Bagian 7

24 3 7
                                    

Malam hari di hari yang sama dengan penyerangan bandit itu, Rinjie baru selesai mengangkut semua mayat para bandit yang ada di tempat itu. Sedangkan Leta di sana membantu Rinjie dengan membuat portal yang menghubungkan dua tempat sekaligus. Sedangkan Arion sudah kembali ke penginapan.

"Ini untukmu, Vio." Rinjie memberikan sebuah kantung berisikan koin perak, koin perunggu dan beberapa lembar uang pada Leta.

"Aku sudah bilang, semuanya untukmu." Leta mencoba menolaknya.

"Jangan begitu, kau yang sudah membantai semua bandit itu. Anggap saja ini imbalan kecil."

"Sudahlah, anggap saja itu bayaran karena aku menyuruhmu mencari tau soal kesatria pelindung."

"Oh iya, ngomong-ngomong soal kesatria pelindung, aku menemukan satu orang."

"Benarkah? Ada di mana dia?"

"Di kerajaan Jigzi, kerajaan gurun pasir."

"Terima kasih karena sudah membantuku mencarinya."

"Santai saja, aku juga mendapat keuntungan karena memiliki alasan untuk sedikit berkeliling." Rinjie meletakkan kantung uang yang tadi di sebelah Leta secara diam-diam.

"Begitu? Aku akan memeriksanya nanti."

"Baiklah kalau begitu, aku juga pergi dulu. Aku akan mencari lokasi para kesatria pelindung yang lain, jadi tunggu saja. Oh iya, anggap saja uang itu sebagai bayaran gerbang portal ini." Leta menengok ke bawah saat Rinjie selesai mengatakan itu.

"Sudah kubilang, Rinjie ...," ucap Leta yang terhenti saat tau bahwa Rinjie sudah masuk ke portal itu.

Leta pun akhirnya mengambil sekantung uang itu dan berniat untuk memberikannya pada panti asuhan.

Esok paginya, Leta sedang duduk di kursi belakang rumahnya. Dia memejamkan matanya dan mulai merapal mantra.

"Sihir dan cinta, rasa ingin melindungi, kartu yang tercipta dari rasa kasih sayang ... tolong, kembalilah padaku."

Angin perlahan berhembus dan beberapa kartu berterbangan dari berbagai arah dan mulai tersusun rapi di depan Leta. Dia membuka matanya dan tersenyum melihat semua kartu itu.

"Kartu sihir lamaku, benar-benar mengingatkanku pada masa lalu."

Leta mengambil semua kartu itu dan menyimpannya. Itu adalah kartu sihir milik Leta yang sempat hilang saat dia hanyut di sungai enam tahun lalu. Leta masuk ke rumah dan ada Fuji yang sedang merapikan meja makan.

"Mau makan siang, Leta?" tanya Fuji.

Leta duduk di salah satu kursi meja makan. "Nanti saja, Ibu."

"Ada yang ingin kau bicarakan pada ibu?"

"Hmm, Leta akan memulai impian Leta, bu."

"Kau sudah siap?"

"Leta akan memulai dengan hal kecil."

"Lakukanlah selama kau senang, Leta."

Leta menghampiri ibunya dan memeluknya. "Terima kasih, ibu."

"Berhati-hatilah."

"Leta akan mempersiapkan beberapa hal dulu. Hari ini Leta izin untuk pergi, tak akan lama kok. Sore juga sudah pulang." Leta masih memeluk ibunya itu.

"Iya, berhati-hatilah."

Leta melepaskan peluknya dan mencium pipi ibunya itu. "Leta sayang ibu."

"Ibu jauh lebih sayang."

Setelah itu, Leta mengambil tas selempangnya dan mengenakan topeng miliknya. Setelah itu dia keluar dari desa dan bersiap untuk berteleport ke tempat yang ingin dia tuju. Tapi sebelum Leta melakukannya, Arion muncul.

Sang Penyihir 3 : Legenda TerciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang