut maju disamping Shikadai.

"Tenanglah, ada Hokage ke 7 dan ayah Sarada disini." Kata Shikadai, menenangkan Chocho.

"Kenapa datang kesini?" Ucap Pain mengintimidasi.

"Ada yang ingin kami lakukan pada kalian."

"Oh? Apa itu?" Tanya Hidan dengan pandang meremehkan mereka sambil mengayunkan pedangnya.

"Kalian sudah tahu tentang anak-anak ini, benar begitu?" Tanya Sasuke, sesekali matanya menatap mata sang Kakak.

"Entahlah, tapi mungkin begitu." Kata Pain tajam, dia menatap Naruto licik. 'Kyuubi..'

"Aku dan temanku—". Sasuke menggerakkan kepalanya kearah Naruto. "Ingin berbicara 6 mata dengan pemimpin Akatsuki."

"Kau ingin berbicara dengan mereka?" Tanya Konan. Pain menatapnya dan mengangguk. "Pasti ada hal penting."

"Kau yakin?" Tanya Konan lagi tak percaya.

"Aku pemimpinnya, namaku Pain kalian ingin berbicara dimana?"

Konan kesal tidak dianggapi pertanyaannya dengan Pain.

"Terserah."

**

Naruto dan Sasuke membawa Pain untuk bicara di depan markas mereka saja dengan syarat anggota yang lain harus tutup telinga.

"Kalian tidak punya rasa takut ternyata." Cibir Pain. "Berbicaralah dengan spesifik."

"Kami diberitahu oleh anak-anak itu, bahwa Akatsuki sudah tahu kalau mereka bukan dari masa ini." Kata Naruto. "Kami ingin menghapus ingatan kalian tentang hal itu." Lanjutnya.

"Kenapa kami harus? Apalagi, kalian datang dengan cara lembut. Itu mencurigakan."

Sasuke memicingkan matanya, "Jika kami datang dengan cara yang tidak lembut, sama saja dengan mengajak kalian untuk berperang."

"Pain, aku tahu kalian dengan cara yang salah ingin menciptakan perdamaian, sebenarnya itu bisa diwujudkan dengan cara baik." Ujar Naruto tanpa basa-basi.

"Kenapa kau berkata seperti itu? Omong kosong, lalu bagaimana cara selain dengan cara kekerasan?"

Naruto menghela nafas panjang untuk berbicara lebih panjang lagi. "Aku tahu kau bukan wujudmu yang asli, kau punya nasib yang sama dengan ku.. kita sama-sama Uzumaki, sama-sama kehilangan orang tua, dan.. punya guru yang sama.."



Eh!

Nagato tersentak dengan kata Naruto. Dia mengangkat kepalanya sambil memejamkan mata. "Guru..?"  lirihnya.

Tapi, tepat setelah beberapa saat mengatakan itu. Perasaan Nagato menjadi memuncak. Dia segera mengendalikan Pain sesuai dengan apa yang akan dikatakannya.



"Guru?" Tanya Pain sambil mengangkat satu alis.

"Ya."

"Aku menolak!" Tegas Pain. "Pikirkanlah, kenapa aku memberikan keputusan itu." Pain segera pergi dari sana karena tidak ingin dikait-kaitkan dengan kehidupan awalnya. Lebih tepatnya, Nagato.

"Kalau begitu.."

Pain berhenti sejenak.

Mata Sasuke mulai menatap Pain. "Pemaksaan adalah hal yang tepat untuk dilakukan."

🍒•°♡°• 🍎♪🍒•°♡°• 🍎♪🍒•°♡°• 🍎 ♪ .
Aku up dua chapter sekaligus, jdi tunggu next chp ya!!

31 Agustus 2021

• Adventure to the past • {Boruto-Naruto} [END✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang