Bagian 17

20 4 9
                                    

Braaak ... Korta terpental dan menghantam beberapa perumahan di sana. Leta terbang dan melihat Korta yang masih bisa sembuh dengan regenerasi nya yang sangat cepat.

"Aku tak menyangka wujud ini jauh lebih kuat dari enam tahun lalu. Padahal aku kira wujud ini sudah hilang." Leta masih mengagumi kekuatannya itu.

"Sialan, jangan kau berani menggunakan kekuatan iblis begitu saja."

"Aku tak ingat ada peraturan untuk menggunakan kekuatan iblis."

"Kau akan menerima akibatnya."

Korta melesat dengan sangat cepat dan buaaak ... sebuah tendangan mendarat tepat di pipi kanan Korta tepat sebelum dia melancarkan serangannya. Korta kembali terpelanting dan buaak ... satu pukulan mengenai perut Korta. Ternyata Leta berteleportasi ke sana dan membuat Korta terpental lagi ke atas.

Korta berusaha menguasai dirinya dan dia melayang di udara. Dia menyiapkan sebuah sihir kegelapan, tapi duaaar ... sebuah bola cahaya melesat cepat dan menghantam Korta. Dia terjatuh dan seketika itu langit menjadi gelap. Ctaaar ... petir menyambar Korta dengan sangat kuat. Sampai tanah dan perumahan pun ikut hancur terkena petir itu.

Korta masih berusaha berdiri dengan kondisinya yang sangat kacau. Dia kembali berdiri dan menghadap Leta.

'Kenapa? Energi yang dia keluarkan jauh lebih kuat dariku. Bahkan, kurasa kekuatannya juga di atas kami berlima.' Batin Korta.

Saat Korta menyiapkan serangannya, tiba-tiba Leta sudah berdiri tepat di depannya sambil menodong Korta dengan tangan kanannya.

"Sekarang saatnya mengucapkan selamat tinggal." Leta menyiapkan sihirnya.

"Baj*ngan kau penyihir jal*ng. Kau akan menyesal saat bertemu dengan Yang Mulia Chaos. Aku pastikan Yang Mulia akan melenyapkanmu tanpa ampun."

Leta terdiam sejenak saat mendengar kalimat itu. "Hanya itu kalimat terakhirmu?" tanya Leta dengan wajah datarnya.

Korta berusaha mengaktifkan sihirnya namun terlambat. Duaar ... tubuh Korta hancur berkeping-keping setelah Leta memasukkan sihir cahayanya ke dalam tubuh Korta. Semua potongan tubuh Korta berubah menjadi abu dan mulai hilang tertiup angin.

Leta kembali ke wujud manusia dan menghembuskan nafas lega. Braak ... tak lama dari itu, terdengar suara dari arah kastil. Atap kastil terpotong dan mulai berjatuhan. Leta segera berlari ke sana. Di dalam kastil, tubuh Nica sudah penuh dengan luka dan darah. Nafasnya terengah-engah.

Ellena melesat dan triing ... traang ... tiiing ... serangan beruntun dilancarkan oleh Ellena, namun Nica dengan susah payah berhasil menahan semua serangan itu dan sriiing ... Nica berhasil menyerang balik dan merobek perut Ellena. Namun tak lama dari itu, perut Ellena kembali sembuh.

Nica mulai kelelahan melawan Ellena yang tak bisa terluka sedikitpun itu. Ellena menendang Nica sampai membuat Nica terpental dan menghantam dinding ruangan itu.

"Bangunlah, cucuku."

Nica melihat Ellena yang bersiap dengan kuda-kuda menyerang. Ellena menebaskan pedangnya dari jauh dan itu membuat sebuah gelombang angin yang menyayat semua yang tersentuh olehnya. Nica berdiri dengan semua kemampuannya dan melompat menghindar. Duaar ... serangan Ellena itu berhasil menjebol dinding ruangan itu.

"Sulit sekali." Nica mulai ragu untuk mengalahkan Ellena.

"Jangan menyerah, aku yakin kau pasti bisa." Ellena hanya bisa menyemangati Nica.

"Aku harap, aku tak membuat nenek kecewa."

Nica bersiap dengan kuda-kuda yang membuat Ellena terkejut. Seketika angin berhembus ke arah Nica. Semua energi alam terasa seperti terserap olehnya.

Sang Penyihir 3 : Legenda TerciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang